My Sweet Home
Meniup Ruh Ramadhan di Rumah Kita
author

Meniup Ruh Ramadhan di Rumah Kita



Ramadhan adalah kerinduan
Ramadhan adalah getar harapan, setiap kata ini di sebutkan
Maka dalam jiwa kita, hanya ada Kerinduan….
Hanya ada asa…
Karena hidup ini hanya sekali
Dan tak ada jaminan, bahwa semua amal kita bernilai di mata Allah
Maka Ramadhan adalah kesempatan
Kesempatan kita untuk meluruskan semuanya, meluruskan jika ada niat yang tak dilandasi karena mencari ridhoNya, atau kalau-kalau ada salah dan khilaf yang sengaja dibiarkan terus menerus menghitamkan nurani kita yang bening ini…..

Rasulullah dan para shahabatnya telah menyiapkan diri jauh-jauh hari untuk menyambut Ramadhan Al-Mubarak ini. Mereka bahkan telah menyambut ramadhan sejak bulan rajab. Diantara doa yang populer mereka panjatkan adalah:
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan (HR. At-Thabrani, Al-Baihaqi, dan Ibnu Asakir)

Maka kita sebagai bagian dari Keluarga Tarbiyah, harus mampu meniupkan Suasana Ramadhan
Dalam rumah tangga kita, jauh sebelum Ramadhan itu datang menyapa kita

Persiapan itu adalah suasana mengkondisikan Keluarga Tarbiyah kita,
Ada empat persiapan yang kita perlukan dalam menyambut bulan Ramadhan 1432 H / 2011 M ini:
1. Persiapan Ruhiyah

Persiapan ruhiyah yang kita perlukan adalah dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas.

Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا [الشمس/9]
Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya (QS. Asy-Syams : 9)

Maka dalam waktu hari hari ke depan kita perlu melakukan evaluasi diri (muhasabah) apakah penyakit-penyakit aqidah masih menjangkiti diri kita. Selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan penyakit-penyakit itu. Alangkah indahnya saat Ramadhan tiba dan kita benar-benar dalam kondisi ikhlas menapaki hari-hari istimewa yang dibawa oleh tamu mulia itu.

Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT.
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih)

2. Persiapan Fikriyah
Agar Ramadhan kita benar-benar efektif, kita perlu membekali diri dengan persiapan fikriyah. Sebelum Ramadhan tiba sebaiknya kita telah membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa, hikmah puasa, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, I'tikaf, zakat, dan sebagainya.

Untuk itu kita bisa mengkaji Fiqih Sunnah-nya Sayyid Sabiq, Fiqih Puasa-nya Dr. Yusuf Qardahawi, dan lain-lain. Insya Allah akun FB ini juga akan menampilkan seri Ramadhan yang berisi hal-hal tersebut.

Inilah rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu sebelum Ucapan dan Amal). Tanpa ilmu bagaimana kita bisa beramal selama bulan Ramadhan dengan benar?

Pemahaman ilmu syar'i ini juga merupakan tanda kebaikan yang dikehendaki Allah terhadap seseorang. Karenanya Rasulullah SAW bersabda :
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan kebaikan maka ia difahamkan tentang (ilmu) agama (Muttafaq 'Alaih)

3. Persiapan Jasadiyah
Ramadhan membutuhkan persiapan jasadiyah yang baik. Tanpa persiapan memadai kita bisa terkaget-kaget bahkan ibadah kita tidak bisa berjalan normal. Ini karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Kita diharapkan tetap produktif dengan pekerjaan kita masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Kita juga akan melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya. Shalat tarawih, misalnya.

Karenanya kita perlu mempersiapkan jasadiyah kita dengan berolah raga secara teratur, menjaga kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan. Di sini, logika akal bertemu dengan keutamaan syar'i dalam hadits nabi:
المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, dll)

4. Persiapan Maliyah
Persiapan maliyah yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramdhan bukanlah untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, dan lain-lain. Kita justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang membutuhkan. Tentu saja bagi yang memiliki harta yang mencapai nishab dan haul wajib mempersiapkan zakatnya. Bahkan, jika kita mampu berumrah di bulan Ramadhan merupakan ibadah yang bernilai luar biasa; seperti nilai haji bersama Rasulullah SAW


Dengan persiapan itu….
Maka kita berharap, suasana Ramadhan telah terasa di rumah kita
Dan ketika Ramadhan datang
Hanya ada semangat…
Hanya ada harap….
Mengeruk sebanyak-banyaknya barokahnya bulan mulia itu…..

Ramadhan adalah kerinduan sobat…
Ramadhan adalah kerinduan

)I( Hamzah)I(

(Kiriman dari sahabat Evi; Teh Ida dan Ustadz Hamzah)
http://idadanhamzahalmubarok.com/artikel/read/meniup_ruh_ramadhan_di_rumah_kita/
Optimis
author

Optimis



Optimis

*Evi Andriani*



Sendiri tertatih berjalan

Mengikuti pahitnya arus kehidupan

Aku merintih sakitnya darah yang bergejolak

Tapi juluran jemari tetap menari di antara tomboltombol aksara



Saat cahaya bersinar menyilaukan asa

Aku bangkit dan berjuang

Antusias menerjang badai

Keyakinan kembali mewarnai lukisan jiwaku

Bersama bintangbintang harapan



Malam membangunkanku

Mengukir tiap huruf

Mengeja tiap kata

Menjadi satu cerita

Merekam jejak hidup



Diri bergaunkan emosi

Bermentalkan tekad kuat

Bermimpi menjadi pemenang

Semua merajai pikiran

Hingga bangunan optimis kokoh terbentang



Aku bersyukur pada Tuhan

Aku menjadi seorang penulis

Perangkai berjuta makna lewat bahasa sastra

Panjatan doa terukir indah

Bersama lafaz pujian


(Sebuah gambaran tentang diriku terbalut dalam sebuah puisi)
author

JANGAN BOSAN MEMINTA

Diantara bukti akan wujudullah, atau keberadaan Allah, seperti disinggung para ulama, adalah terkabulnya permintaan do’a yang dihaturkan seorang hamba. Syaikh al-Utsaimin –rahimahullah- misalnya, menguraikan dalam kitab beliau Syarah Ushul al-Iman. Tidak lupa beliau sertakan sebuah riwayat dari Anas bin Malik r.a., bahwa pernah seorang Arab gunung datang menghadap kala Nabi shallalahu alaihi wasallam sedang berkhutbah, seraya berkata: “Wahai Rasulullah, harta kami binasa dan anak-anak menderita lapar. Mintalah pada Allah agar mencurahkan hujan bagi kami. Beliau lalu menengadahkan kedua tangannya dan berdoa. Maka saat itu juga awan sebesar gunung berarak-arakan. Belum sempat beliau turun dari mimbar, hujan-pun deras mengucur, hingga membasahi janggutnya…”. (HR. Bukhari).


Masih banyak lagi riwayat lain tentang hal ini. Do’a yang dikabulkan serta permintaan yang diluluskan. Intinya, bahwa mustahil sebuah permintaan terwujud tanpa ada yang mewujudkannya… dan khusus bagi kita yang telah meyakininya, mungkin saja akan mengatakan, bahwa itu adalah sesuatu yang pantas bagi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Sebab ia adalah rasul dan utusanNya. Nah, di sini aku ingin berbagi tentang kisah orang-orang shalih yang Allah Ta’ala penuhi permohonan do’anya secara unik.


Ibnu Mandzur dalam Mukhtashar Tarikh ad-Dimasqi, 8/483 menyebutkan, dahulu ada seorang lelaki shalih yang memiliki seekor keledai untuk disewakan mengangkut barang antar daerah. Suatu hari, ia kedatangan seorang pelanggan yang ingin menyewa keledainya menuju sebuah daerah bernama az-Zabadani.


Anehnya, pelanggan itu mengalihkan perjalanan ke arah yang tidak biasa ia lalui. Mulanya pemilik keledai itu keberatan. Tapi setelah diyakinkan oleh pelanggan itu, ia pun pasrah.Hingga tatkala sampai di suatu tempat, sekujur tubuhnya tiba-tiba menggigil. Bulu kuduknya merinding. Pasalnya, di sekitarnya teronggok banyak mayat yang mulai membusuk. Pelanggan yang ternyata seorang penyamun itu lalu menghunus goloknya. Berat ia berkata: “Aku akan menghabisimu di tempat ini…!”.

“Wahai tuan, takutlah pada Allah !, sungguh, ini adalah perbuatan yang dimurkai Allah. Ambil saja segala yang engkau kehendaki dariku…!!”, sahut pemilik keledai itu di sela-sela rasa takut yang menghimpitnya.

“Ha ha ha, hei laki-laki malang, semua yang aku habisi di sini juga mengatakan hal yang sama, namun aku tetap membunuhnya...”.

Sadar tak ada jalan lain, ia pun memohon: “Izinkan aku sholat dua rakaat, untuk mengucapkan perpisahan pada dunia ini…!!”.

Dapat dibayangkan bagaiman kondisi sholat pemilik keledai itu. Tak ada satu ayat pun yang sanggup ia ingat. Seolah seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang tersimpan di kepalanya menguap ke angkasa. Apalagi, sang penyamun telah menempelkan goloknya di punggung laki-laki malang itu seraya menghardik: “Cepat…cepat…!!”.


Pemilik keledai itu menambahkan: “Tiba-tiba, lisanku tergerak membaca sebuah firman Allah Ta’ala dalam surah an-Naml ayat 62: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)”.

Akupun terus mengulang-ulang ayat ini. Sekujur tubuhku terasa dialiri ketenangan luar biasa. Bukan itu saja, keajaiban lain muncul. Entah dari mana, seorang penunggang kuda tiba-tiba mendekat, dan langsung melesatkan lembingnya tepat mengenai jantung penyamun berdarah dingin itu. Seketika ia roboh bersimbah darah, dan mati.


Setelah itu penunggang kuda misterius tersebut lantas menjauh. Aku mengejarnya seraya terus bertanya: “Tuan, tolong katakan, siapakah anda??”. Namun ia terus menjauh. dan dari kejauhan itu ia menjawab: “Aku adalah hamba Zat yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan. Aku adalah malaikat dari langit keempat…”.


Oh ya, aku juga ingat pengalaman salah seorang dosen kami. Beliau ceritakan pada kami di kelas perkuliahan. Kejadiannya aku tidak ingat persis. Tapi kalau tidak salah, sekitar tahun 2005. Yaitu, saat beliau menunaikan ibadah haji di tanah haram. Kata beliau, saat itu kota kelahiran Nabi dilanda kemarau hebat. Terik matahari seolah membakar permukaan negeri mulia itu. Kekeringan merebak di mana-mana. Hujan pun enggan turun sepanjang tahun.


Nah, pada waktu wukuf di Arafah, kebetulan Syaikh as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang berkhutbah dan berdoa. Doa’nya panjang dan begitu menyentuh, hingga jama’ah larut dalam syahdu. Dan diantara munajat beliau pada Allah, adalah curahan hujan bagi kota haram.


Subhanallah, kebesaran Allah pun nyata. Belum lagi beliau selesaikan do’anya, langit menghitam. Mendung bergulung membungkus cakrawala kota Mekkah. Lalu hujan berjatuhan laksana anak-anak panah menghujam bumi kota haram. Begitu deras. Sampai-sampai Baitullah, Ka’bah tergenang air selutut. Sungguh, peristiwa langka ini beliau saksikan sendiri dengan mata kepala… Beliau kemudian tegaskan, bahwa itu merupakan bukti akan keberadaan dan kebesaran Zat yang mendengar dan mengabulkan setiap permohonan hambanya…


Aku yakin, saudaraku sekalian pun pasti memiliki pengalaman rohani berkenaan dengan perkara ini, yakni do’a yang terkabul. Kendati barangkali tidak secara instan. Bahwa ternyata apa yang kita pinta dan harapkan itu telah terwujud sempurna.


Hmm, tak ada beratnya untuk selalu meminta padaNya. Jangan sampai ada kata bosan dan putus harap dalam memohon. Karena dalam do’a-do’a kita itu pasti dikabulkan. Kendati pengabulannya terdapat pada satu diantara tiga kemungkinan. Dikabulkan secara langsung, atau Allah Ta’ala simpankan sebagai amal kebajikan di akhirat, atau Allah Ta’ala jadikan ia sebagai sebab yang menyelamatkan kita dari marabahaya serta mengeluarkan kita dari urusan yang genting… Olehnya, sekali lagi, jangan bosan meminta...!!


Numpang singgah di Jakarta
13 Mei 2011
Rappung Samuddin

(Kiriman dari sahabat FB-ku : akhi Rappung Samuddin)
Mimpi Yang Baik dan Mimpi Yang Buruk
author

Mimpi Yang Baik dan Mimpi Yang Buruk



Dari Abu Said Al Khudri r.a.: Rasululloh Shalallahualaihi wassalam berkata, “Apabila di antara kamu melihat mimpi yang ia sukai, maka itu adalah dari Allah, dan ia harus bersyukur pada Allah untuknya dan menceritakannya kepada yang lain; namun bila ia melihat sesuatu yang lain, contohnya sebuah mimpi yang tidak ia sukai, maka itu adalah dari setan, dan ia harus meminta perlindungan dari Allah atas kejahatannya, dan ia tidak boleh menceritakannya kepada siapapun, agar tidak mencelakakannya.” (HR Muslim)


Rasululloh Shalallahualaihi wassalam sendiri mencontohkan, apabila terbangun karena mimpi buruk, maka dicontohkan untuk:


Pertama, berlindung pada Allah Subhanahu wa ta'ala dari gangguan setan dan dari keburukan mimpi tersebut. Kemudian meludah (meniup ke kiri 3X).

Kedua, dalam riwayat lain, Rasululloh Shalallahualaihi wassalam memerintahkan pindah posisi tidur.

Ketiga, tidak menceritakan mimpi (buruk) tersebut kepada orang lain.

Mudah-mudahan dengan melakukan sunnah Nabi tersebut mimpi buruk itu tidak datang lagi.

Sedangkan jika bermimpi yang baik, maka disunatkan supaya kita memberitahu kepada mereka (orang lain) yang kita sayangi dengan dengan harapan bahawa mimpi tersebut akan betul-betul terjadi.


catatan:

- meludah ke kiri, JANGAN DIARTIKAN meludah sungguhan…namun cukup dengan menirukan gerakan meludah tanpa mengeluarkan ludah. Karena jika seorang istri bermimpi buruk kemudian suaminya tidur di sebelah kirinya, kasian sekali suaminya terkena ludah dari sang istri. *ini serius, bukan guyon lho…karena terkadang masih ada yg salah mengartikan dan mempraktikannya…*

(Kiriman dari kakakku kak Abi di FB)
Melejitkan Kemampuan Menulis Lewat Pergaulan
author

Melejitkan Kemampuan Menulis Lewat Pergaulan

Mungkin kedengaran aneh jika kita ingin berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya lewat pergaulan. Tapi semua itu akan terwujud apabila kita memiliki keinginan yang kuat untuk menggapainya. Salah satunya adalah berkembang dan maju di dunia kepenulisan. Jika kita sudah memiliki niat dan tekad yang kuat maka semua akan mudah kita laksanakan.


Aku termasuk anak yang tidak bisa diam, selalu saja ada yang ingin dikerjakan. Walaupun aku tahu kondisi fisikku sangat lemah. Semakin diam maka semakin pusing rasanya kepala ini. Apalagi jika banyak ide di kepala tapi tak mampu dituangkan dalam sebuah tulisan. Ada rasa keinginan kuat untuk menulis sebuah buku.


Aku pun mulai ikut berbagai latihan menulis online, salah satunya yang diadakan Indscript Creative. Aku tertarik karena saat itu akan diajarkan menulis buku dengan baik. Why don’t i take it? Aku ikuti saja kursus itu. Masih teringat di memoriku saat itu akhir Februari 2011, aku kirim message ke Indscript Redaksi bagaimana masuk kelas menulis online itu. Alhamdulillah mendapat respon yang baik dan diberitahukan segala tata caranya. Pematerinya saat itu adalah Bang Aswi dan moderatornya adalah teh Indari Mastuti.


Awal Maret 2011, kelas menulis online mulai di buka, aku benar-benar terkejut dan kagum dengan pematerinya yang sudah menerbitkan lebih dari 50 buku. Ku ikuti dengan fokus pelajaran menulis itu serta antusias dan optimis bahwa kelak aku bisa menulis buku juga. Cairan semangat hidupku untuk menulis semakin menyala-nyala.


Aku teringat nasehat bang Aswi, “Untuk menjadi seorang penulis sebenarnya mudah, asal ada kerja keras atau usaha. Intinya niat dahulu dikuatkan dan modal awal untuk menulis adalah membaca selanjutnya berkompetisi, bisa dengan mengirim karya ke media massa, mengikuti perlombaan, mengirim naskah ke penerbit atau tulisan kita di baca oleh orang lain maupun sahabat terdekat kita. Sehingga menghasilkan tulisan yang mencerahkan banyak orang. Menulis juga harus professional artinya jika sudah siap menjadi penulis maka siaplah dengan deadline. Banyak yang mengatakan ide itu sulit dicari padahal ide itu ada banyak dan bertebaran. Oleh sebab itu, ‘Jangan Menunggu ide’. Carilah ide itu tanpa batas



Setelah itu, mulailah teh Iin (panggilan akrab untuk teh Indari Mastuti) mengajari aku dan teman-teman cara membuat outline naskah. Beliau juga mengatakan bahwa banyak penulis-penulis yang bisa mengerjakan 2-4 buku sekaligus dalam waktu 1 bulan. Aku makin penasaran kok bisa ya. Satu cerpen saja menuliskannya sudah buat aku pusing apalagi harus menulis buku sebanyak itu. Aku makin terpukau saat teh Iin mengatakan bahwa Indscript adalah agen naskah yang memiliki 30 klien penerbit yang siap melihat outline-outline naskah dari setiap penulis.


“Wah, ini kesempatanku belajar dan berjuang dalam menulis buku. Aku tidak boleh melewatkan peluang ini. Karena aku punya impian ingin memiliki buku karyaku sendiri. Terutama buku-buku kesehatan ataupun buku lainnya,” pikirku dalam hati."


Aku selalu percaya bahwa menulis itu mudah asal kita mau rajin melakukan latihan kepenulisan. Mulai bergaul dengan banyak penulis dan masuk ke dalam grup-grup kepenulisan baik yang open grup mau close grup. Inilah esensi pergaulan yang sebenarnya. Pergaulan yang mendatangkan sikap saling memberi, menerima, menasehati dan tidak memaksa. Ikatan pergaulan yang hakiki karena ketulusan iman. Setiap interaksi pergaulan akan membawa pengaruh baik sifat, sikap, perilaku, jika bersentuhan dengan pribadi seseorang.


Seperti Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalih) dan teman yang jahat adalah seeprti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau membeli darinya, atau engkau akan mencium aroma harumnya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu, atau engkau akan mencium bau darinya yang tidak sedap.”(HR. Bukhari)


Tanpa kita sadari kita sudah menjadi seorang yang kreatif dalam memilih teman. Tentu saja teman yang baik, teman yang mendukung segala aktivitas kita, teman yang berusaha melejitkan kemampuan dan minat kita terhadap sesuatu, salah satunya adalah mengembangkan potensi kita dalam menulis.


Semangat menulisku mulai meningkat saat buku soloku pertama terbit setelah bergabung dengan Indscript. Benar-benar aku merasakan nikmat banget menulis itu. Buku solo yang tak pernah aku lupakan. Aku tulis dalam waktu seminggu. Sebelumnya aku tak yakin, tapi jika tak memulai sekarang, kapan lagi kita akan menerbitkan buku. Teh Iin selalu meyakinkanku bahwa aku bisa menulis. Walaupun kadang keraguan itu muncul, tapi aku harus berusaha. Senang banget aku menulis buku DAK yang berjudul “Pentingkah Berpikir Kreatif itu?”. Inilah salah satu manfaat agensi naskah. So, buat teman-teman yang punya naskah bingung mau serahkan ke mana, cobalah ke agen naskah. Bergaul untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan juga penghasilan, kenapa tidak?


Karya buku solo Evi :
"Pentingkah Berpikir Kreatif itu?"
dan juga ada beberapa karya buku Ibu-ibu Doyan Nulis lainnya :)



Surprise dan Suka Duka Lewat Grup IIDN-I



Sungguh terkejut aku kok tiba-tiba sudah berada di Grup Ibu-ibu Doyan Nulis-Interaktif (IIDN-I). Rupanya yang gabungin aku ke grup tersebut adalah teh Iin. Sebelumnya aku sempat kaget, aku kan belum menikah, masih single kok di undang ke grup IIDN-I. Sedih juga. Tapi lama-lama aku berpikir, kan aku kelak jadi seorang ibu. Kenapa aku tidak belajar saja dari ibu-ibu di sini. Walaupun kadang bingung harus berkata apa, tapi ya ikutan sajalah. Semakin aku bergabung semakin luar biasa.


Mereka─ibu-ibu yang keren banget─bisa membagi waktu antara menulis, mengurus anak, memasak, melayani suami bahkan buku-buku mereka sangat banyak. Benar-benar emak hebat, wanita super hero. Sepertinya kelak aku ingin mengikuti jejak mereka.


Saat anggota grup IIDN-I semakin banyak, teh Iin mengamanahkanku menjadi admin di grup tersebut. Subhanallah, hal ini membuatku semakin terharu. Inilah dampak pengaruh positif jika kita mau bergaul dan akrab dengan siapapun. Aku semakin terus kagum pada beliau. Karena di grup IIDN-I beliau tak segan-segan juga memberikan nasehat, ilmu dan info-info tentang judul-judul buku yang sedang dibutuhkan oleh penerbit.


Oleh sebab itu, aku selalu update di grup ini. Selain membaca tulisan, pengalaman-pengalaman dari para ibu, aku juga mendapat sebuah rezki. Aku bilang rezki karena belum tentu orang lain akan mendapatkannya juga. Setiap ada judul buku yang ditawarkan, aku sellau ingin membuat outline naskahnya. Kadang diterima, kadang di tolak. Tapi itulah tipikalku,tidak pernah menyerah dan selalu terus ingin maju sampai detik akhir hayat menjumpainya. Sampai pada suatu saat aku, teh Iin mempublish informasi buku yang dibutuhkan oleh penerbit GPU (Gramedia Pustaka Umum), wah ini salah satu penerbit besar, penerbit idamanku, bisa jadi idaman semua penulis hehehe. Ini peluang bagiku. Akhirnya aku berusaha menulis outline naskah. Outline naskah yang kuberikan mendapat respon dari teh Iin, disuruh perbaiki. Tak menyerah, kuperbaiki terus, alhamdulillah hingga di ACC penerbit. Dan saat ini sedang aku kerjakan. Di grup IIDN-I msh banyak tawaran membuat buku lainnya. Ntah mengapa aku lebih suka bergaul dengan para ibu yang sudah memiliki banyak pengalaman daripada para remaja. Tapi walaupun demikian, tetap saja temanku di dunia nyata dan maya kebanyakan semuanya remaja hehehe. Jadi balance bukan :D



Saat teh Iin, membuat kepengurusan wilayah guna mengembangkan potensi para ibu dalam menulis melalui IIDN-I ini aku pun menawarkan diri sebagai koordinator wilayah Medan. Aku memiliki impian, bagaimana meningkatkan kemampuan menulis khusus para wanita Medan─wanita yang kelak akan menjadi Ibu-ibu Doyan Nulis. Walaupun orangtuaku kurang mendukung, tapi aku yakin suatu saat mereka akan bangga memiliki anak yang suka menulis. Semangat terus membentuk inisiatif dan kreatifitas melejitkan produktifitas para ibu sehingga melahirkan anak-anak yang cerdas dan bertakwa.


Grup pusat Ibu-Ibu Doyan nulis-Interaktif (IIDN-I):

http://www.facebook.com/home.php?sk=group_165731113482130&ap=1


dan Grup Ibu-Ibu Doyan Nulis Wilayah Medan (IIDN Medan):

http://www.facebook.com/home.php?sk=group_217478894947065&ap=1


Bahagia juga jadi bagian dari penulis Indscript dan IIDN-I. Sukses terus buat semua Ibu-ibu yang doyan nulis dan semua ibu yang baru saja ingin memulai menulis juga teh Iin dan semua tim Indscript. Semoga kelak bisa bertemu dengan ibu-ibu doyan nulis di mana pun berada. Jangan pernah takut untuk mencoba, jangan pernah takut untuk gagal. Tapi lakukan dengan tindakan nyata agar semua impian dapat tercapai.


Akan aku ingat nasehat dari teh Iin untuk menghasilkan buku yang istimewa─buku yang ditulis adalah buah pikir sang penulisnya. Tidak ada yang orisinal dalam sebuah buku, namun setiap penulis memiliki gaya bercerita/menulis yang berbeda satu sama lain. Teh Iin juga meyakinkan padaku bahwa kelak aku akan memiliki buku yang akan tersebar di toko buku terkenal. Sekarang impian itu semakin dekat terasa. Perjuangan demi perjuangan harus dijalani dengan semangat dan keyakinan serta tak lupa bersyukur kepada Allah swt. Juga berterimakasih pada orang-orang yang telah menyepelekan kemampuan menulisku, yang telah menganggap rencana outline naskahku tidak jelas, juga pada orang-orang yang telah meninggalkanku di saat aku butuh sekali dukungannya. Semoga semua tulisanku kelak menjadi amal di akhirat, menginspirasi banyak orang dan lebih utama adalah berdakwah lewat tulisan.


Tak terasa sudah hampir 5 lembar. Subhanallah



Semakin banyak bacaan kita,

maka semakin luas pula perbendaharaan kosa kata kita

Semakin banyak karya-karya kita yang baik

Sehingga siap menjadi seorang penulis


Foto Evi bersama teh Iin (Indari Mastuti)




Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
~Evi Andriani~
Medan, 17 Mei 2011
author

Dzikir Pagi dan Petang Sesuai Tuntunan Rasulullah Serta Keutamaannya

Sangat banyak ayat ataupun hadits yang menerangkan keutamaan berdzikir kepada Allah. Bahkan Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan dan menganjurkan kepada kita agar senantiasa berdzikir dan mengingat-Nya (lihat edisi 29/III tentang dzikir-dzikir setelah shalat wajib). Jangan sampai harta, anak-anak ataupun kegiatan duniawi melalaikan kita dari berdzikir kepada Allah.


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ


Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munaafiquun:9)



Sangat banyak ayat ataupun hadits yang menerangkan keutamaan berdzikir kepada Allah. Bahkan Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan dan menganjurkan kepada kita agar senantiasa berdzikir dan mengingat-Nya (lihat edisi 29/III tentang dzikir-dzikir setelah shalat wajib). Jangan sampai harta, anak-anak ataupun kegiatan duniawi melalaikan kita dari berdzikir kepada Allah.



يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ



“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munaafiquun:9)



Di antara dzikir-dzikir yang disunnahkan untuk dibaca dan diamalkan adalah dzikir pagi dan sore. Dzikir pagi dilakukan setelah shalat shubuh sampai terbit matahari atau sampai matahari meninggi saat waktu dhuha, kira-kira jam tujuh atau jam delapan. Adapun dzikir sore dilakukan setelah shalat ‘ashar sampai terbenam matahari atau sampai menjelang waktu ‘isya.



Banyak sekali keutamaan dzikir pagi dan sore sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun bacaannya dan penjelasan tentang keutamaannya adalah sebagai berikut:


1. Membaca:


الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مَنْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ


Dibaca sekali ketika pagi dan sore. Dari Anas yang dia memarfu’kannya (sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam),


Sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah setelah shalat shubuh sampai terbitnya matahari lebih aku sukai daripada membebaskan/memerdekakan empat orang dari keturunan Nabi Isma’il (bangsa ‘Arab). Dan sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah setelah shalat ‘ashar sampai terbenamnya matahari lebih aku sukai daripada membebaskan empat orang (budak).” (HR. Abu Dawud no.3667 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahih Abu Dawud 2/698)


2. Membaca ayat kursi (Al-Baqarah:255)


Dibaca sekali ketika pagi dan sore. “Barangsiapa membacanya di pagi hari maka akan dilindungi dari (gangguan) jin sampai sore, dan barangsiapa yang membacanya di sore hari maka akan dilindungi dari gangguan mereka (jin).” (HR. Al-Hakim 1/562 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)


3. Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas.


Dibaca 3x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang membacanya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka dia akan dicukupi dari segala sesuatu.” (HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidziy 5/567, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/182)


4. Membaca:


أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ


Jika sore hari membaca:


أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ … رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا …



Dibaca sekali. (HR. Muslim 4/2088 no.2723 dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)



5. Membaca:



اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ

Jika sore hari membaca:

اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ



Dibaca sekali. (HR. At-Tirmidziy 5/466, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/142)



6. Membaca:



اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ



Dibaca sekali ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya dalam keadaan yakin dengannya ketika sore hari lalu meninggal di malam harinya, niscaya dia akan masuk surga. Dan demikian juga apabila di pagi hari.” (HR. Al-Bukhariy 7/150)



7. Membaca:



اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ



Dibaca 3x ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42, An-Nasa`iy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.22 dan Ibnus Sunniy no.69, serta Al-Bukhariy di dalam Al-Adabul Mufrad dan dihasankan sanadnya oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz di dalam Tuhfatul Akhyaar hal.26)



8. Membaca:



اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِيْ دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ، وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ، اللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ، وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ



Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332)



9. Membaca:



اللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا، أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ



Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidziy, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/142)


10. Membaca:



بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ



Dibaca 3x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya tiga kali ketika pagi dan tiga kali ketika sore, tidak akan membahayakannya sesuatu apapun.” (HR. Abu Dawud 4/323, At-Tirmidziy 5/465, Ibnu Majah dan Ahmad, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332)



11. Membaca:



رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا



Dibaca 3x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka ada hak atas Allah untuk meridhainya pada hari kiamat.”



Boleh juga membaca:



… وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلاً



(HR. Ahmad 4/337, An-Nasa`iy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.4 dan Ibnus Sunniy no.68, Abu Dawud 4/418, At-Tirmidziy 5/465 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz di dalam Tuhfatul Akhyaar hal.39)



12. Membaca:



يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Al-Hakim dan beliau menshahihkannya serta disepakati oleh Adz-Dzahabiy 1/545, lihat Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)



13. Membaca:



أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ الإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ



Jika sore hari membaca:



أَمْسَيْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ …



Dibaca sekali. (HR. Ahmad 3/406, 407, Ibnus Sunniy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.34, lihat Shahiihul Jaami’ 4/209)



14. Membaca:



سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ



Dibaca 100x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang membacanya seratus kali ketika pagi dan sore maka tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat yang lebih utama daripada apa yang dia bawa kecuali seseorang yang membaca seperti apa yang dia baca atau yang lebih banyak lagi.” (HR. Muslim 4/2071)



15. Membaca:



لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Dibaca 10x. (HR. An-Nasa`iy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.24, lihat Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/272)

Atau dibaca sekali ketika malas/sedang tidak bersemangat. (HR. Abu Dawud 4/319, Ibnu Majah, Ahmad 4/60, lihat Shahih Abu Dawud 3/957 dan Shahih Ibnu Majah 2/331)



16. Membaca:



لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ



Dibaca 100x ketika pagi. “Barangsiapa yang membacanya seratus kali dalam sehari maka (pahalanya) seperti membebaskan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus kesalahan, dan dia akan mendapat perlindungan dari (godaan) syaithan pada hari itu sampai sore, dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada apa yang dia bawa kecuali seseorang yang mengamalkan lebih banyak dari itu.” (HR. Al-Bukhariy 4/95 dan Muslim 4/2071)



17. Membaca:



سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

Dibaca 3x ketika pagi. (HR. Muslim 4/2090)



18. Membaca:



اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً



Dibaca sekali ketika pagi. (HR. Ibnus Sunniy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.54, Ibnu Majah no.925 dan dihasankan sanadnya oleh ‘Abdul Qadir dan Syu’aib Al-Arna`uth di dalam tahqiq Zaadul Ma’aad 2/375)



19. Membaca:



أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ



Dibaca 100x dalam sehari. (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baari 11/101 dan Muslim 4/2075)



20. Membaca:




أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ



Dibaca 3x ketika sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya ketika sore tiga kali maka tidak akan membahayakannya panasnya malam itu.” (HR. Ahmad 2/290, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/187 dan Shahih Ibnu Majah 2/266)



21. Membaca:



اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ



Dibaca 10x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku ketika pagi sepuluh kali dan ketika sore sepuluh kali maka dia akan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.” (HR. Ath-Thabraniy dengan dua sanad, salah satu sanadnya jayyid, lihat Majma’uz Zawaa`id 10/120 dan Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)



Inilah di antara dzikir-dzikir yang disunnahkan dibaca ketika pagi dan sore. Ada juga bacaan yang lainnya akan tetapi kebanyakan sanadnya dha’if sebagaimana yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dan Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy. Walaupun tidak menutup kemungkinan sebagiannya ada yang shahih.



Lafazh-lafazh dzikir ini belum diterjemahkan mengingat terbatasnya tempat. Bagi yang ingin melihat terjemahan dan keterangannya bisa dilihat dalam “Perisai Seorang Muslim: Doa dan Dzikir dari Al-Qur`an dan As-Sunnah“.



Keutamaan Shalat Isyraaq



Dengan membaca dzikir-dzikir tersebut kita bisa mengamalkan sunnah yang lainnya yaitu shalat isyraaq (shalat ketika telah terbitnya matahari sekitar 15-20 menit). Hal ini dijelaskan dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِيْ جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ



“Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama’ah kemudian dia berdzikir kepada Allah Ta’ala sampai terbitnya matahari lalu dia shalat dua raka’at, maka pahalanya seperti pahala berhaji dan ‘umrah, sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. At-Tirmidziy no.591 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy di dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy no.480, Al-Misykat no.971 dan Shahih At-Targhiib no.468, lihat juga Shahih Kitab Al-Adzkaar 1/213 karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy)



Betapa besarnya keutamaan amalan tersebut! Selayaknya bagi kita untuk melaksanakannya semaksimal mungkin. Jangan sampai terlewat pahala yang begitu besar ini. Jangan sampai waktu kita terbuang untuk ngobrol kesana kemari yang sifatnya mubah sehingga hilanglah kesempatan mendapatkan pahala yang besar ini. Konsentrasikanlah setelah shalat shubuh dengan dzikir. Dzikir setelah shalat subuh dilanjutkan dengan dzikir pagi sampai selesai. Kemudian membaca Al-Qur`an atau muraja’ah hafalan sampai terbit matahari sekitar 15-20 menit. Setelah itu kita shalat dua raka’at yang diistilahkan dengan shalat isyraaq (jangan shalat ketika tepat matahari terbit, karena hal ini dilarang di dalam syari’at).



Janganlah waktu ini disibukkkan dengan urusan lain yang kurang penting. Kecuali amalan lain yang mempunyai keutamaan yang besar seperti ta’lim atau urusan lainnya yang sifatnya sangat urgen dan mendesak. Mudahan-mudahan kita mendapatkan pahala yang besar ini sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits tersebut. Aamiin.



Wallaahu A’lam

.

Maraaji’:

Hishnul Muslim karya Asy-Syaikh Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthaniy, Shahih Kitab Al-Adzkar wa Dha’ifuhu, Syarh Riyadhush Shalihin bab Adz-Dzikr ‘indash Shabah wal Masa`, dan Al-Kalimuth Thayyib karya Ibnu Taimiyah.

Dikutip dari: http://fdawj.co.nr/ Penulis: Buletin Dakwah Al Wala’ Wal Bara’ , Judul: Keutamaan Dzikir Pagi & Sore





Baca Risalah terkait ini:

1.Istighfar yang Paling Utama

2.Kumpulan Dzikir dan Do’a (Hisnul Muslim 1) Perisai Seorang Muslim

3.Kumpulan Dzikir dan Do’a (Hisnul Muslim 2) Perisai Seorang Muslim

4.Rasulullah Berdzikir dengan Jari Kanannya, Tanpa Alat Tasbih

5.Dzikir-dzikir Setelah Shalat Wajib

6.Dzikir Pagi dan Petang Sesuai Tuntunan Rasulullah Serta Keutamaannya

7.Doa Senjata Orang Yang Beriman

8.KUMPULAN DZIKIR DAN DO’A



Diarsipkan pada: http://qurandansunnah.wordpress.com/
author

Doa Setelah Makanan

Setelah makan membaca:


الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، غَيْرَ مُكْفِيٍّ وَلاَ مُوَدَّعٍ، وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا


“Segala puji bagi Allah (Aku memujiNya) dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah, yang senantiasa dibutuhkan, diperlukan dan tidak bisa ditinggalkan, ya Tuhan kami.” (HR. Bukhari)


Atau membaca:


اَللّٰهُمَّ اَطْعَمْتَ وَاَسْقَيْتَ ، وَاَقْنَيْتَ ، وَهَدَيْتَ ، وَاَحْيَيْتَ ، فَلِلّهِ الْحَمْدُ عَلىٰ مَا اَعْطَيْتَ


Ya Allah, Engkau telah memberi makan, memberi minum, memberi harta, memberi hadiah (suguhan) dan memberi penghidupan. Hanya milik Allah-lah semua pujian atas semua yang telah diberikan”. (HR. Ahmad dan Lainnya, lihat Ash-Shahihah: 71)


Atau membaca:


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ


Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan dan rezeki ini tanpa daya dan kekuatanku”. (HR. Penyusun kitab Sunan, kecuali An-Nasai, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/159, dan Tahqiq Kalimu Ath-Thayyib: 187 )


Keterangan:


Hadits kedua: dalam Kalimu Ath-Thayyib disandarkan kepada Nasa’i dan lainnya. Syaikh Al-Albani berkata “Demikian pula diriwayatkan oleh Ibnu Sunni (no: 459) dengan sanad yang shahih, saya telah mencantumkannya dalam Silsilah Hadits Shahih no: 71”.


Adapun tentang hadits ketiga bila diucapkan setelah makan, maka Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: “Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.


Tentang Tahmid (Al-Hamdulillah) sesudah makan telah datang riwayat dari Anas bin Malik رضي الله عنه, bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:


إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا


Sesungguhnya Allah meridhai seorang hamba yang mengucapkan tahmid setiap kali selesai makan dan minum” (HR. Muslim)


Sumber:

Terjemah Al-Kalimu Ath-Thayyib oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan Tahqiq Syaikh Al-Albani, Terbitan Daar El-Hujjah, Jakarta
Ebook Silsilah Hadits Ash-Shahihah oleh Syaikh Al-Albani
Hisnul Muslim Karya Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani

(dari kiriman kakakku : Kak Abi Sabiela)
Pertemuan FLP Sumut dengan Bunda Helvi Tiana Rossa
author

Pertemuan FLP Sumut dengan Bunda Helvi Tiana Rossa





Kenangan tak terlupakan pada saat bertemu dengan Bunda Helvi Tiana Rosa pada tanggal 24 April 2011 di Rumah Cahaya FLP Sumut.
Mendapat banyak ilmu dan nasehat-nasehat yang membangkitkan dunia kepenulisan.
Bahagia juga Evi bisa mengantar Bunda Helvi sampai ke bandara Polonia.

Kata-kata Bunda Helvi yang sangat melekat dalam memori Evi :
"Tulisan kita harus memberi cahaya walaupun setitik cahaya
Tulisan yang mencerahkan diri sendiri dan mencerahkan banyak orang
Semakin Anda menulis, semakin rendah hati
Semakin talenta, semakin rendah hati
Dengan menulis akan meninggalkan jejak kita
Karena menulis ada rekam jejak
Tulis tulisan yang datang dari hati nurani
Produktivitas dibarengi kualitas
Ciptakan karya yang menarik
Menulis itu menyehatkan karena menulis memaksa kita berpikir logis baik fiksi maupun non fiksi."

~Evi Andriani~
Medan, 11 Mei 2011
author

Sayangi Saudaramu, Jangan Biarkan Kehilangan Petunjuk

SEBUAH kerusakan terjadi tatkalah keburukan itu didiamkan oleh orang yang berilmu. Hal ini yang terjadi di kalangan Bani Israil dahulu. Seperti yang pernah diceritakan oleh Ibnu Mas’ud, Bani Israil kehilangan petunjuk ketika para ulamanya mulai melegalkan kemungkaran umatnya.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda: "Ketika kaum Bani Israil sudah terjerumus dalam berbagai kemaksiatan, para ulama mereka sesungguhnya telah memberi peringatan tentang larangan itu. Bani Israil tetap saja, dan para ulamanya tidak berusa lagi menghentikan perbuatan mereka itu. Kemudian alim ulama tadi berkawan dengan mereka dalam duduk, makan dan minumnya, tidak peduli lagi dengan larangan itu dan menyetujui kemungkaran yang dilakukan mereka.

Karana itu Allah lalu memberi rasa saling membenci hati di antara mereka (ulama dan kaum Bani Israil) serta melaknat mereka. Yang sedemikian itu adalah karana mereka telah melanggar aturan".

Kemudian Rasulullah SAW duduk dan bersandar, lalu meneruskan sabdanya: "Janganlah kamu seperti mereka. Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaan-Nya. Laknat itu pasti datang, sehingga engkau semua mengembalikan orang-orang yang berbuat kemungkaran itu kepada kebenaran yang sesungguh-sungguhnya." (HR. Turmudzi dan Abu Dawud).

Para ulama bani Israil itu terimbas kerusakan bahkan akhirnya jatuh di dalamnya, karena melegalkan kemaksiatan dan enggan menganjurkan perbuatan ma’ruf. Dari lisan dan perbuatan mereka itu tidak keluar kata-kata larangan sama sekali, sehingga para bani Israil kehilangan petunjuk (Maroh Labid Li Kasyfi Ma’na al-Qur’an al-Majid Juz I hlm 287).

Pada mulanya para ulama itu telah memberi peringatan, akan tetapi mungkin mereka tidak istiqamah. Tapi justru lambat laun berkawan dan akhrinya membenarkannya. Itulah akibatnya jika ridla terhadap kemaksiatan dibiarkan terus dalam hati.

Seperti peringatan Rasulullah SAW bersabda:”Barangsiapa ridla terhadap perbuatan kaum, maka dia bagian dari mereka.”(HR. Ibn Hajar dalam Mathalib al-‘Aliyah). Ridla terhadap kemaksiatan saudara tidaklah dapat diartikan kita menyayangi mereka.

Ridla dalam bentuk ini justru bukan cinta tapi sebaliknya, yaitu membencinya. Tidak mungkin kita jerumuskan pada kerusakan orang-orang yang kita cintai.

Sebab tanda mencintai sesama itu dengan saling berwasiat kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. "Orang-orang mu'min lelaki dan orang-orang mu'min perempuan itu, setengahnya adalah kekasih setengahnya, kerana mereka memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (QS. al-Taubah: 71).

Etika Mencintai Saudara

Rambu-rambu Islam telah mengajarkan bahwa, hak dan kewajiban persaudaraan itu diikat oleh syari’ah. Dalam kitab Minhaj al-Muslim diatur etika persaudaraan yang didasari oleh rasa kemanusiaan dan keta’atan pada hukum. Di antara etika dan hak persaudaraan itu antara lain;

Pertama. Membantu dengan dana jika membutuhkan. Setiap saudara harus membantu saudaranya dengan dana jika saudaranya memerlukannya. Diriwayatkan, Abu Hurairah ra bahwa ia didatangi seseorang yang kemudian berkata, "Aku ingin bersaudara denganmu karena Allah, tahukah engkau apa hak persaudaraan?" Abu Hurairah berkata, "Tolong jelaskah hak persaudaraan kepadaku." Orang tersebut berkata, "Engkau tidak merasa lebih berhak atas dinarmu, dan dirhammu daripada aku." Abu Hurairah berkata, "Aku belum bisa sampai pada tingkatan itu." Orang tersebut berkata;”Kalau begitu, pergilah engkau dari sini”.

Kedua. Mengutamakan saudaranya daripada dirinya sendiri, memeriksa kondisi saudaranya sebagaimana ia memeriksa kondisi dirinya, lebih mengutamakan saudaranya daripada dirinya sendiri atau keluarganya atau anak-anaknya, menanyakannya setidaknya dalam setiap tiga hari.

Ketiga. Menjaga lisan dengan tidak membeberkan aib saudaranya. Tidak membongkar rahasianya, dan tidak berusaha mengetahui rahasia-rahasia diri saudaranya. Jika ia melihat saudaranya di salah satu jalan untuk satu kebutuhan, maka ia tidak menyuruhnya menyebutkan kebutuhannya tersebut, dan tidak berusaha mengetahui sumbernya.

Keempat. Menyeru saudaranya kepada kebaikan dengan lemah-lembut, melarangnya dari kemungkaran dengan lemah-lembut. Mengindari perdebatan yang mencelakakan. Mengeluarkan ucapan-ucapan yang kotor dan sebagainya.

Kelima. Memberi sesuatu yang dicintai saudaranya dan lisannya dengan memanggilnya dengan nama yang paling ia sukai, menyebutkan kebaikannya tanpa sepengetahuannya atau di depannya, menyampaikan pujian orang kepadanya sebagai bentuk keiriannya kepadanya dan kebahagiaannya dengannya, tidak menasihati berjam-jam hingga membuatnya gerah, dan tidak menasihati di depan umum karena hal mi mencemarkan nama baiknya.

Imam Syafi'i r.a berkata, "Barangsiapa menasihati saudaranya secara rahasia, sungguh ia telah menasihatinya dengan baik, dan menghiasinya. Dan barangsiapa menasihati saudaranya dengan terang-terangan, sungguh ia telah mencemarkan nama baiknya”.(Dikutip dari Minhaj al-Muslim).

Menjaga Agama

Jadi, etika mencintai saudara yang benar itu adalah tidak hanya menjaga harta dan jiwanya tapi juga agamanya. Inilah bentuk kasih-sayang yang sesungguhnya. Jika hanya harta dan jiwa yang kita relakan sementara agama tidak diindahkan, maka kita sesungguhnya itu belum berkasih-sayang yang sebenarnya. Bahkan bisa sebaliknya.

Maka, menasehati dalam masalah agama merupakan bentuk kasih-sayang yang benar. Membetulkan yang salah, dan memberi tahu kepada yang masih awam.
Nasihat agama yang utama yang perlu kita sampaikan kepada saudara kita adalah nasihat yang berhubungan dengan hal-hal takwa kepada Allah SWT dan perkara akhirat.

Seperti yang pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabatnya. Dari al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Kita semua diberi nasihat oleh Rasulullah SAW. berupa suatu nasihat sehingga karena mendengar nasihat itu semua hati kita menjadi takut dan semua mata dapat mengalirkan air mata." (HR. Tirmidzi dalam Riyadlu al-Shalihin hadis no. 700).

Menurut Imam al-Qurtubi, hubungan persaudaraan sesama muslim itu terbentuk dengan tiga faktor utama. Yaitu, dilandasi oleh rasa bersama seperti saudara senasab dalam kasih saying, kedua, tolong menolong dan saling membantu dan ketiga saling memberi nasehat agama (Khasyiyah al-Muwaththa dalam Kitab Khusnul Khuluq).

Faktor pertama dan kedua merupakan pilar yang didasari oleh rasa kemanusiaan. Sebagai satu darah dan satu jiwa. Dua aspek kemanusiaan ini kemudian disempurnakan dengan pilar ketiga, yaitu nasihat untuk menjaga agamanya.

Sebagai bentuk solidaritas yang memiliki jiwa yang disatukan oleh iman. Ketiga-tiganya saling menguatkan dan berkesinambungan. Jika pilar ketiga itu hilang, maka hubungan persaudaraan itu menjadi kecintaan yang semu.

Tiga pilar standar dalam persaudaraan itulah yang menjadi salah satu elemen pertanda kesempurnaan iman. Seperti disabdakan oleh Rasulullah SAW: "Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman (yang sempurna) sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia mencintai untuk dirinya sendiri dari kebaikan” (HR. Bukhari).

Oleh sebab itu, termasuk bagian dari pilar ketiga adalah membenci perbuatan saudaranya untuk berbuat kemaksiatan. Yang dibenci bukan persoanalnya akan tetapi perbuatan buruk itu. Maka, kita mesti berusaha mengeluarkan perbuatan itu dari kemaksiatan. Hal ini semua menunjukkan, cinta dan benci itu mestilah karena Allahbukan atas ego pribadi.

Seperti ungkapan Rasulullah SAW: "Ikatan iman yang paling kuat adalah: loyalitas karena Allah SWT dan saling memusuhi karena Allah SWT, cinta karena Allah SWT dan benci juga karena-Nya." (HR. Bukhari). Maka, cintailah saudara dengan nasihat agama dan menolongnya dari kesesatan. Wallahu a’lam bisshowab.*/Kholili Hasib


(dari sahabat saya : Kholili Hasib

http://www.hidayatullah.com/read/16496/20/04/2011/sayangi-saudaramu,-jangan-biarkan-kehilangan-petunjuk.html
author

Pluralisme Agama, Pengganjal Kerukunan Umat Beragama

Pluralisme Agama, Pengganjal Kerukunan Umat Beragama


Prolog

Atas nama kerukunan umat beragama, akhir-akhir ini, banyak lagi yang membicarakan gagasan pluralisme atau pluralism agama di Indonesia. Mereka ini terdiri dari berbagai kalangan─mulai dari politisi, budayawan, agamawan sampai akademik. Secara umum dapat dikatakan bahwa kebanyakan orang... yang ditokohkan di kalangan kita beranggapan secara simplistis bahwa “pluralisme adalah toleransi” atau “pluralisme agama adalah toleransi agama”.


Jika ia sekedar bermakna ‘toleransi’ atau ‘toleransi agama’, pertanyaannya, mengapa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2005 mengeluarkan fatwa tentang hukum haramnya Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme (atau yang dikenal dengan SIPILIS)? Selain itu, ada juga resolusi Muzakarah Ulama Se-Malaysia, 2006, di Negeri Perak, Malaysia, yang dibacakan oleh Mufti Perak, Datuk Dr. Harussani, yang menegaskan hukum yang sama dengan fatwa MUI tersebut.


Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis akan mencoba mengurai hakikat pluralisme yang hingga kini menjadi perdebatan, dan hubungannya dengan kerukunan umat beragama. Benarkan ruang gerak "pluralisme" ini benar-benar hanya pada ranah sosial? Apakah memang ada perbedaan antara pluralisme sosiologis dan pluralisme teologis? Mari kita lihat!


Definisi dan Doktrin Pluralisme



Anggapan bahwa “pluralisme agama adalah toleransi agama” adalah anggapan subyektif yang jelas-jelas ditolak oleh para pakar dan penganjur pluralisme sendiri. Di Barat, pluralisme memiliki akar yang dapat dilacak jauh ke belakang, tapi yang paling dominan adalah akar nihilisme dan relativisme Barat Postmodern. Sejak awal, postmodernisme ini menjadikan fundamentalisme sebagai musuh utamanya. Dimana dalam hal ini, postmodernisme menjadikan pluralisme sebagai senjatanya. Sebenarnya, postmodernisme itu sendiri dihidupkan oleh semangat pluralisme, kata Akbar S Ahmed dan Ernest Gelner. Tujuannya, kata Peter L Berger, pluralisme itu sebagai ganti sekularisme yang dianggap gagal. Dan dari perut pluralisme inilah, paham 'pluralisme agama' lahir.



Dalam The Golier Webster Int. Dictionary Of The English Language diungkap bahwa pluralisme dipahami dalam dua makna, pertama, adanya pengakuan terhadap kualitas majemuk atau toleransi terhadap kemajemukan. Artinya, toleransi yang dimaksud adalah dimana masing-masing agama, ras, suku dan kepercayaan berpegang pada prinsip masing-masing dan menghormati prinsip dan kepercayaan orang lain. Kedua, pluralisme berupa doktrin, yakni: a). pengakuan terhadap kemajemukan prinsip tertinggi, b) dalam masalah kebenaran, tidak ada jalan untuk mengatakan hanya ada satu kebenaran tunggal tentang suatu masalah, c) berisi ancaman bahwa tidak ada pendapat yang benar, atau semua pendapat itu sama benarnya, d) teori yang sejalan dengan relativisme dan sikap curiga terhadap kebenaran (truth), e) dan terakhir, pandangan bahwa di sana tidak ada pendapat yang benar atau semua pendapat adalah sama benarnya (no view is true, or that all view are equally true). (Lihat juga dalam Oxford Advanced Lear ners’ Dictionary of Current English dan Oxford Dictionary of Philosophy).



Dari sisi definisi saja dapat diketahui bahwa pluralisme itu sendiri sudah mengandung pandangan relativitas dalam kebenaran, atau setidaknya, curiga terhadap kebenaran. Pluralisme ini tidak berpegang pada suatu dasar apa pun. Tidak boleh ada kebenaran tunggal. Bahkan dalam satu pengertian, pluralisme mengajarkan bahwa sebenarnya kebenaran itu tidak ada. Walhasil, pluralisme itu bukan hanya doktrin sosial, sebab ia akan selalu menyentuh aspek teologis.



Dalam bukunya, The Desecularization of the World, Peter Ludwig Berger menyatakan, pluralisme dengan dukungan globalisasi akan mengubah pengalaman keberagamaan individu. Lambat laun, ia akan menggeser posisi agama, sebab menjadi fakta kehidupan sosial dan kesadaran individual. Agama tidak lagi menjadi sandaran, baik di tingkat internasional dengan globalisasinya dan nasional dengan demokrasi liberalnya. Akhirnya, otoritas menjadi hak setiap individu. Jika demikian, posisi pluralisme bagi masyarakat lebih kuat dari pada agama, ungkap Berger. Jelasnya, pluralisme menjadi agama baru.



Sementara itu, ungkapan lebih tegas disampaikan oleh Diana L.Eck dalam The Challenge of Pluralism. Menurutnya, pluralisme bukan sekedar toleransi antar umat beragama, tidak pula sekedar menerima pluralitas (diversity). Lebih jauh ia membayangkan bahwa, pluralisme merupakan penyatuan agama-agama, yakni realitas keagamaan yang plural (baca: From Diversity to Pluralism). Karena itu, ia menyarankan agar menerima kebenaran yang ada pada agama lain. Baginya, masing-masing agama memiliki wilayah kebenaranya sendiri. Artinya, Diana meyakini bahwa semua agama itu sama benarnya, yang satu tidak lebih benar dari yang lain. Relativisme menjadi ciri khas pemikiran Diana ini. Jika demikian, sesungguhnya 'sasaran utama' pluralisme adalah agama. Artinya, pluralisme itu tidak bergerak di ranah sosial semata, tapi juga mencakup ke aspek teologis. Oleh karena itu, pluralisme dan pluralisme agama adalah dua paham yang sama.



Selanjutnya, pluralisme agama memiliki sekurang-kurangnya dua aliran besar, pertama, aliran Kesatuan Transenden Agama-agama (transenden unity of religious) yang dicetuskan oleh Fritjhof Schuon; kedua, aliran Teologi Global (global theology) yang dicetuskan oleh John Hick dan Wilfred Cantwell Smith. Dalam aliran Kesatuan Transenden Agama-agama (transenden unity of religious), Schuon menawarkan ide 'pembacaan' agama menjadi dua tingkat, tingkat eksoterik dan esoterik. Perbedaan antar agama ada pada tingkat eksoterik (lahiriah), sedangkan pada aspek esoterik, agama-agama itu menyatu, memiliki Tuhan yang sama sekaligus abstrak dan tak terbatas, terangnya.



Secara kasat mata, pandangan ini sangat bertentangan dengan prinsip tauhid dalam Islam. Dimana ia malah mengajak kita, umat Islam untuk berbuat syirik. Selain itu, dalam idenya ini, Schuon tidak begitu mementingkan aspek eksoterik. Jelas-jelas ini tidak sesuai dengan ajaran Islam. Padahal, aspek eksoterik (syari'ah) itu adalah salah satu misi utama kenabian. Bentuk-bentuk ibadah yang tidak sesuai dengan yang Rasulullah Saw contohkan tidaklah sah. Lebih dari itu, dalam Islam tidak dikenal pemisahan kedua aspek tersebut. Satu sama lain terkait. Untuk mencapai tingkat esoterik yang benar, seorang muslim/muslimah harus melaksanakan syari'ah secara benar, sebagaimana yang dicontohkan Nabi saw.



Demikian halnya dengan aliran Teologi Global (global theology), juga memiliki problem serius. Menurut aliran ini, agama-agama yang ada harus menyesuaikan diri dengan kondisi dan perkembangan sosial budaya masyarakat hari ini. Maksudndya masyarakat yang plural. Universalisasi ideologi Barat adalah tujuan yang hendak dicapai (baca: Dr. Amir al-Roubaie). Demi universalisasi ini, John Hick dan juga Diana L Eck 'melebur' batas agama-agama (ekslusivisme). Akibatnya, ada perubahan radikal dalam masalah Ketuhanan, yaitu dari 'banyak agama' banyak Tuhan, menjadi 'banyak agama' satu Tuhan. Sementara dalam hal pengetahuan akan 'Tuhan dan kebenaran', Hick mengatakan bahwa itu sifatnya relatif (baca: An Interpretation of Religion).



Jika demikian halnya, maka paham pluralisme atau pluralisme agama bukan solusi untuk mempererat hubungan antar umat beragama. Sebaliknya, ia bagai duri dalam hubungan tersebut. Sebab kenyataannya, sikap saling menghormati antar umat beragama itu berasal dari saling memahami akan perbedaan masing, bukan malah meleburnya sebagaimana yang ditawarkan oleh paham pluralisme tersebut. Jika tidak ada perbedaan, lalu untuk apa toleransi? Lagi pula, hal ini hanya ada di batas angan, mustahil terjadi, karena perbedaan itu nyata.



Paham Pluralisme dalam Intern Agama: Kasus Islam



Paham Pluralisme agama tidak hanya menjadi duri bagi kerukunan umat beragama, tapi juga intern agama. Akibat masuknya cara pandang pluralis menyangkut persoalan Ahmadiyah dalam Islam misalnya, sampai hari ini tidak kunjung selesai. Padahal kesesatan Ahmadiyah telah dipertegas dalam fatwa MUI pada tahun 1980 dan diperkuat fatwa MUI tahun 2005. Juga ditegaskan oleh hasil penelitian Balitbang Depag RI Jakarta 1995, pernyataan Pakem tahun 2004, dan pernyataan Bakorpakem tahun 2008. Selain itu, dalam perspektif negara Indonesia yang memiliki UU No 1/PNPS/1965 yang baru-baru ini dipertahankan oleh Mahkamah Konstitusi, kelompok Ahmadiyah yang menyebarkan ajaran Islam versi Mirza Ghulam Ahmad sang nabi palsu, jelas-jelas telah melanggar UU tersebut.



Namun karena pihak-pihak yang mendukung Ahmadiyah melihat dari kaca mata pengakuan atas adanya ragam keyakinan semata, maka studi dan kajian para ulama tersebut menjadi tak bermakna. Melihat Ahmadiyah, ibarat seorang pencuri mengambil barang berharga di sebuah rumah dan menghabisi semua penghuninya. Ketika hukuman dijatuhkan pada si pencuri sesuai perbuatannya, masyarakat ramai, bicara tentang HAM. Tetapi mengapa tidak bicara HAM pada pencurinya? Ya, mengapa dan mengapa?



Ketika negeri ini dibangun ada tiga model nation state yang dianut dunia dalam soal hubungan agama dan negara: pertama, Model sekularisme yang menyerahkan agama sebagai urusan individu dan tak diurus oleh agama. Kedua, Model komunisme, agama dimusuhi dan diberantas oleh negara, ini model negara anti agama. Dan ketiga, Model teokrasi, salah satu agama dijadikan dasar negara.



Para pendiri Republik ini, telah mendiskusikan tiga model itu, sebagian setuju dengan salah satu model tapi yang lain menolaknya. Ketika tak diperoleh kesepakatan, "Negeri Pancasila" diterima sebagai konsensus dan perjanjian bangsa ini. Konsensus ini membuahkan sikap penerimaan Hindu, Buda, Kristen dan Islam, dan menolak agama lainnya, termasuk sekte-sekte yang dipandang menyimpang dari agama pokoknya. Tetapi pada Era Orde Baru, Suharto dengan cara-cara diktator memaksakan penerimaan Aliran Kepercayaan. Walaupun ketika itu ditolak keras oleh mayoritas bangsa ini.



Ketika Ahmadiyah diperlakukan keras oleh sebagian bangsa ini, mereka disalahkan dengan tuduhan, "Melakukan kekerasan atas nama agama." Bukankah Ahmadiyah telah disepakati oleh pemeluk Islam sebagai sekte yang menyimpang. Mengapa bukan pemerintah yang disalahkan, membiarkan sekte itu berkembang subur? Tidakkah ini sebagai sebuah pelanggaran terhadap konsensus dasar?



Yang lebih mengherankan lagi, orang memandang itu dari kacamata HAM. Padahal kita tahu, HAM itu hasil dari produk negara-negara bermodel sekularisme. Mereka tak memiliki sistem nilai karena menolak ajaran agama menjadi bagian dari sistem kenegaraan. Sementara kita tahu ajaran agama (agama manapun) adalah sebuah sistem nilai yang dipakai oleh pemeluknya. Tapi mengapa negeri Pancasila ini memakai HAM, seperti yang dipakai negara sekuler? Menurut hemat saya Pancasila sebagai dasar negara yang dihasilkan dari kemelut di awal negeri ini akan diibangun, perlu dikaji ulang untuk bisa menghadapi gejolak-gejolak keyakinan keagamaan yang terus berkembang, tetapi tetap didasari semangat konsensus awal itu.



D. Epilog



Melihat uraian di atas, pluralisme atau pluralism agama bukan toleransi. Ia lebih tepat dimaknai sebagai relativisme kebenaran. Semua agama benar karena menuju Tuhan yang sama. Ini bertentangan dengan konsep Islam. Islam mengakui perbedaan, dan siap dialog. Namun bukan berarti kita harus melebur agama ini. Jika peleburan ini yang terjadi, justru kerukunan tidak akan pernah tercapai. Karena itu, jika ide 'pluralisme' diteruskan, semua agama dirugikan. Sebab, mereka tidak lagi bisa menjalankan ajaran agamanya. Tetapi, dipaksa untuk ikut aturan yang dibuat manusia, yaitu pluralisme yang berfungsi sebagai 'agama baru'.

Kita meyakini, tanpa menggunakan istilah yang 'keren-kerenan', bangsa kita bisa terus menjaga dan mempererat tali persaudaraan. Sejak awal, Islam mengakui dan menghargai perbedaan. Sampai-sampai, perbedaan dalam masalah agama tidak boleh menghalangi seorang anak untuk berbuat baik kepada orang tuanya. Namun, untuk masalah keimanan dan kemusyrikan, kita tidak mentolerir. Maksudnya, kita menginginkan perdamaian dan kerukunan. Tetapi, tauhid lebih penting. Faktanya, Islam mampu melakukan ini. Wallahu A'lamu bi ash-Shawab.

(Sebuah artikel yang di tulis dan kirimkan saat ada lomba di facebook Tidak menang dan yang diambil hanya 10 orang saja. Mungkin artikel ini terlalu berat atau lebih cocok di kirim ke media massa ya T_T. Yang penting sudah berusaha. Semangat menulis)