bunga

Banjir Melanda Negeriku


Banjir Melanda Negeriku



    Setelah beberapa Minggu lalu, Jakarta mengalami banjir cukup besar. Kini banjir juga datang ke Bandung dan sekarang di Medan (2/2/2013). Dulu pada 7 September 2011, pernah juga terjadi banjir seperti ini. Subhanallah, Maha Agung yang menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini.

    Ada apa? Kok bisa banjir itu datang. Peringatan atau memang sudah kodratnya alam?
Tentu saja ini peringatan. Peringatan bagi kita untuk menjaga kebersihan lingkungan, keindahan pelestarian alam, dan menghindari perbuatan-perbuatan yang Allah tidak suka tapi dikerjakan oleh makhluk-Nya. Semoga Allah mengampuni segala kesalahan kita. Astagfirullah.

    Namun, sekali lagi ini bukan musibah. Ini juga menjadi bahan kehati-hatian kita khususnya bagi yang suka travelling alias jalan-jalan untuk melihat kondisi alam tempat ia akan pergi. Angka kecelakaan dan korban bencana alam juga semakin kecil. Ini juga bahan renungan bagi kita yang telah melukai bumi sedikit demi sedikit.

Ketika melihat ke depan rumah aku terdiam, kemudian berpikir;
    “Wahai bumiku, maafkan kami yang tiada henti melukaimu. Ini bukan salahmu, tapi salah kami. Yang selalu buang sampah sembarang. Yang selalu menebang hutang. Yang selalu mengikis lapisan ozon dari ke hari.
    Wahai hujan, maafkan kami karena sering menyalahkanmu atas banjir ini. Padahal bukan salahmu, bukan salah langit, dan bukan salah awan. Tapi salah manusia itu sendiri.

    Hujan, bumi, langit dan awan, aku sangat mencintaimu, seperti engkau mencintai kami. Terhindar dari kekeringan, terbantu penerangan, tanah menjadi subur, daun-daun kembali hijau, bunga-bunga mekar dan pelangi kadang datang menyambut dengan indahnya.

    Ketika melihat ke belakang rumah aku sedih. Karena parit airnya semakin tinggi. Berarti sungai meluap. Banjir di mana-mana. Lintah, tikus, kecoa, dan binatang yang biasanya senang dekat air, kembali ke atas. Bahkan bisa masuk ke dalam rumah manusia. Kasihan mereka kehilangan rumahnya. Walaupun rumah saya tidak banjir, tapi tetap saja sedih, karena rumah sebagian tetangga kena banjir.

    “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imran : 191)

    Kini banjir melanda negeriku. Semua manusia kembali mengingat-Mu. Karena tiada kekuasaan yang lebih tinggi selain-Mu. Negeri yang kucintai kini tak seindah negeri yang dulu. Tapi aku ingin selalu menjadikannya tetap indah dan hijau dengan banyak tumbuhnya pohon-pohon hijau.

    Saatnya ahti kita kembali suci dan bersih. Nggak pake tunggu besok. Mulai dari sekarang. Hati yang suci dan bersih selalu akan selalu mendatangkan:
-pikiran yang bersih,
-do’anya mustajab,
-tumbuh kembang rahmat Allah,
-hati menjadi ikhlas, sabar dan syukur.
-menjadikan kita lebih berhati-hati (wara’),
-bicara penuh hikmah,
-zuhud
(mencari dunia untuk kepentingan akhirat. Sehingga, orang zuhud itu bukan orang yang tidak mau tahu menahu dengan urusan dunia, tapi orang yang menjadikan dunia ini semata-mata untuk mencari Ridha-Nya.)
-paham akan makna hidup dan jati diri kita
(menjadikan ridho Allah sebagai tujuan hidup; ibadah sebagai tugas hidup; diri dan harta sebagai alat hidup; khalifah sebagai fungsi hidup; wahyu Allah di dalam kitab suci sebagai pimpinan hidup; Nabi muhammad saw sebagai teladan hidup; orang mu’min sebagai kawan dalam hidup dan syaitan sebagai lawan hidup)
-sikap taubat untuk selalu kembali kepada fitrahnya yang sejati yaitu fitrah tauhid (fitrah tauhid yang memiliki kecenderungan pada keikhlasan, kesucian, kebenaran/kejujuran, kebaikan, kearifan, dan keadilan).

    Semoga Allah selalu menuntun kita ke jalan yang baik dan lurus. Semoga kita senantiasa selalu merenung dan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Karena hidayah, petunjuk, dan akhlak kharimah adalah nikmat yang luar biasa. Alhamdulillah tiga kemudian banjir surut dan keadaan sudah normal seperti sediakala.

Beramallah saat kita masih bisa bertindak.
Bertaubatlah selagi umur masih panjang.
Berjalanlah ke arah yang lurus, selama masih punya iman.
Berjama’ahlah bila kita punya teman.
Karena kematian itu dekat adanya. (Evi A.)

Salam santun,
~Evi A.~
Medan, 02-02-2013