My Sweet Home

Yuk, Kita Menulis Buku!

Membaca kisah penulis biasa menjadi best seller di bawah ini benar-benar luar biasa menurut saya. Terus maju, pantang mundur, dan idealisnya itu mantap banget. Tahun depan harus buat beberapa buku. Semangat. Buku ITP, buku novel anak, novel biografi, dll. Asyik kayaknya ya...

Yuk kita simak...
***
Penulis Best Seller ini mengalami penolakan dari 16 agency dan lebih dari 30 penerbit sebelum buku pertamanya diterbitkan. Meskipun ia memiliki lebih dari 100 juta buku-bukunya dicetak di USA saja, John Grisham "tidak pernah bermimpi tentang menjadi seorang penulis". Lahir dari keluarga sederhana dan tanpa apresiasi sastra khususnya, John adalah pengagum Dr Seuss dan Hardy Boys di masa mudanya.

Dia mengakui "Saya tidak benar-benar kutu buku". Minat sementaranya akan novel John Steinbeck segera digantikan oleh minat sejatinya yaitu : bisbol. Saat duduk di SMA, John memusatkan seluruh waktu dan perhatian pada permainan lapangan. Dia berhasil masuk Mississippi State University di
mana ia bermain di tingkat tim universitas. Tapi suatu hari saat menonton pertandingan universitas, ia mulai mempertimbangkan kembali masa depan karirnya : "Dalam pikiran saya bahwa para pemain saya tonton, semua adalah orang muda seusiaku, dan hanya sedikit yang punya kesempatan untuk menjadi profesional. Saya pikir kita semua terperangkap dalam situasi yang sama dan akan lebih bijaksana untuk berpikir tentang pilihan lain ".

John lulus dari universitas dan memperoleh gelar dibidang akuntansi kemudian melanjutkan belajar di sekolah hukum.

Setelah menyelesaikan naskah dengan perasaan lega, John datang ke langkah
berikutnya yang sulit: yaitu mendapatkan agen. Ia mengirim surat resmi dan melampirkan naskah novelnya untuk dibaca. Sebagai imbalannya ia menerima surat penolakan. Surat lain untuk agen lain,

Penolakan lain. Secara keseluruhan ada 16 agency yang menolak novelnya dan dirinya sendiri untuk menjadi klien mereka. Dan ketika ia mulai menghubungi penerbit, gelombang penolakan kembali terjadi. Novel telah dikirim ke banyak penerbit apa yang John sekarang sebut dengan "tiga puluh sekian-sekian" dan editor menolaknya. Tapi ada satu editor yang menyukainya - dan dia tahu. Bill Thompson dari Wynwood Pers adalah editor yang menemukan Stephen King. Dia memberi kesempatan terbatas untuk A Time to Kill dengan mencetak 5000 eksemplar dan memberikan John sebuah uang muka 15.000 dolar. John sendiri membeli 1000 kopi untuk dijual sendiri. Dia menjual buku dan melakukan tur dengan gayanya sendiri, berkeliling negara pertengahan Selatan dalam Volvo-nya lama. Dia menandatangani buku-bukunya untuk calon pembeli yang datang yang tidak lebih dari selusin di setiap kesempatan.

Kedua cara itu menjual dan melakukan tur keliling tidak membuat John Grisham penulis best seller. Selain menjual beberapa buku-bukunya, tur hanya menghasilkan kenalan baru beberapa yang merupakan pemilik toko buku lokal. Upaya yang kurang berhasil ini dihentikan.Tapi John telah belajar untuk menulis buku. Setelah membuat A Time to Kill ia mulai novel keduanya: sebuah thriller tentang seorang pengacara muda yang cerdas dan Firma hukum yang terkenal tapi korup di Memphis. Tidak lama setelah "The Firm" tiba di meja agensinya, John
terkejut ketika diberitahu naskah itu dibeli dengan harga 600.000 dolar, bukan oleh penerbit tetapi oleh Paramount Pictures. Cerita ini diprediksi akan menjadi film box-office, cocok untuk seorang bintang besar muda, katakanlah, Tom Cruise. Melibatkan begitu banyak uang, kesepakatan ini mendapat perhatian dari sejumlah penerbit besar di New York, banyak dari mereka yang pernah mengabaikan novel pertama John.

Salah satu yang paling bergengsi Penerbit dari Newyork yaitu, Doubleday
menerima tawaran Paramount. Setelah di publikasikan, "The Firm" tetap berada dalam daftar best seller selama 47 minggu di New York Times dan menjadi novel terlaris tahun 1991.
***

Jadi teringat, beberapa hari lalu saya ke Plaza Blok M Square lantai dasar untuk mencari buku murah. Saya ditemani oleh adik sepupu saya yang hobi baca novel.
Kalau saya pribadi ga hobi baca novel tapi suka koleksinya untuk koleksi buku-buku perpustakaan yang akan saya bangun di masa depan untuk umat. (Aamiin semoga terlaksana)

Lalu adik saya menawarkan saya tempat penjualan buku khusus novel tanpa campur dengan buku lainnya. Sampailah saya di situ.

Si penjual saya lihat lagi baca buku "The Davinci Code"

Kemudian saya tanya,"itu bukunya asli atau palsu, Bang?" (Kebetulan beliau orang Padang)

Si penjual menjawab,"Asli. Tapi buku ini limitted edition. Kalau saya jual lg buku ini laku 300rb. Karena banyak di-hunting orang. Tapi sayang, saya ga mau menjualnya karena buku ini tergolong langka di Indonesia dan isinya sangat bagus."

Saya tercengang dalam hati. Padahal kalau saya lihat sudah agak usang alias lembarannya terlipat dan peyot. Tapi harganya masih bernilai tinggi.

Kemudian saya beli beberapa buku.
Ntah kenapa tiba-tiba mata saya melirik ke buku "Buya Hamka".

Si abang penjual bertutur,"Itu buku bagus,Mba. Tentang biografi Buya Hamka. Asli. Kalau Mba mau, saya kasih harga murah. Karena Mba sudah banyak beli buku."

"Wah, ntar saya lihat uang saya cukup apa tidak ya Bang," jawabku.

Karena sudah habis 500ribuan untuk beli buku, akhirnya saya ke ATM terdekat, agar bisa beli buku tersebut.

Ntah darimana mulai bercerita. Saya bilang ke abang penjual tersebut, suatu hari nanti saya mau nulis buku survivor abang, buku-buku kesehatan, buku pelajaran dan buku lainnya.

Tiba-tiba si abang penjual berkata, "Mba, saran saya buat buku novel. Karena kalau buku seperti pelajaran, dll itu kan semakin zaman maju, alat-alat kesehatan semakin canggih, buku sudah tidak dijadikan panduan. Begitu pula buku pelajaran, jika berganti kurikulum maka buku kita ga dipakai. Tapi kalau novel, mau orangnya sudah meninggal, tapi bukunya masih terus dibuat dan diburu. Orang masih ingin baca."

Saya hanya senyum saja. Benar juga yang abang itu bilang. Tapi saya kurang hobi baca novel. Mungkin saya harus mulai banyak baca, dan dimulai dari yang kecil yang saya ketahui yaitu menulis buku panduan kesehatan ITP, novel anak lupus, selanjutnya berlanjut sampai novel umum.

Harus perlahan-lahan. Saat ini saya masih sibuk banget. Ini saja jarang tidur cepat, selalu lewat batas waktu. Ga sehat banget. Yang ini jangan ditiru ya. Tidur harus cepat biar paginya fresh hehehehe. Bismillah, harus semangat..

Semangat menulis...
Semangat berkarya...
Semangat sore para sahabat...

Salam santun,
~Evi A.~

*Serial unek-unek di sore hari. Saya pengen sekali nulis buku perjuangan bertahan hidup dari penyakit yang diderita saya ataupun para teman-teman lainnya.
— with Oase Kehidupan and 27 others.
author

a wife, a mom, a blogger, a survivor of ITP & Lupus, a writer, author, a counselor of ITP & Lupus autoimmune, a mompreuneur, a motivator, a lecturer.