bunga

Hakikat Cinta itu Berada

Cinta yang akan di bangun antara suami dan istri bukanlah cinta layaknya roman picisan atau kisah sentimentil fist love at first sight. Tapi sebuah cinta yang di dasari cinta kepada Allah yang akan menguatkan cinta dan kasih sayang karena Allah yang menumbuhkan rasa cinta di hati manusia. Dan hubungan ini adalah sebuah ikatan emosional yang kuat karena kecintaan kita kepada suami atau istri kita adalah atas dasar kecintaan kepada Zat Yang Mahakekal.
Nilai kecintaan kita akan teruji manakala kita harus memilih dan memilah untuk memberi yang terbaik bagi pasangan kita.

Pernah ga kita mencoba menyelami kejadian yang berlangsung di rahim seorang ibu sejak bertemunya sel sperma dan sel telur, sampai ia menjadi bayi mungil yang kelak menjadi manusia pembentuk peradaban di muka bumi?

Allah SWT menggambarkannnya,
Kemudian dari air mani itu Kami jadikan segumpul darah,lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (Al-Mukminun : 14)

Hal ini mengingatkan kita bahwa proses pembentukan anak manusia di alam rahim adalah sebuah kejadian penuh bahasa cinta. Proses tersebut berjalan di bawah komando yang tidak seluruhnya mampu di ukur dengan akal namun dapat dihayati dengan hatiyang bersih, bahwa semua itu dilakukan atas dasar cintaNya pada manusia. Dia mencintai kita, melebihi kecintaan yang pernah ada di antara manusia. Cinta itu kemudian diturunkan kepada naluri seorang ibu terhadap janin dalam rahimnya. Apakah seorang ibu pernah melihat sosok janin dalam rahimnya???

Sebentuk rasa sejuk menjalari jiwaku. Disinilah kiranya Allah menempatkan posisiNya bagi manusia. Dan disini pulalah hakikat cinta itu berada.
Jiwa ini akan terasa sepi manakala tidak dihiasi dengan keindahan cinta kepadaNya, kenikmatan bersimpuh di hadapanNya, mendekatkan diri padaNya, mengadu, pasrah, dan selalu rindu bersua denganNya. Kecintaan dan keridhaan kepada Allah menyebabkan segala sesuatu akan tampak menyenangkan. Ketika itu pula Allah menebar cintaNya, jauh menyelusup ke sanubari. Namun bagi jiwa yang jauh dari kecintaan padaNya ia akan sibuk dengan urusan dunia dan senantiasa merasa rugi akan kenikmatan dunia yang tak kunjung cukup. Jiwa akan kering dan haus mencari sesuatu yang tidak pernah memuaskan.

Betapa tulus cinta Rasulullah saw. kepada kita. Di antara sakaratul maut beliau hanya kita yang di ingat. Betapa tulus perjuangan dan pengorbanan Rasulullah saw..Hanya berharap dapat memberi kebaikan pada umat beliau.

*******
Suatu ketika di tengah terik matahari, datang seorang ibu dan anaknya ke rumah Aisyah r.a. Ibu tersebut mohon ke ikhlasan Ummul Mukminin Aisyah r.a. untuk memberi makan mereka sekedarnya. Ternyata saat itu beliau hanya memiliki 3 butir kurma. Maka diserahkannyalah kurma itu pada seorang ibu. Oleh sang ibu dua butir kurma diberikan kepada anaknya masing-masing. Setelah dengan lahap mereka menghabiskan kurmna, ternyata mereka masih lapar dan minta lagi kepada sang ibu. Kemudian sang ibu membagi kurma miliknya dan diberikan kepada dua anaknya. Sang ibu tetap menahan rasa lapar. Melihat hal tersebut Aisyah r.a. terharu dan menceritakan kisah itu kepada Nabi saw.. Nabi bersabda,"Apakah engkau heran melihat kasih sayang ibu terhadap anaknya? Sesungguhnya kasih sayang Allah kepada manusia melebihi hal itu."

*******

Memaknai cinta, tak semua orang memilliki persepsi sama. Namun cinta Allah saw da RasulNya saw kepada kita, mengajarkan sebuah hakikat cinta.
Bahwa cinta adalah memberi. Bahwa cinta sesungguhnya adalah upaya untuk senantiasa memberi kebaikan dan kebahagiaan kepada yang dicintainya.


Ketika berbicara cinta maka kita tidak sekedar berbicara masalah hak dan kewajiban. kalau aku mencintaimu, maka hakku untuk kau cintai. Jika aku memberimu kebaikan, maka hakku untuk memeperoleh balasan yang sama. lalu apabila kita menakar "kewajiban" Allah memberi kenikmatan hidup di dunia ini pada kita, sudahkah kita menunaikan hakNya sesuai takaran?? Oh alangkah beratnya.
Namun, Allah tidak menuntut kita beramal melebihi kemampuan. Tapi dengan cinta, maka kekuatan dasyat mendorong kita untuk mengabdikan diri padaNya.

Kita tidak akan dapat membalas segala bentuk kecintaanNya kepada kita. Namun Allah Mahatau hati-hati manusia yang selalu rindu bersua denganNya. hamba yang memecah sepi di keheningan malam, bermunajat memohon mghfirah dan keridhaan atas setiap amalan. Hamba yang mengadukan kegelisahan jiwanya, memohon bimbingan di bawah sinaran cahayaNya. hamba yang selalu mengelola hatinya dalam sabar dan syukur atas segala ketentuanNya> Dan cukuplah bagi kita untuk mendekatiNya sejengkal, maka Ia akan mendekat kepada kita sehasta. dan bila kita mendekat kepadaNy adengan berjalan, maka Ia menuju kita berlari. Sungguh Allah mencintai kita lebih dari siapapun.

"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara" (QS Ali Imran : 103)

Boleh jadi, manusia sanggup menyatukan manusia dengan kekayaan dunia. Akan tetapi, manusia tidak akan mampu menyatukan hati mereka, kecuali dengan taufiq dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman :

"Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka."(QS Al-Anfaal : 63)

Orang-orang beriman itu lemah lembut, seeprti unta yang jinak, apabila diikat akan menurut dan apabila disuruh berlutut di atas sahara, ia berlutut

"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu" (At-Taghaabun : 16)

Wassalammu'alaikum wr wb
~Evi A.~
Depok, Minggu, 29 juli 2009

Referensi :

1. Ketika Aku Mencintaimu oleh Wulandari Ekasari
2. Ta'aruf cinta oleh Muhammad Bin Ismail 'Umrani
3. Menjemput Hidayah oleh Amru Khalid