bunga

Manusia Itu Adalah..

Sesungguhnya segala puji hanyalah bagi Allah SWT kita memujiNya, kita memohon pertolongan kepada-Nya, dan kita memohon ampunan hanyalah kepada-Nya. kita pun berlindung dari keburukan diri-diri kami dan kejelekan amal-amal kita hanya kepada-Nya,

Setiap ingin melangkah jangan pernah kita menoleh kebelakang, begitu juga dalam kehidupan ini, jangan pernah memandang kebelakang ketika kita sedang melangkah maju, kejar, raih
dan dapatkan apa yang menjadi impian hidupmu. Karena Tuhan sudah menjadikan segala sesuatunya indah,manusia tinggal memilih mundur atau maju. Tentukan hidup ini sekarang!


Pada dekade ini banyak data dan buku yang membahas tentang arti dan esensi manusia. Itu semua mengindikasikan bahwa bahasan tentang manusia memang sangat rumit dan menarik, sepanjang hidup dan sepanjang sejarahpun yang namanya manusia tidak akan ada habisnya untuk di bahas. Sampai sekarang manusia modern belum mampu menyimpulkan secara kolektif tentang arti mengenai dirinya sendiri. Jika pertanyaan manusia tidak terjawab dan jika manusia tidak di mengerti dan didefinisikan secara meyakinkan maka pendidikannya, betapapun modernnya tidak akan menghasilkan kesuksesan yang sempurna dan bermanfaat yang sesungguhnya.

Apakah manusia itu…? Harus menjadi apakah ia..? apakah tujuan akhirnya dan apakah kebutuhan-kebutuhannya..? ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dipertimbangkan karena sangat berkorelasi dengan pendidikan manusia, pembangunan ekonomi, social dan kulturnya. Masalah eksistensi dan proses kemajuan manusi harus menjadi tujuan utama setiap peradaban yang ingin membangun manusia dan masyarakatnya. Dengan demikian eksistensi proses kemajuan manusia harus ditentukan dan di analisa sebelum masalah-masalah lainnya dan sebelum dorongan-dorongan yang berkaitan dengan agama, ideology,filsafat dan politik.

Proses kemajuan manusia tergantung pada pada kemampuannya untuk melampaui empat penjara atau empat kekuatan deterministik. Sebelum ia menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya (Insan). Ia terpenjara didalam empat penjara. Hanya dengan membebaskan dirinya dari cengkraman kekuatan-kekuatan ini sajalah ia dapat menjadi manusia dalam arti kata yang sebenarnya.

kekuatan-kekuatan ini sajalah itu dapat menjadi manusia dalam arti kata yang sebenarnya. Akan tetapi manusia dalam dimensi kedua adalah realitasnya, yaitu realitas sebagai insan. Tipe manusia ini, berbeda dengan tipe umum, memiliki karakteristik khusus yang berlainan antara orang satu dengan orang lainnya sesuai dengan tingkatan realitas atau esensinya. Jadi bila kita menyebut insan, kita tidak memaksudkannya sebagai penduduk dunia pada umumnya - yakni tiga milyar makhluk berkaki dua yang sekarang hidup di muka bumi. Jadi tidak semua manusia adalah insan, namun mereka mempunyai potensialitas untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari kemanusiaan ini. Walaupun demikian setiap manusia mencapai taraf insan dalam kehidupannya dalam batasbatas tertentu. Individu-individu tertentu dapat bergerak ke arah taraf-taraf yang lebih tinggi dalam prows menjadi insan. Bagaimanapun, kemanusiaan dapat dipandang sebagai terus maju ke arah realitasnya.

Basyar adalah makhluk yang sekedar berada (being) Sedang insan adalah makhluk yang men-jadi (becoming), yang terus bergerak maju ke arah kesempurnaan. Insan berbeda dari basyar dan fenomena lainnya karena is seorang makhluk yang “men-jadi”. Apakah arti dari pernyataan ini? Ini berarti bahwa hanya manusia raja yang dapat “menjadi’ maju) dan bukan fenomena lainnya di dalam islam. Sebagai misal, semut dan serangga lainnya tidak pernah dapat melampaui keadaannya atau eksistensinya; is menggali lubang dengan cara yang sama sebagaimana ia melakukannya 15 juta tahun yang lampau di Afrika. Tidak usah memandang di mana, kapan dan bagaimana, semut selalu dalam keadaan yang lama, sudah begitu pasti dan tidak dapat berubah-ubah. Manusia dalam keadaannya sebagai basyar juga tidak akan mengalami perubahan; is akan tetap menjadi makhluk berkaki dua yang berjalan tegak di muka bumi. Secara demikian ia akan memiliki definisi yang sama sepanjang zaman, terlepas dari di mana dan kapan saja. Suatu gambaran yang menarik dari tipe manusia semacam ini dilukiskan dalam suatu karya fiksi ilmiah.

Fiksi tersebut melukiskan tentang seorang sarjana besar dari planet bumi yang berkunjung ke planet Mars. Setelah mendarat di Mars ia mulai melakukan penyelidikan di sekitarnya dan menemukan jalan-jalan dan tempattempat yang menarik. Suatu hari ketika ia berjalan-jalan ia memperhatikan sebuah pengumuman di dinding suatu perguruan tinggi. Pengumuman itu mengatakan bahwa seorang profesor planet Mars terkemuka, yang baru saja mengunjungi planet bumi, akan memberikan kuliah istimewa tentang makhluk-makhluk aneh yang ada di muka bumi. Si sarjana dari bumi lantas ingin menghadiri kuliah tersebut untuk mendengar apa yang kiranya akan dikatakan oleh sang profesor dari Mars tentang manusia.

Mula-mula ia menunjukkan bahwa terdapat bukti kuat untuk membuktikan adanya kehidupan di atas bumi sebagaimana juga dinyatakan oleh sarjana-sarjana Mars lainnya. Kemudian ia memulai pembicaraan dengan mengatakan bahwa manusia adalah mahkluk yang cukup maju, sama sekali berlainan dari makhluk-makhluk yang telah diketahui sebelumnya. la mengatakan walaupun manusia sulit untuk dilukiskan, manusia dapat dibandingkan dengan sebuah cerek bermata dua dengan empat pegangan. Makhluk yang bernama manusia ini berlarian ke sana-ke mari di atas bumi. Makhluk-makhluk ini sangat cepat dan kejam dan seringkali mempunyai nafsu dan mania yang aneh untuk saling membunuh. Kadang kala saya (sang profesor dari Mars) memperhatikan sejumlah besar manusia dari berbagai bagian dunia berdiri berhadap-hadapan dan berperang dengan kejam dan nafsu belas dendam. Dilengkapi dengan persenjataan modern, manusia merobek-robek dan mencincang lawannya dan senantiasa meninggalkan pemandangan yang sangat mengerikan di belakang mereka. Mula-mula saya kira mereka berperang karena berebut makanan, tetapi kemudian ketika saya melihat mereka yang masih hidup meninggalkan medan peperangan tanpa memperdulikan mayat-mayat yang telah disembelih, saya baru menyadari bahwa tindakan membunuh itu sendiri yang nampaknya merupakan kepuasan bagi manusia. Walaupun mereka tidak mempunyai alasan logis mengapa mereka harus saling membunuh demikian kejam, mereka menghabiskan sebagian besar waktu, energi dan bakat mereka untuk menciptakan perlengkapan dan peralatan untuk membunuh dan memusnahkan lawan. Bila mereka telah selesai membunuh, merampok, membakar, dan menghancurkan harta milik orang lain, mereka lantas merayakan perbuatan mereka dengan kebanggaan dan kebahagiaan. Mereka akan membaca puisi dan menyanyikan lagulagu heroik.

Sedangkan mengenai makanan, mereka bukanlah kanibal, sebagaimana saya katakan di depan. Dengan alat-alat yang mencuat dari tubuhnya yang aneh, mereka mengambil dan mengumpulkan bahan makanan yang enak dan segar, misalnya buah-buahan yang segar dan harum, tanaman-tanaman yang berbau semerbak, sayuran dan berbagai gandum serta beras. Daging yang mereka makan datang dari hewan ternak maupun binatang buas. Kemudian mereka bawa bahan-bahan makanan yang segar dan menyehatkan itu ke rumah mereka. Di sana mereka kemudian meletakkan bahan makanan di atas ke dalam panci-panci, dicampur dengan bumbu-bumbu yang rasanya aneh dan keras, dimasak atau direbus, atau dipanggang, atau dididihkan atau dibakar di atas api. Kemudian mereka akan menelan makanan-makanan itu ke dalam perut mereka dengan lahapnya dan dengan nafsu besar. Tetapi tidak lama kemudian mereka jatuh sakit, menangis dan mengeluh. Namun mereka mempunyai ahli-ahli yang dinamakan dokter yang siap mengambil barang-barang menyakitkan dari perut mereka. Dokterdokter selalu sibuk mengambil barang-barang tertentu dari tubuh mereka. Dokter-dokter adalah sangat penting, karena selalu diperlukan. Kendatipun manusia nampak sudah sangat maju dalam peradabannya, ia tetap merupakan makhluk yang sering sakit dan malang karena menderita penyakit2 dan musibah yang aneh.

Ini adalah gambaran yang agak nista tentang manusia, tetapi ini adalah gambaran atau definisi sebenarnya tentang apa yang kita maksud dengan basyar. Bila kita pelajari sejarahnya, sejarah dari perbuatan-perbuatannya yang nista, maka akan ternyata bahwa ia bahkan merupakan makhluk yang lebih inferior, tidak jauh berbeda dari kera, nenek moyangnya yang utama yang muncul dipermukaan bumi sekitar lima puluh ribu tahun yang silam. Hanya pakaian, makanan dan tempat tinggal serta senjatanya saja yang sudah berubah, bukan jenis-jenis maupun kondisinya serta hakekatnya yang rendah. Gengis Khan yang memerintah suatu suku yang buas, atau para kaisar masa lalu, yang menguasai imperium dan peradaban besar, sesungguhnya tidak berbeda dari para penguasa modern di dunia dewasa ini. Perbedaan satusatunya adalah bahwa penguasa-penguasa masa dulu tidak memiliki persenjataan modern yang ampuh, yaitu alat-alat dan metode pembunuhan massal dan pemusnahan cepat, karena mereka memang hidup pada dunia yang belum maju. Penguasa masa lalu tidak ragu-ragu mengatakan bahwa mereka sengaja ingin membunuh. Penguasa-penguasa modern yang berperadaban juga telah melakukan pembunuhan, akan tetapi mereka menyatakan bahwa mereka melaksanakannya demi perdamaian. Hanya retorika pidato, penipuan, pengelabuan dan rasionalisasi sajalah yang telah berubah begitu halus, tetapi esensi kemanusiaan ternyata sama saja. Dewasa ini kejahatan, kepalsuan, kelancungan, pembunuhan sadisme dan kekejaman di muka bumi tidak saja sama, tetapi malahan lebih banyak dari masa lampau. Semua ini kelihatannya merupakan pengejawantahan basyar pada bentuknya yang sudah begitu pasti, makhluk manusia dalam dimensi fisisnya yang tidak berubah-ubah.

Akan tetapi manusia di dalam esensinya, sebagai suatu kebenaran yang tinggi, terdiri dari kualitas-kualitas ideal dan luhur yang kita harus berusaha mencapainya. Kualitaskualitas ini sayangnya, bagaimanapun juga, tidak terdapat di dalam keadaan kita sebagai basyar; namun kita dapat menciptakannya di dalam diri kita bersamaan dengan kemauan kita untuk bergerak ke arah taraf men-jadi atau menyempurnakan. Men-jadi (becoming) adalah bergerak, maju, mencari kesempurnaan, merindukan keabadian, tidak pernah menghambat dan menghentikan proses terus-menerus ke arah kesempurnaan. Ini harus menjadi azas melajunya kemanusiaan, yakni senantiasa dalam proses mengalir.

Dalam ayat Qur’an “bahwa segala sesuatu kembali ke asalnya”, azas men-jadi ini menunjukkan evolusi tanpa henti dari manusia ke arah Yang Tanpa Batas. Kata “ilaihi” pada asalnya berarti kepadaNya, bukan di dalam-Nya. Dan ini adalah gagasan pokok saya tentang men-jadi: yakni bergeraknya manusia secara permanen ke arah Tuhan, ke arah Kesempurnaan Ideal. Sedangkan sufisme yang menafsirkan ilaihi sebagai di dalamNya, menyatakan bahwa manusia dapat menjangkau Tuhan.sebagaimana yang di teriakkan oleh al-hallaj.

Tulisan ini dapat di simpulkan bahwa ada dua model manusia di alam semesta ini, yaitu Manusia yang secara tekstual adalah Basyar (manusia secara umum) dan Manusia dalam arti yang sebenarnya yaitu manusia yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas melebihi dari potensi manusia yang secara kodrati. (manusia yang hanya bisa makan,minum,tidur,melakukan sex dan beranak pinak) yang sangat beda dengan manusia yang dalam arti yang sebenar-benarnya (Insan) yaitu manusia mampu membaca hidup dan mengerti akan hakikat dirinya serta mempunyai tujuan.

Syukran Jazilan sahabat, masih mau menyimak setiap kata2 yang Iffa tulis lewat note ini, salam rindu kepada sahabat2 semua yang tidak pernah terhapus dalam hati. Percayalah, setiap tetes yang keluar dari mata memanggil kalian dengan kalimat rindu, karena merindukan kalian ketika fajar terbenam sampai fajar berikutnya berpijar lagi. Jazakumullah khairan katsiran.

Sahabat Yang diRahmati Allah Ta’ala: apa artinya tulisan ini tanpa ada pembaca, untuk itu saya mengharapkan doa kalian agar saya bisa terus memberikan suatu karya yang dapat dimanfaatkan tuk kehidupan dalam mensyukuri nikmat Allah, semoga Allah terus mengalirkan nikmat-Nya kepada kita semua, terimakasih atas perhatian sahabat dan semoga Allah meridhai tali silaturrahmi ini.

Kayu Manis IV. Jakarta, Juli 2010
saat tarhim bergema syahdu..

-Iffa-

(Untukmu duhai pelita hati , thanks for love that been my inspiration, dalam sya'ban menanti ramadhan, selipkan selalu namaku dalam doamu, seribu bulan kan datang menjemput impian2 suci menuju mihrab baittullah dalam selimut keagungan, sebuah penantian kepastian terhujam dalam hati yang selalu merindu untuk selalu menjadi hamba-Nya yang terus beristigfar. Ya, Rabb hilangkan belenggu jiwa yang mengganggu, agar kami selalu bersyukur dalam nikmat cinta-MU, berjuang mencari kekuatan dalam sujud2 panjang telusuri jejak2 surga yang dirindu hingga tuntas sangat tangisan di Baittullah.. Subhanallah)

(dari : sahabatku Iffa)