bunga

Iklan Rokok Membuat Orang Buta



Iklan Rokok Membuat Orang Buta

Oleh Evi Andriani

Saat ini banyak media cetak atau media elektronik memberitakan tentang dampak dari merokok, MUI mengeluarkan fatwa bahwa merokok itu haram, sampai kita melihat langsung banyak wanita yang merokok (jadi bukan hanya pria saja), bocah dan remaja juga ikut-ikutan merokok. Sebenarnya ada apa di balik ini semua? Mengapa merokok itu bukan lagi suatu hal tabu tapi seperti menikmati makanan yang enak. Saya sendiri juga sampai bingung dengan hal ini, manusia sudah tahu bahwa merokok itu tidak baik tapi kok masih banyak yang merokok ya.

Ternyata yang membuat dayatarik sebagian besar orang merokok adalah dari iklan rokok itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bahwa iklan itu mempunyai tujuan yaitu menawarkan barang atau jasa kepada masyarakat lewat media dengan maksud agar orang yang melihat, membaca atau mendengarnya mempunyai respon sehingga dapat mempengaruhi pikirannya. Semakin hari iklan-iklan rokok semakin menarik menghiasi layar kaca televisi dan juga di sepanjang jalan ibu kota bahkan sampai ke pedesaaan. Juga tidak jarang kita lihat tiap-tiap toko atau warung memasang iklan rokok tersebut. Kata-katanya yang tajam yang membangkitkan semangat bahkan video-videonya yang menarik dengan gambar keberanian yang menatang dalam hidup ini mempengaruhi kita untuk mencobanya. Bisa jadi dipikiran kita berkata :

Benarkah demikian, bila kita merokok tampil macho. Tampil keren, kuat, gagah, dll deh”. Karena pikiran itulah bisa jadi orang mulai mencoba untuk merokok lalu ketagihan. Belum lagi pengaruh dari lingkungan teman-temannya yang suka merokok berkata bahwa rokok itu enak dan nikmat. Akibat perusahaan rokok menyalahgunakan hal-hal positif dalam iklan rokok sehingga banyak masyarakat terjerumus. Seakan-akan mereka jadi lupa dengan dampak negatif dari merokok itu sendiri yang membahayakan hidupnya. Walaupun disetiap bungkus rokok dan iklan-iklannya tertulis warning : ’Merokok membahayakan kesehatan. Dapat menyebabkan kanker, gangguan jantung, dan impotensi’. Tapi tetap aja rokok itu menjadi laris dan orang menjadi ‘buta’. Buta matanya, pendengarannya, penglihatannya bahkan hatinya juga menjadi buta. Sehingga ia tidak tahu bahwa perlahan-lahan tubuhnya akan rusak dibuat zat-zat yang terkandung dalam rokok.

Saya jadi ingat perkataan beberapa orang guru saya waktu zaman sekolah SMP atau SMU khususnya guru-guru bidang mata kuliah Eksakta alias kimia, fisika dan matematika. Bagi mereka kalau udah mengisap rokok, maka otak itu terasa encer, segar dan inspirasi. Jadi sebelum masuk kelas memberi materi, mereka merokok dulu. Bahkan pernah dulu, di dalam ruangan saat memecahkan soal matematika dan fisika yang begitu rumit, beliau tak segan-segan merokok di dalam kelas. Saya tidak bisa marah pada guru tersebut karena begitulah dirinya. Pertentangan seperti ini yang membuat masalah rokok tak kunjung usai. Bahkan MUI mengeluarkan fatwa aja udah ribut seantero Indonesia, bagaimana kalau nanti pemerintah benar-benar melarang produksi tembakau untuk pembuatan rokok ya. Ga bisa dibayangkan? Tapi apa pemerintah berani ya? Karena produk rokok memberikan sumbangan devisa terbesar, penyerap banyak tenaga kerja dan ladang rezeki bagi sebagian orang yang memanfaatkannya. Selain itu, sekarang kita melihat, banyak perusahaan rokok memberikan beasiswa untuk para pelajar yang berprestasi. Hal tersebut juga membuat pemerintah menunda untuk menandatangani peraturan pemerintah tentang perlindungan masyarakat dari ancaman tembakau sebagaimana diamanatkan Pasal 116 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Kita tidak bisa langsung menyuruh orang berhenti merokok. Tapi harus perlahan-lahan karena semua berproses. Justru yang instan itu tidak baik bisa mengganggu mental atau kejiwaan dari seseorang. Seperti adek saya yang juga seorang perokok. Dulu ia tidak senang merokok tapi sejak meliat iklan dan beberapa kawannya mengajaknya dengan mengatakan, kalau merokok jadi keren sehingga membuatnya mencobanya dan kecanduan. Pernah ia satu hari menghabiskan 2 bungkus rokok. Tapi alhamdulillah, dengan tidak segan dan bosan, saya terus menasehati dan mengingati adek saya untuk mengurangi mengisap rokok. Bahkan ia sempat marah pada saya, ya kita sabar saja. Kalau bisa dibawa candaan ketika berbicara tentang dampak rokok itu kepadanya agar tidak bosan dan saya juga ceritakan tentang pengalaman saya selama praktik di RSU tentang penyakit yang dapat disebabkan oleh isapan rokok. Kebetulan skripsi saya dahulu berhubungan dengan identifikasi penyakit paru-paru. Saya sempat mengambil data di sebuah Rumah Sakit Umum ternama di kota Bandung. Saya meneliti di bagian Spesialis Penyakit Dalam. Betapa menyedihkan sekali, sebagian besar bapak-bapak dan ada juga remaja muda berusia kira-kira12 tahun harus menderita penyakit paru-paru karena seringnya ia merokok dan pola hidup tak sehat sehingga antibodi nya tidak sanggup untuk melawan zat-zat berbahaya itu kedalam tubuh. Bukan hanya itu saja, rokok juga bisa menyebabkan serangan jantung. Setelah saya memeriksa pasien, saya langsung cuci tangan dan membuka masker. Lalu saya duduk dan sedikit lemas, sedih. Hati kecil saya berbicara :

Malang benar nasib generasi muda, harus rusak karena rokok. Belum lagi betapa hebatnya iklan-iklan rokok yang di tayangkan di televisi dan pemasangan iklan berupa reklame, spanduk, dan lain-lain. Apakah tidak ada usaha pemerintah untuk menguranginya? Apakah pemerintah sudah buta?

Hanya tiga negara yang belum merativikasi larangan iklan rokok yang disepakati oleh Bdan kesehatan Dunia (WHO) yaitu Indonesia, Nigeria dan Guinia. Benar-benar memalukan ya sahabatku. Begitu Indonesia kaya akan hasil kekayaan alam, masa harus mengharapkan dari tembakau. Semakin banyak perusahaan memproduksi rokok, maka semakin banyak iklan yang terpasang dan semakin banyak orang yang merokok yang mengakibatkan semakin banyak kematian yang terjadi. Bukan hanya itu saja sobat, tingkah laku dan kejiwaan dari masing-masing orang terutama anak-anak remaja, generasi muda juga ikut terganggu psikologisnya. Mereka bisa berlaku sombong (sok jagoan gitu), kasar, apalagi sok merasa dewasa. Belum lagi orang-orang di sekitarnya dapat menjadi perokok pasif, justru ini lebih berbahaya lagi dampaknya bagi kesehatan. Selain itu juga rokok dapat menyebabkan kelahiran bayi pra-matang.

Menurut Sudoyo, Kementerian Kesehatan menyiapkan RPP tentang pengendalian dampak tembakau yang merevisi PP Nomor 19 Tahun 2003. Rancangan peraturan yang baru di antaranya akan mengatur larangan iklan, sponsor, dan promosi rokok di media massa. Rancangan peraturan sudah dikirim ke Menteri Hukum dan HAM tertanggal 15 Januari 2010, dan menunggu untuk ditindaklanjuti. OK, kita tunggu aja sampai akhir 2010, apakah pemerintah akan menyetujuinya atau tidak alias masih bimbang. Tapi sebagian kota di Indonesia seperti Depok, Jawa Barat sudah mulai melarang pemasangan iklan rokok di sepanjang jalan protocol. Semoga kota-kota lain mengikutinya untuk kebaikan.

Ingatkah kita dengan firman Allah berikut ini sahabat :
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang tedapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu"(QS. Al-Baqarah [2] : 168)


Dalam buku Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali, Nabi Muhammad saw bersabda,
"Barang siapa memakan yang halal selama empatpuluh hari, niscaya Allah akan menerangi hatinya dan mengalirkan kearifan hati melalui lidahnya"


Semoga pemerintah kita terbuka matanya, hatinya, pendengarannya agar segera melarang pemasangan iklan rokok baik media cetak ataupun elektronik dan segera melakukan berbagai penyuluhan kepada masyarakat untuk berhenti merokok atau mengimbau masyarakat agar tidak merokok di sembarang tempat atau tempat-tempat umum dan menyediakan pekerjaan lain yang layak kepada petani tembakau sehingga tidak menanam tembakau lagi.

********************************************************************************

Alhamdulillah tulisan ini menjadi pemenang lomba Weekly Note versi Leutikanis.
Dapat di lihat langsung di website :
http://www.leutika.com/catatan/1008118/pemenang_wn

Semoga ini menjadi cambuk bagi evi menulis lebih baik lagi. Amin..