bunga

Pernikahan itu tak hanya sekedar CINTA..


****************************************************

Ketika saya berangkat kerja kemarin,seperti biasa dengan motor bebek,tak jauh dari motor saya yang melaju pelan,Saya melihat ada laki-laki yang naik motor bersama seorang wanita,sepertinya mereka juga akan berangkat kerja,dan saya melihat mereka seperti sedang berbicara sambil berboncengan,tak sampai berapa detik,motor itu tiba-tiba berhenti,dan wanita itu turun,rupanya wanita itu sedang bertengkar dengan laki-laki tersebut,sambil menuding lelaki tersebut,tak tahu apa yang dibicarakan,karena memang tidak jelas terdengar dari telinga saya.

Setelah motor saya lebih dekat dengan motor mereka,ternyata mereka sedang terlibat pertengkaran,laki-laki itu tiba-tiba membuang helm yang dipegang oleh wanita tersebut,hingga bergelindingan diaspal jalan.”Pergi sana kamu..” Teriak laki-laki itu..dan tangan lelaki itu bergerak ingin menampar wanita tersebut,tapi wanita itu cepat menghindar,hingga tak mengenai pipinya, lalu laki-laki itu pergi dengan motornya dan mengeluarkan kata-kata umpatan dan kemarahan sambil melaju motornya dengan kencang.
Wanita itupun menangis tersedu-sedu,ia sendirian ditinggal laki-laki tersebut.

Astaghifurllah hal adzim…
Kejadian itu berlangsung cepat..
Sebagian orang disekitar itu yang melihat hanya bisa tertegun..
“Pagi-pagi koq sudah rebut..Koq tega ya laki-laki itu berbuat seperti itu?
Saya jadi termenung..
Jika mereka bukan suami istri..
Sungguh hubungan mereka sangat merugi..
Cinta buta yang tak diikat tali pernikahan dan hanya membuat dirinya sakit hati
Jika mereka memang pasangan suami istri.
Apakah mereka lupa dengan perjanjian sewaktu akad nikah dulu?
Apakah mereka lupa bahwa dulu mereka pernah saling cinta dan saling sayang?
Apakah dengan Kemarahan,Permasalahan bisa kita selesaikan?

********************************************************
Ada kisah yang dituturkan Ibnu Jauzi,ketika itu Abu Ustman An Naisaburi,ditanya oleh seseorang
“Apa yang kau harapakan dari amal anda?
Abu Ustman menjawab”Pada saat aku masih muda,Keluargaku menikahkanku,akan tetapi aku tidak bersedia,hingga suatu saat ada wanita datang kepadaku dan mengatakan”wahai abu ustman,sungguh aku sangat mencintaimu,sudilah kiranya kamu menikahiku?”wanita itu menghadirkan ayahnya yang sangat miskin.
Akupun dinikahkan olehnya,pada saat satu kamar setelah pernikahan,ternyata wanita itu pincang dan berwajah buruk.
“karena kecintaanya kepadaku,Ia melarangku keluar rumah,karena ingin menjaga hatinya,aku menuruti kemauannya,aku tak tampakkan kemarahanku,sampai lima belas tahun kemudian ia meningal dunia.
Tidak ada amal yang kuharapkan ,selain menjaga hatinya supaya tidak terluka..
Subhanallah..Betapa ucapan Abu Ustman memancarkan Ketaqwaan .Begitu Sabarnya ia dan begitu tanggungjawabnya dia atas janji saat pernikahannya..

*********************************************************

Saudaraku
Sepenggal kisah nyata diatas membawa hikmah buat kita semua
Mungkin kebanyakan kita tak sanggup seperti Abu Ustman
Kita sering berlaku seperti pasangan yang dimotor tersebut yang sering bertengkar
Memang menjalani kehidupan Pernikahan
Memang tak hanya sekedar cinta yang kita perlukan
Kita membutuhkan Penyokong lain dalam menjalani Pernikahan
Penyokong itu adalah Iman dan Ketaqwaan
Cinta akan memberikan warna lebih indah terhadap kehidupan keluarga
Sementar Iman dan ketaqwaan meneguhkannya hingga kokoh
Keimanan dan Ketaqwaan yang dimiliki akan melahirkan sikap tanggung jawab.
Tanggung Jawab akan memainkan perannya,ketika kita berada dalam tarik ulur yang kuat
Antara cinta dan benci
Saat itulah sang kekasih membutuhkan mata air Iman..
Ia tidak memandang bahwa Pernikahan sekedar urusan Cinta dan Benci
Tapi lebih dari itu,Ia memiliki Kesadaran bahwa ada tanggung jawab yang harus ditegakkan.
Cinta dan Iman memang harus berjalan seiringan

Begitulah yang terjadi saat Hasan Al Bashri,ketika ditanya seseorang,”ada dua orang yang melamar putriku,siapa yang harus aku terima?’
Hasan Al Bashri menjawab:”Terimalah yang paling baik agamanya,karena jika ia cinta pada istrinya,ia pasti akan merawat dan menghormatinya,sedangkan jika ia benci kepada istrinya,ia tidak akan menganiayanya.”

Umar bin Khatab suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang datang menemuinya,
ia mengeluhkan istrinya,bahwa ia sekarang tidak lagi cinta kepada istrinya,Cinta pada istrinya telah memudar,karena itu ia ingin menceraikannya.
“Sungguh jelek niatmu”Kata Umar.”Apakah semua rumah tangga hanya dapat terbina dengan cinta?Dimana takwamu dan janjimu pada Allah?Dimana rasa malumu kepada-Nya?Bukankah sebagai suami istri kamu telah bercampur(menyampaikan rahasia) dan mereka telah mengambil perjanjian yang Kuat/Teguh(Mitsaqon gholizho)?”

Saudaraku,
Akad Nikah merupakan hal yang sakral
Karena dengan Ijab Kabul telah dapat menaikkan hubungan dua makhluk Allah
Dari bumi yang rendah ke langit yang tinggi.
Dengan dua kalimat ini berubahlah kekotoran menjadi kesucian,
Maksiat menjadi ibadah,
Maupun dosa menjadi amal sholeh
Perjanjian yang Kuat ini seperti Perjanjian Allah dengan Bani Israel
Seperti Perjanjian Allah dengan Para Nabi
Maka janganlah kita mudah mengucapkan kata cerai ketika kita ada permasalahan.

Saudaraku,
Iman dan Takwa melahirkan tanggung jawab.
Keimanan menjadi benteng paling kokoh agar kebencian terhadap istri karena sebab tertentu,
Berubah menjadi Kerjasama suami istri untuk mengembangkan diri mereka menjadi lebih baik sesuai kemampuannya
Dengan itu ,akan mengurangi dorongan agar kita tidak terlalu berharap dan tidak terlalu kecewa,
Ketika pasangan kita mempunyai kekurangan-kekurangan.
Iman dan Taqwa juga akan mebentengi diri kita dengan kesabaran
Kesabaran adalah daya tahan kita untuk mengokohkan cinta dari gempuran gelombang kehidupan
Dan ketidakberterimaan kita kepadanya


Saudaraku
Didalam pernikahan pasti ada masalah
Kita pasti pernah mengalaminya
Terkadang masalah yang sepele bisa menjadi besar
Hal itu terjadi ketika kita merasa lemah
Pertimbangan akal kita menjadi tumpul
Dan daya baca emosi kita terhadap persoalan menjadi rabun
Ketika kita panik
Dalam situasi demikian
Maka kita mudah untuk melakukan blaming partner
Atau menyalahkan pasangan kita
Ketika hal itu terjadi,maka kata-kata dan perbuatan kita yang keluar lebih dominan adalah luapan emosi
Hal inilah yang menyebabkan pasangan kita sakit hati
Begitulah
Ketika taman spritualitas kita kering dan tak pernah disirami
Maka akumulasi masalah yang dihadapi seperti semak belukar yang runyam
Masalah tanpa benteng taqwa membuat kita merasa terbebani dengan beban yang berat
Kita menjadi rapuh terhadap setiap permasalahan
Kebencian,Kemarahan,Emosi yang meledak
Dan Kecurigaan berlebihan akan cepat mendominasi kita
Keringnya Taman Spritualitas bisa disebabkan karena menurunnya semangat ibadah kita
Akumulasi keikhalafan dan dosa-dosa kita
Kemalasan kita untuk berbuat kebaikan
Dan timbunan masalah yang menciptakan kepanikan


Saudaraku
Mari kita sama-sama kuatkan taman spritualitas kita
Kita tingkatkan Ibadah kita kepada Allah
Kita tingkatkan pengetahuan kita dengan banyak membaca dan mendengar pengalaman orang lain.
Agar kita lebih tangguh dalam menghadapi persoalan hidup
Agar kita lebih sabar dalam setiap permasalahan yang mendera.
Bukan kecil besarnya masalah yang merisaukan kita
Tapi bagaimana jiwa kita merespon dengan sikap terbaik setiap permasalahan
Sehingga keputusan yang diambil,Allahpun Ridho kepada Kita
Kemampuan kita menghadapi masalah berbanding lurus dengan kualitas spiritual kita
Kekuatan Imanlah yang menyebabkan seorang muslim lebih tenang ketika menghadapi masalah.
Semoga kita bisa menjadi keluarga muslim yang menyejukkan
Yang mampu menyelesaikan masalah dengan sikap yang terbaik.


(source:segenggam rindu untuk istriku)

dari : sahabat FBku, Sonny Abi Fatih