bunga

Antara Jejaring Sosial dan Pekerjaan





Sekitar empat tahun yang lalu, Aku baru lulus kuliah dan hendak mencari kerja untuk mendidik diri menjadi hidup mandiri dan mencari jati diri. Begitu rumitnya aku mencari kerja di kota kelahiranku sendiri, hingga akhirnya salah satu sahabat dunia mayaku menawarkanku sebuah pekerjaan di kantor temannya sebagai RBS Engineer. Syarat utama bekerja di kantor tersebut adalah bisa menggambar dengan autocad.

“Wah, ilmu yang tak pernah kupelajari selama di bangku kuliah,” keluhku dalam hati yang sedang dilanda kebingungan.

Aku pun belajar autocad cukup singkat hanya dalam waktu dua minggu di tempat kursus. Kemudian kusiapkan segala barang-barangku untuk pergi ke Jakarta.
***

“Ah.. akhirnya sampai juga di kota Jakarta ini.” Senyumku menatap pemandangan Bandara Sukarno Hatta.

Keesokan harinya aku dan sahabatku pergi ke kantor tersebut untuk ikut tes ujian. Dalam tes ujian itu ada 20 orang pelamar, dan saat itu hanya satu yang lulus yaitu diriku sendiri. Awalnya aku tak menyangka mengapa ini terjadi, karena aku merasa gambarku tidak selesai. Dengan modal senyum, ramah tiba-tiba aku begitu akrab kepada semua engineer di kantor itu, mereka membantu aku menyelesaikan gambar itu. Subhanallah. Mereka sangat baik padaku. Bahkan sampai ke managernya juga begitu, berharap aku berkerja di kantor itu. Ternyata ketika aku di wawancarai Sang Direktur, aku di terima karena aku cukup komunikatif dengan karyawan. Alhamdulillah, besoknya aku mulai bekerja.
***

Suasana kantorku sangatlah tidak nyaman bagiku. Apalagi aku terkenal orang yang sangat ‘rame’. Sementara suasana di sini membosankan, sunyi, sepi bagai air mengalir dengan tenangnya. Seperti biasa, aku sampai kantor jam tujuh pagi. Saat itu, ketika aku membuka pintu gerbang kantor, aku dikejutkan oleh beberapa ekor anjing penjaga.

“Gung... gung... gung...” suaranya memuncak dengan keras. Bahkan anjing yang sudah di ikat itu masih bisa melompat hingga terlihat di atas tembok pembatas antara rumah penduduk pemilik anjing dan kantorku.

Ternyata aku penghuni pertama dikantor ini. Jantungku masih berdegup kencang. Mukaku pun agak pucat. Ketika teman-temanku datang, mereka malah kebingungan melihatku.

“Ada apa Evi?. Kok mukamu agak aneh.” Seru temanku sambil jidad mereka berkerut lihat wajahku yg berkeringatan.

“Ya nih tadi pagi aku di kejutkan dengan anjing helder. Jantungku mau ‘copot’ rasanya.”

“Ha... ha... ha... wah, itu mah hadiah sambutan buatmu Vie. Nikmati aja. Kita udah sering di sini menghadapi hal semacam itu.” Gerutu teman-temanku dengan tawanya.

Mulailah aku bekerja dengan tekun dan banyak bertanya dengan semua karyawan disini karena emang aku tidak begitu paham dengan berbagai model pekerjaan di sini yang begitu rumit. Sebagai drafter, documentation, koordinator sementara dan engineer. Satu hari aku bisa mengerjakan banyak pekerjaan. Bahkan lembur pun kusantap.

Ada satu kejadian menarik yang tidak pernah aku lupakan. Aku memiliki hobi suka berinternet ria apalagi chatting YM. Jika ada waktu luang dalam kondisi apapun sering aku manfaati untuk online di Yahoo Mesenger. Walaupun demikian, pekerjaanku selalu selesai tepat waktu bahkan aku menunjukkan bahwa aku bisa menjadi karyawan teladan. Alhamdulillah...

Suatu hari, aku sedang asyik chat dengan temanku. Tiba-tiba, koordiantor project XL berkedip mata padaku seakan-akan memberi tanda gitu (meja kami berhadapan). Aku tidak begitu ngerti. Semua karyawan pada heboh dan gelisah melihatku yang sedang aksyik chat. Ternyata, ada seorang teman memberi kode kepadaku agar aku melihat ke belakang, ternyata dari tadi Sang Direktur kantor memperhatikanku yang sedang asyik chat. Tiba-tiba, aku dipanggil ke dalam kantornya.

Mulailah aku keringat dingin, baru dua bulan bekerja, pastilah aku kena marah dan dipecat. Saat aku memasuki ruangannya, Sang Direktur mempersilahkan aku duduk. Dengan wajah nunduk penuh kesedihan, tiba-tiba Direktur menyuruhku untuk melihat laptopnya.

“Evi, saya bisa minta tolong. Bagaimana memasukkan foto kedalam friendster ini,” tanya Direktur kepadaku.

MasyaAllah, kupikir Direktur bakal memarahiku, ternyata Sang Direktur memintaku untuk membantunya dalam situs jejaringan sosial itu. Alhamdulillah, aku pun tersenyum. Beliau sambil bercerita tentang semua anggota keluarga baik, istri, anak dan orangtuanya kepadaku. Beliau juga sempat cerita tentang silsilah ketika awal dia bangun kantor ini. Bagaimana perjuangannya.

Setelah aku keluar dari kantor, aku menceritakan kejadian ini kepada semua karyawan kantor. Teman-temanku awalnya muka sedih takut kehilanganku malah berbalik ketawa ketiwi dan mereka berkata,

“Hal itu terjadi karena ketekunan Evi dalam bekerja. Jadinya Sang Direktur tidak memarahi dan mempercayai Evi.Apalagi Evi anaknya ramah dan periang. Banyak karyawan di sini yang senang dengan Evi.”

Alhamdulillah...

Medan, 4 Agustus 2011