My Sweet Home

Cara Islam Mengelola Cinta

Cinta yang mengundang murka Allah adalah cinta yang dapat menjauhkan kita pada-Nya. Cinta yang menuruti hawa nafsu.



"Cinta adalah gelombang makna-makna yang menggores langit hati, maka jadilah pelangi. Goresannya kuat, warnanya terang, paduannya rumit, tapi semua nyata" demikian kata Anis Matta dalam buku Bahagianya Merayakan Cinta. Itulah cinta, rangkaian lima huruf ini kadang penuh misteri, cukup rumit menerjemahkannya akan tetapi cinta adalah nyata sehingga bisa dirasakan.



Semua manusia bisa merasakan getaran cinta itu, dengan kadar yang berbeda-beda dan bentuk yang beragam. "Jangan main-main dengan cinta!" nasihat seorang bijak. Yups...karena cinta, kita bisa meraih ridla Allah dan gara-gara cinta pula kita bisa menuai murka Allah SWT.



Mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan membingkai cinta manusia dalam kerangka Mahabbatullah adalah salah satu kunci menggapai ridla Allah SWT. "Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Ali Imran: 31). Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa dua orang yang saling mencinta dan berpisah semata karena Allah akan mendapat perlakuan khusus oleh Allah kelak hari kiamat akan mendapat naungan dimana pada saat itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (HR. Bukhari-Muslim). Bukti cinta kita pada Allah adalah dengan mengikuti syari'ah-Nya. Dengan pelaksanaan inilah kita bisa mendapat rahmat dan maghfirah-Nya.



Sebaliknya cinta yang mengundang murka Allah adalah cinta yang dapat menjauhkan kita pada-Nya. Cinta yang menuruti hawa nafsu. Misalnya cinta dunia berlebihan, cinta yang dilandasi nafsu belaka kepada lawan jenis tanpa ikatan perkawinan dsb. "Apabila umatku sudah mengagungkan dunia, maka akan tercabut dari mereka kehebatan Islam ...(HR. Turmudzi).



Oleh karena itu, kita mesti tahu apa itu cinta. Selain kata cinta ada dua kata lain yang artinya hampir mendekati, tapi berbeda makna, yaitu sayang dan suka. Cinta, sayang dan suka kadangkala dimaknai dengan satu arti. Meskipun memiliki makna yang berbeda.



Kita semuanya tentu pernah mencintai, menyayangi atau menyukai seseorang atau barang tertentu. Bila kita pernah melakukan ketiga-tinganya, kita pasti merasakan bahwa ternyata ketiganya berbeda. Suka, cenderung kepada keinginan seseorang untuk segera memiliki, di dalamnya ada ego. Sehingga orang yang menyukai sesuatu biasanya menunjukkan sifat egoismenya, dalam arti ingin menyenangkan dirinya saja, tanpa menyenangkan orang yang disukainya. Sehingga perasaan hati terdalamnya tidak sampai menyatu kepada orang yang disukainya.



Sayang, adalah boleh dikatakan kadarnya berada di atas suka. Jika kita sayang pada seseorang atau sesuatu, maka kita sedikit mengorbankan diri kita demi menyenangkan orang yang disayangi. Ia tiak egois, tapi luapan perasaannya dituangkan untuk menyenangkan orang yang disayangi. Orang yang sayang akan hadir saat orang yang disayangi menginginkannya.



Sedangkan, cinta adalah tingkatan yang paling tinggi. Tingkat pengorbanan cinta lebih besar dibandingkan dengan sayang. Orang yang mencintai, akan rela mengorbankan jiwanya demi menyenangkan orang yang dicintainya. Ia ingin sekali orang yang dicintainya selalu dekat berada disisinya, apapun keadaannya dan kapanpun waktunya. Sesuatu yang dicintainya dianggapnya sebagai sebuah anugerah yang diberikan Allah kepadanya. Maka, dalam keadaan duka maupun suka, ia tetap loyal kepada orang yang dicintainya.



Sebagai seorang muslim, kita harus pandai-pandai mengelola rasa suka, sayang dan cinta kita. Apalagi, bagi seorang remaja, perasaan terhadap lawan jenis tersebut biasanya cukup besat dan menggebu. Jika seseorang pemuda tidak pandai-pandai mengelola maka bisa terjatuh pada hukum haram.



Cinta adalah perasaan hati yang kehadirannya tidak bisa ditolak. Bagi pemuda yang terjangkiti ’virus’ merah jambu itu perlu memperhatikan rambu-rambu. Untuk mengekspresikan perasaan itu, bagi seorang pemuda perlu memahami skala prioritas terlebih dahulu. Jangan sampai karena jatuh cinta, semua permasalahan terabaikan sama sekali. Inilah cinta buta, cinta yang didasari hawa nafsu.



Islam sangat menjaga kehormatan manusia. Salah satu caranya dengan membuat aturan agar perasaan cinta terhadap lawan jenis berjalan tidak liar. Rasulullah SAW pernah mengingatkan jika dua orang berlainan jenis menyepi, maka yang ketiga adalah syetan.



Mengapa Islam melarang dua orang berlainan jenis menyepi, dan menyentuh lawan jenis? Hal inilah yang menunjukkan bahwa Islam memulyakan manusia. Sebab, orang yang melakukan dua perbuatan tadi sebelum ada ikatan perkawinan akan bisa menghantarkan pada perbuatan yang keji. Jika sudah jatuh pada perbuatan keji, maka Allah akan mencabut rasa cinta dan sayangnya pada orang tersebut. Maka, cinta yang diridlai Allah, adalah cinta yang terbingkai dalam ikatan perkawinan.



Makanya, pemuda yang sudah siap, dianjurkan untuk segera menikah. Cinta orang yang sudah menikah itu lebih mentrentramkan daripada sebelum menikah. Cinta yang dinaungi pernikahan katanya justru menjadi motor yang mesinnya sangat kuat dan terarah, tidak berkeliaran liar. Rasulullah SAW bersabda: "Wahai segenap pemuda, barangsiapa yang telah mampu untuk kawin maka hendaklah ia kawin, karena kawin itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiap yang belum mampu nikah, maka hendaklah dia berpuasa, karena puasa itu akan menjadi perisai baginya" (HR. Bukhari-Muslim). Cinta yang terbingkai dalam ikatan perkawinan adalah cinta yang dapat membawa manfaat, relatif terhindar dari dosa. Bagi remaja putri juga menjadikan yang bersangkutan memelihari diri, menimbulkan ketenangan, dan persahabatan sejati. Rajutan cinta yang dikemas dalam ikatan perkawinan adalah rajutan yang paling sempurna dan indah. Di situlah cinta sejati kita temukan. Jangan coba katakan cinta sejati jika sebelum menikah..!



Keindahan cinta perkawinan yang dilandasi karena Allah inilah yang disebut cinta sejati. Sang lelaki laksana benteng bagi wanita yang bisa memberi rasa aman, cinta-kasih sayang, ketenangan dan ketentraman. Dan sang wanita bagai lahan subur yang sejuk dan rindang yang terhiasi dengan bunga-bunga cinta, tempat si laki-laki mencari ketenangan. Ia juga bagaikan matahari yang menyinari, merpati yang mengepakkan sayap, bunga yang harum semerbak dan tempat berteduh yang menyejukkan.



Cinta yang membawa kepada ridla Allah adalah cinta ilahi, meletakkan cinta pada Allah di atas segala perasaan cinta yang menguasai hatinya, dan tentunya yang terikat dalam perkawinan. Di dalamnya kita bisa mereguk nikmatnya cinta sejai yakni cinta yang berdasarkan ilahi. Itulah cara mengelolah cinta yang dapat mendamaikan hati. Wallahu 'alam bisshowab.


Oleh: Kholili Hasib

(dari sahabat saya, kholili)
author

a wife, a mom, a blogger, a survivor of ITP & Lupus, a writer, author, a counselor of ITP & Lupus autoimmune, a mompreuneur, a motivator, a lecturer.