My Sweet Home

Menulis Ala Chicken Soup

Sebelum saya memulai bahasan kali ini, izinkan saya untuk mengutip satu tulisan di sini. Tulisan itu saya ambil dari sini : www.oneminuteonline.wordpress.com.


“…Seorang pria bernama Jack bermimpi untuk menulis buku. Bukan buku biasa. Sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, pada waktu itu. Buku itu akan berisi kumpulan kisah yang menggugah, d...itulis dengan singkat dan padat, namun mengena. Dan yang membuat buku itu istimewa karena semua kisah dalam buku itu didasarkan pada kisah nyata. Jack percaya buku itu akan disukai karena akan menginspirasi banyak orang yang membacanya. Setelah menemukan hasratnya, ia mulai menulis dengan penuh semangat.



Ketika buku itu telah selesai ditulis, naskah itu pun diajukan ke penerbit. Jack optimis akan mendapat respon positif. Tapi di luar dugaan, penerbit menolaknya. Tapi, masih ada banyak penerbit lain. Jack pun kembali mencoba memasukkan naskahnya ke penerbit lain. Dan ia ditolak lagi. Ia mencoba lagi untuk ke tiga kalinya, dan ditolak lagi. Ia tetap tak kenal menyerah. Ia mencoba lagi dan lagi, dan penolakan demi penolakan terus saja diterimanya. Tak tanggung-tanggung, ia telah mendapatkan penolakan sebanyak 124 kali!



Ya, 124 kali! Bukan jumlah yang sedikit. Bisakah Anda bertahan atas penolakan sebanyak itu? Pada penolakan yang ke berapakah kira-kira Anda akan memutuskan utnuk berhenti dan menyerah? Pada penolakan ke-100 kah? Pada penolakan ke-50 kah? Atau jangan-jangan daya tahan Anda hanya pada penolakan ke-10?



Seandainya Jack memutuskan untuk menyerah pada penolakan ke-10, ke-50 atau ke-100 atau bahkan ke-124 dunia tidak akan pernah mengenal sebuah buku yang paling menginspirasi orang dari berbagai belahan bumi selama bertahun-tahun. Buku itu kita kenal dengan “Chicken Soup for the Soul”. Pada usahanya yang ke-125 akhirnya sebuah penerbit menerima naskahnya dan menerbitkannya. Dan ternyata buku itu laris manis, dan berhasil masuk dalam 150 top best seller sepanjang 15 tahun.



Serial Chicken Soup menjadi buku motivasional yang sangat digemari di berbagai belahan bumi. Ada lebih dari 200 judul dari setiap serial buku ini yang telah dibuat oleh Jack Canfield, dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa, dan terjual lebih dari 112 juta copy…..”







Buku-buku seri Chicken Soup mendulang sukses justru karena kekuatan ceritanya. Kekuatan cerita tersebut bukanlah terletak pada tema-tema yang berat, melainkan pada kesederhanaan kisah, kalimat-kalimat yang mengalir runut, menceritakan sebuah kisah sederhana yang pada akhir cerita akan membuat mulut kita ternganga saking takjubnya atau mungkin hanya sekedar menarik nafas panjang dan berpikir, “Wah.. ceritanya gue banget nih…”



Mengapa buku-buku Chicken Soup banyak digemari para pembacanya di seluruh dunia ? selain apa yang telah saya uraikan di atas, satu alasan lain lagi adalah, karena kisah-kisah yang ditampilkan di buku itu singkat, ringan, namun membawa banyak hikmah dan inspirasi bagi siapapun di berbagai belahan dunia ini.



Oke, saya tidak akan berlama-lama membuka bahasan kali ini.

Ibu-ibu, tentunya ibu memiliki banyak cerita dalam kehidupan sehari-hari bukan ? ya, tentunya.


Setiap kita tentu punya cerita. Tidak bisa bercerita atau tidak bisa menuliskan cerita bukan berarti kita tidak memiliki cerita. Pada kenyataannya, cerita-cerita yang luar biasa di dunia berasal dari orang-orang yang memutuskan untuk diam dengan berbagai alasan. Namun pada akhirnya, ada banyak cara untuk mengungkapkan cerita itu kepada orang lain. Mungkin dengan jalan curhat kepada sahabat atau keluarga, atau menuliskannya.


Tips Menulis Ala Chicken Soup


Pilihlah satu cerita sederhana dalam kehidupan kita sehari-hari. Satu cerita yang mungkin saja juga dialami oleh banyak orang lain di berbagai belahan dunia. Mungkin nanti cerita itu akan menggugah orang lain, mengingatkan orang lain, membawa hikmah atau sekedar hiburan bacaan ringan.
Tidak banyak yang harus kita tulis. Hanya satu kejadian kecil. Kisah yang sangat spesifik. Mungkin orang lain juga mengalami kisah tersebut. Tapi kita menuliskannya dengan perspektif berbeda berdasarkan pengalaman pribadi yang tentunya akan menghasilkan akhir cerita yang berbeda dengan orang lain.

Itu saja sudah cukup.


Pikirkan satu cerita kecil dalam periode kehidupan kita yang sesuai dengan tema tulisan yang akan kita buat. Galilah cerita tersebut secara mendalam, dan temukan hikmah apa yang bisa kita bagikan kepada orang lain dari cerita tersebut. Mungkin cerita tersebut bukan kisah yang luar biasa, bukan pula kisah yang mampu menggetarkan banyak hati. Tapi setidaknya, cerita itu membawa dampak dalam kehidupan kita di kemudian hari.



Contoh menulis ala chicken soup.



Misalkan saya akan menulis naskah dengan tema Pacar Pertama.


Saya akan duduk dengan tenang. Saya ajak pikiran saya kembali ke masa lalu. Siapakah pacar pertama saya ? kapankah kisah cinta pertama saya ? apakah saat di SMP ? SMA ? Kuliah ? owh.. pacar pertama saya adalah si A, misalnya. Kenanglah kembali kisah dengan A itu. Apakah ada satu kejadian yang paling saya ingat dari hubungan saya dengan A tersebut ?


Ya, ada. Tiba-tiba saya ingat bahwa dulu, sekian puluh tahun yang lalu, A pernah memberikan kejutan yang istimewa untuk saya. Padahal saya tahu, A adalah orang yang paling tidak romantis abad ini. Kejutan istimewa itu telah begitu susah payah dirancang oleh A namun saya tidak menyadarinya dan malah membuatnya kecewa. Pada akhirnya saya menyesal, namun A keburu marah dan memutuskan meninggalkan saya.


Sedih ? memang. Dan itulah yang akan saya tuliskan dalam kisah saya itu. Saya tidak akan menuliskan bagaimana ketika saya pertama kali pacaran di sekolah. Saya tidak akan menjelaskan satu persatu siapa saja pacar-pacar saya dulu sesudah si A itu. Saya juga tidak akan menjelaskan dari A sampai Z bagaimana gaya berpacaran saya dengan si A kala itu.



Yang akan saya tuliskan hanyalah sepotong kisah kecil ketika A berusaha menyenangkan hati saya dengan memberi surprise namun saya malah merusak segalanya. Simple. Sederhana. Namun di akhir cerita saya akan tuliskan betapa sepotong episode itu membawa hikmah yang luar biasa dalam kehidupan saya saat ini. Setidaknya, ketika saya kembali berhubungan dengan orang lain, saya jadi belajar untuk lebih peka dan lebih mengerti pasangan saya tersebut.



Sampai di sini, apakah ibu-ibu masih banyak yang bingung tentang menulis ala chicken soup ini ? silahkan bertanya ya ibu-ibu, saya akan berusaha menjawabnya dengan sejelas mungkin.



Menulis ala chicken soup, biasanya tidak perlu panjang-panjang. Hanya sekitar 3-5 halaman saja dengan aturan standar TNR 12, 1,5 spasi. Tidak perlu menjejali tulisan ibu-ibu dengan data dan fakta yang begitu banyak. Ingat, tulisan ini akan dibaca sebagai teman beristirahat, teman dalam perjalanan, teman saat santai, maka buatlah tulisan yang ringan, mengalir dan manis. Semanis kue J.



“….Pikirkanlah 5 atau 10 tahun dari sekarang, Ketika generasi kesekian membaca kisahmu, dan dia tersenyum karena memiliki pengalaman yang sama denganmu. Atau dia menangis karena bersedih untukmu. Atau dia terobati karena engkau menyuarakannya. Tidak banyak. Hanya kejadian kecil…” (Anonim)


NB : Tangkap satu cerita kecil dari episode kehidupan kita, dan kembangkan itu menjadi tulisan ringan yang menarik. Karenanya, saya selalu berprinsip dalam hidup, yaitu “perhatikan hal-hal kecil di sekitar kita, dan temukan keajaibannya…”


Tanya Jawab :


1. Nurul Asmayani : Mba Lygia Pecanduhujan, tulisan ala chicken soup ini masuk dalam genre non fiksi kan ya?


Jawab : Betul.. masuknya dalam non fiksi, karena isinya adalah kisah2 nyata...^^, maaf kalau saya balasnya agak lama. Koneksi parah...


2. Nurul Asmayani : Apakah boleh kita mendramatisir tulisan kita untuk menambah kesan tertentu, misal menjadi sangat menyedihkan, dramatik, dan seterusnya ?



Jawab : Nurul, boleh saja mendramatisir kisah kita , hanya saja sebaiknya jangan terlalu berlebihan. karena kalau jadinya pendramatisiran kisah itu terlalu banyak, malah khawatir akan membuat tulisan itu tidak lagi menjadi tulisan kisah nyata. melainkan menjadi tulisan fiksi based on true story. :)


3. Dini Rahmajanti : sukaaa...kebetulan sy sukanya menulis yg pernah sy alami,mba. Mhn bimbingan nyaa..ingin sekali ikutan menulis spt ini dan mjd buku?! bisakah??



Jawab : Dini, tulisan model2 chicken soup seperti ini sudah mulai banyak diadaptasi di Indonesia. Jadi sering2lah mencari informasi ttg adanya audisi naskah antologi, misalnya. meskipun terkadang bagi saya, kebanyakan antologi di Indonesia masih terjebak dengan pola penulisan naratif, berpanjang2, bercerita dari A-Z tentang suatu tema. sementara tulisan chicken soup tidaklah demikian


4. Qonita Azhari : gimana caranya bisa fokus ke poin yg dimaksud?

Jawab : Qonita , caranya bisa fokus ke poin yang dimaksud adalah, kita gali memori kita sedalam2nya tentang kisah yang akan kita tulis. ambil satu poin. ketika poin itu sudah terpegang, cara fokusnya adalah jangan biarkan tulisan kita melebar kemana2., itulah sebabnya mengapa tulisan-tulisan ala chicken soup disyaratkan hanya maksimal 3-5 halaman. Itu sebagai salah satu upaya untuk pemfokusan cerita :)


5. Atik Herwening Widiyanti : menulis pengalaman kisah nyata, apalagi pribadi, kadang menyenggok seseorangl. Bgmn membatasi diri agar tidak terjebak ke ghibah, atau hal2 yg menyebabkan kemarahan seseorang yg disenggol? pdhl mungkin dr pengalaman itu ada banyak hikmah yang bisa dipetik....



Jawab : Atik , batasilah cerita hanya pada apa yang kita rasakan. dan kita tidak diwajibkan untuk menuliskan nama jelas orang yg menjadi salah satu tokoh dalam kisah kita. Misalnya, kita akan menulis ttg mantan suami yang melakukan KDRT. gak usah m...enyebutkan nama lengkap si suami, apalagi sekalian nyebutin gelarnya secara lengkap. cukup kita namakan tokoh itu adalah "sang mantan" atau "mantan suami saya" dll. Dan supaya kita tidak terjebak pada ghibah, maka fokus kita adalah pada hikmah apa yang bisa kita petik dari pengalaman tersebut. ceritakan kisahnya secara apa adanya, lalu bahas pendapat kita ttg pengalaman itu.


Contoh seperti di atas :

saya menuliskan ttg masa 20 tahun lalu ketika saya masih berseragam putih biru. saat itu saya dekat dengan seorang teman sekelas, bernama Gie. percakapan2 panjang setiap hari membuat saya dan Gie semakin dekat. tapi sayang, ketika saya mulai merasakan ada perasaan lain di hati, saya baru tau bahwa ternyata Gie itu sudah punya teman dekat lain. Dan gie tetap menganggap saya sbg sahabat baiknya. pada akhirnya, saya mulai belajar menyadari sesuatu bahwa ternyata persahabatan itu bisa jauh lebih indah dibandingkan percintaan. ini terbukti krn ternyata pada akhirnya , ketika saya dan Gie mulai kuliah di tempat yg berbeda, Gie bisa bergonta ganti pacar beberapa kali, tapi tetap saja sahabat baiknya adalah saya..



(ini kisah fiktif sebenernya, saya tulis untuk contoh saja..hehehehe)



6. Ary Nur Azizah ada tiga pertanyaan, mbak:

1. point of view-nya selalu aku-kah?

2. ar pernah baca di postingan IIDN, kalimat2nya pendek2. apakah ini juga ciri khas?

3. di IIDN ada yang nanya, apakah tidak ada paragraf? tapi ar belum menemukan jawabannya. benarkah begitu?

makasih banyak ya mbak...


JAWAB : ARY :


a. Point of View itu ada 3, yaitu kita sebagai orang pertama, orang kedua dan orang ketiga. dan ketiga jenis PoV itu juga dipakai dalam penulisan kisah ala chicken soup ini. kita bisa menuliskan kisah hidup kita, atau kisah orang2 terd...ekat kita, dengan Pov Aku atau dia.



b, Kalimat-kalimat pendek itu bukan ciri khas dari tulisan tertentu, tapi ciri khas dari penulisnya sendiri. boleh2 saja kalimatnya panjang2 , hanya perlu diperhatikan pemenggalan kalimat2 itu agar orang yang membacanya tidak merasa seperti habis lari marathon puluhan kilo setelah selesai membaca tulisan kita. boleh juga tulisan kita terdiri dari kalimat-kalimat pendek. asal apa yang ingin kita sampaikan dalam tulisan itu diterima dengan baik oleh pembaca.


c. paragraf selalu perlu dalam setiap tulisan. justru tulisan yang tidak memiliki paragraf akan membuat lelah pembaca.


7. Aida Amal Syafin : sebetulnya dalam seleksi antalogi itu boleh2 saja kita pakai gaya chicken soup atau kalau memang disana ada prasyarat demikian? terus ada ga batasan jumlah kata pada chicken soup ini? biasanya kan antalogi berkisar 1200 kata, klo dirasa pendek kadang saya gak kesampaian dengan menggunakan based on true story dan fokus, apakah itu boleh2 saja...



JAWAB : Aida : kalau kita ingin mengikuti audisi Antologi yang harus kita perhatikan adalah :



1. bacalah dengan teliti persyaratannya. apakah dalam salah satu poin dr persyaratan itu ada perintah untuk menuliskan kisah kita ala chicken soup ? jika t...idak ya artinya kita bebas menuliskan dgn gaya kita. tidak harus melulu berpatokan pada syarat2 menulis ala chicken soup. dan memang menulis chicken soup ini tidak ada aturan mutlak selain menuliskan satu kisah spesifik.



2. dalam chicken soup tidak ada batasan jumlah kata. yang ada hanyalah batasan jumlah halaman , itupun tergantung kebijakan dari masing2 Penanggung Jawab proyek itu. apakah maksimal 3-5 halaman, ataukah seperti cerpen yang 6-8 halaman. tapi biasanya, tulisan2 di buku seri Chicken Soup tidak lebih dari 3-5 halaman.


8. Sofi Bramasta : nanya mbak: bolehkah chicken soup pakai bahasa fiksi yang mendayu-dayu ?



Jawab : Sofi , bisa-bisa aja, pakai bahasa yang manis, romantis, tapi ingat : jangan berlebihan, kalau kita gak mau nanti tulisan kita dianggap lebay gak jelas...


9. Ida Fauziah : Mbak Lygia Pecanduhujan, jika menulis novel non fiksi, apakah bisa dg gaya chicken soup? Contohnya gimana mbak, trims :)


Jawab : Ida , menulis novel non fiksi ? setahu saya, tidak ada novel bergenre non fiksi. dimana2 novel itu adalah fiksi. kalaupun itu berdasarkan kisah nyata, tetap saja disebut novel fiksi tapi based on true story. nama2 tokohnya fiksi, nama2 loka...si cerita fiksi, semuanya fiksi. yg true story hanyalah jalinan kisahnya saja. begitu ya ?



jadi penulisan novel tentu saja beda dengan penulisan kisah chicken soup ini. dari segi jumlah halaman, dan lain sebagainya. menulis dengan jumlah halaman terbatas tentu akan berbeda dengan menulis halaman yang banyak. dgn halaman terbatas, kita akan diminta utk menulis secara ringkas, mengalir, sederhana namun punya kekuatan cerita. sementara dengan jumlah halaman yang banyak kita bisa lebih mengeksplor tulisan kita kemana2...


10. Dini Rahmajanti : bgmn dg tulisan FNF dan FF mana yg termasuk katagori tulisan chicken soup??


JAWAB : Dini , FNF itu apa ya ? hahahaha..maaf saya ga ngikutin. Kalau FF alias Flash Fiction itu kan jelas2 merupakan tulisan fiksi, sementara chicken soup adalah tulisan kisah nyata. tentunya sangat jauh berbeda kan .... jadi gak ada FF yang bisa dikategorikan sbg tulisan chicken soup, karena FF itu sendiri sudah jelas2 merupakan fiksi.


11. Qonita Azhari : Saya baca buku PELANGI NURANI yg terbit di thn 200an kalo ga salah. Kumpulan tulisan a la chicken soup juga. Kalo saya amati, yg menjd daya tarik buku tsb adalah kekuatan cerita itu sendiri dan bukan gaya penulisannya. Gmn menurut Mbak Lygia Pecanduhujan?


Jawab : Qonita , memang kekuatan cerita merupakan salah satu potensi tulisan itu menjadi menarik. namun gaya penulisan yang cantik juga sangat penting. karena seringkali saya menemukan cerita yang sebetulnya bagus, menarik, namun ditulis dengan gay...a bahasa yang acak-acakan, malah apa yang dimaksudkan dari ceritanya itu gak berhasil sampai ke tangan pembacanya. pasti banyak juga ibu2 dan teman2 di sini yang pernah baca tulisan2 seperti itu kan ?



judulnya keren, sinopsisnya juga luar biasa. alur ceritanya rumit dan menjanjikan petualangan yang asyik. namun ketika dibaca, gaya penulisannya boring , monoton, garing, bertele2 , kesana kemari gak jelas, dan akhirnya bikin kita menutup buku padahal buku itu belum tamat kita baca.


12. Sofi Bramasta : mbak kalau kita menulis kisah orang lain kira-kira bahaya nggak? maksud saya jika nanti orang yang bersangkutan marah/bahkan nuntut?


Jawab : Sofi : makanya, ketika saya menjadi PJ dari buku antologi (buku antologi yg saya bidani adalah A Cup Of Tea For Single Mom), saya selalu mengingatkan kepada para pengirim naskah bahwa, jika kita mau menulis tentang pengalaman atau kisah hid...up orang lain, minta izinlah dulu kepada yang bersangkutan. ini untuk menghindari hal2 yg tidak mengenakkan di kemudian hari. tapi bisa saja izin ini tidak memungkinkan. misalnya kita ingin menulis ttg seorang ibu yg selalu kita temui di pasar setiap hari di tempat yg sama, pada jam yg sama, dan mengilhami kita menulis, mungkin sedikit mustahil kalau kita tiba2 mendekati dia dan langsung minta izin untuk menuliskan kisahnya.



tapi untuk data yg akurat ga ada salahnya kita lakukan pendekatan langsung, tanyakan nama, kisah hidupnya, lalu pelan2 kita tanyakan apakah dia keberatan kalau kita menulis kisah yang diambil dari pengalaman hidupnya.



intinya, sebaiknya untuk menulis ttg orang lain, agar aman mintalah izinnya terlebih dahulu, atau jika tidak, gunakanlah nama samaran untuk tokoh itu, tapi itu nanti jadi akan menjadi tokoh fiksi ya.. hehehehehehehe.. so, sebaiknya, memang kita tulis kisah kita sendiri. kalau kisah orang lain, kita eksplorasi lbh mendalam dulu org yg bersangkutan. biar ceritanya lebih kuat gitu lho..hehehehe..


13. Dwi El-Qatrunnada : Mbk lygia > uwi baru dalam dunia penulisan,, ide dan pengalaman itu selalu adaa, tapi nuangin dalam suatu cerpen itu sulit,, boleh tau rahasia menulisnya ??

Jawab : Dwi :



teori menulis itu ada 3 :


1. Menulis

2. Menulis

3. Menulis



Hehehehe, mengerti kan ? jadi untuk bisa menulis, kita harus rajin menulis apa saja. tidak dibatasi judul, sinopsi, outline, alur, penokohan. tuliskan saja dulu semua. apapun yang ingin kita tulis, maka tulislah. buat jadwal menulis setiap hari minimal setengah jam.. jangan lupa selalu perhatikan hal2 kecil di sekitar kita untuk mendapatkan ide2 segar.



ada satu pribahasa, "Alah bisa karena biasa" , Gitu ya kalau ga salah ? lama2 tulisan kita akan menjadi lebih enak, lebih lancar dan lebih mengalir kalau kita rajin mengasahnya setiap hari. Intan yang asalnya berupa batu biasa, akan terlihat kilaunya ketika kita asah terus menerus tak kenal bosan...


14. Ary Nur Azizah : apakah setiap penulis kisah chicken soup selalu harus menarik hikmah pada akhir kisahnya? seperti cerpen yagn selalu tuntas di akhirnya?

Jawab : Ary , seperti yang saya tulis di atas : "Pilihlah satu cerita sederhana dalam kehidupan kita sehari-hari. Satu cerita yang mungkin saja juga dialami oleh banyak orang lain di berbagai belahan dunia. Mungkin nanti cerita itu akan menggugah o...rang lain, mengingatkan orang lain, membawa hikmah atau sekedar hiburan bacaan ringan. "


Yang pasti, cerita itu haruslah tuntas sebagai sebuah cerita. Jangan menggantung dan bikin penasaran pembaca. Jangan sisakan pertanyaan2 di hati pembaca ketika mereka selesai membaca di akhir cerita. sebaiknya memang harus ada hikmah yang bisa dipetik dari tulisan itu, meski tidak harus dijelaskan secara eksplisit.


Misalnya : saya menulis kisah ttg ketika saya bercerai dengan suami. setelah semua keributan berakhir, saya menangis, dan saat itulah saya sadar, bahwa Tuhan itu luar biasa baik hati. Dia menguji kita dengan cara yang tak terduga dan ketika kita lulus ujian itu, ada banyak kebahagiaan yg menanti untuk dijemput oleh kita. bukankah itu juga hikmah ? bagi diri saya, kisah itu merupakan hikmah. mungkin kelak diantara sekian puluh juta orang ( halah, lebay banget ya..hihihi) yang membaca kisah itu, ada satu yang bilang, "aduuh... ceritanya gue bangeeet !"


15. Ida Fauziah : Kalo buku non Fiksi, apa boleh tiap sub cerita dibuat cara penulisan spt chicken soup? Maaf nanya lg ^_^.


Jawab : Ida : tentu bisa. asal sesuai dengan tema dan tujuan naskah itu dibuat. ....


16. Risahmawati Tholib : makasih mb Lygia Pecanduhujan :-) baru belajar niy...


Jawab : Risahmawati, Di IIDN sekarang banyak bertebaran kesempatan untuk mengikuti antologi2 keren. itu bisa dijadikan ajang latihan buat kita2 untuk makin mengasah kemampuan menulis. silahkan saja ikuti. Doakan semoga konsep proyek antologiku di Indscript yang ditujukan buat GPU nanti di acc, biar makin banyak kesempatan latihan buat semua anggota IIDN..


17. Sofi Bramasta : mbak saat ini saya lagi diajak teman nulis ttg pengalaman sebagai penulis dan TKW,ada bbrapa pertanyaan yang dia ajukan trs aku juga ada yang keberatan dipublish,misal yang aku keberatan itu diganti fiksi kira-kira gimana ya...hehehe,


Jawab : Sofi , kalau ada yg dirimu keberatan untuk ditulis ya jangan ditulis. tapi jangan sekali2 menggantinya dengan tulisan fiksi. karena nantinya jadi campur baur. tulislah apa adanya, gali pengalaman2 yg memang ingin dirimu bagi. tapi sebelumny...a kita mesti tanya hati kita dulu, kenapa kita keberatan dipublish ? kalau memang kisah itu bakal bisa bikin orang lain belajar, apa salahnya kita bagikan ? selama itu demi kebaikan lho ya..hehehe


18. Ida Fauziah Contoh kasus, sy ingin bikin cerita ttg perpisahan 7 tahun bersama suami krn suami tinggal di LN.


Jawab : Ida : bisa..... cerita itu bisa dijadikan novel based on true story, atau dijadikan kumpulan kisah2 inspiratif ttg suka duka istri yang terpaksa menjalani LDR krn suaminya tinggal di LN. setiap kisah nantinya harus berdiri sendiri, tiap bab... berbeda kisah, berbeda rasa. seperti menyajikan aneka makanan di atas meja, kita harus pandai meramunya supaya berbagai jenis makanan itu terlihat menarik dan punya rasa yang berbeda satu sama lain. Jangan sampai makanannya buanyaaak tapi rasanya sama aja. 5 jenis makanan, rendang daging, rendang ayam, gule bumbu rendang, telor rendang, sayur kuah dikasih bumbu rendang, dll.. xixixixi.. kok saya jadi lapaaaaaaaaaar ??

(Tulisan dari sahabatku : Lygia Nostalina)
author

a wife, a mom, a blogger, a survivor of ITP & Lupus, a writer, author, a counselor of ITP & Lupus autoimmune, a mompreuneur, a motivator, a lecturer.