PERMUDAH JANGAN PERSULIT
Suatu ketika grup Slank manggung di sebuah kafe di daerah Bali. Salah seorang personil Slank membawa rombongan pengajian. Rombongan pengajian ini turut menyaksikan konser.
“Bisa dibayangkan, di tengah-tengah penonton terdapat beberapa orang berjubah, gamis menyaksikan konser Slank,” cerita ustadz Bobby.
Di saat bercerita, di sebelah ustadz Bobby terdapat Ivan, sang bassis ‘Slank’. Saya menduga cerita ini sumber awalnya dari Ivan.
Usai konser, rombongan pengajian ini ikut berkumpul bersama dengan personil Slank. Salah seorang mereka bertanya, “Ustadz, gimana hukumnya bermusik?”
Tidak diceritakan siapa yang bertanya, apakah Kaka, Bimbim, Ridho, Abdi atau Ivan yang bertanya. Yang jelas dia bertanya bagaimana pandangan Islam tentang musik.
Ustadz yang ditanya, balik bertanya, “Shalat lima waktu hukumnya apa?”
“Wajib tad.”
“Kalo ditinggalkan, hukumnya apa?”
“Gak boleh ditinggalkan. Ditinggalkan kita berdosa.”
“Nah, kita beresin masalah ini aja dulu dah. Kalo udah beres dengan masalah shalat, baru kita bahas bagaimana hukum Islam tentang musik.”
Seperti itulah jawaban sang ustadz.
Mendengar kisah ini, saya teringat dengan sebuah kisah di masa Rasulullah. Diriwayatkan seorang pemuda menyatakan ingin masuk Islam. Namun dia masih mempunyai tiga kebiasaan buruk.
“Wahai Rasul, saya ingin masuk Islam. Tapi saya masih senang mabuk-mabukan, berbuat maksiat dan berjudi.”
Mendengar pengakuan polos ini, Rasul hanya menjawab, “Tidak menjadi masalah. Tapi saya hanya minta engkau untuk senantiasa berkata jujur dan engkau dilarang untuk berdusta.”
Persyaratan yang diajukan Rasul ini, disetujui oleh si pemuda dan pemuda itu pun mengucapkan dua kalimat syahadat.
Si pemuda merasa Islam itu ternyata indah. Dia dengan senang hati bersedia untuk selalu berkata jujur dan akan selalu menjauhi dusta.
Setiap kali dia bertemu dengan Rasul, Rasul bertanya, “Apakah engkau melakukan perbuatan dosa ini dan itu?”
Pemuda itu pun menjawab, “Ya benar Rasul. Saya masih melakukannya.”
Begitu seterusnya, setiap bertemu dengan Rasul, pemuda itu selalu ditanya. Dan dia selalu menjawab dengan jujur. Hingga pada suatu ketika si pemuda sadar dan bertekad untuk meninggalkan perbuatan2 dosa yang biasa dilakukannya.
Ada kesamaan antara kisah anak-anak Slank di atas dengan kisah pemuda di atas.
Bagaimana jadinya bila Rasulullah marah-marah ketika mengetahui bahwa si pemuda itu memiliki hobby melakukan berbagai perbuatan dosa? Padahal pemuda itu ingin masuk Islam.
Bagaimana pula jadinya bila ustadz itu menjawab pertanyaan personil Slank itu dengan jawaban, “Gak boleh. Main music itu perbuatan sia-sia. Masih banyak perbuatan yang lebih penting. Andaikan boleh, masih banyak perbuatan yang sunnah bahkan bernilai wajib yang belum dilakukan.”
TAPI, Rasulullah tidak marah-marah pada si pemuda itu. Tidak mempersulit si pemuda. Beliau saw hanya meminta agar pemuda itu selalu berkata jujur.
Demikian pula dengan ustadz di atas. Dia tidak mempersoalkan aktifitas bermusik personil Slank. Dia hanya minta agar shalat lima waktu untuk selalu ditunaikan dan tidak pernah ditinggalkan walau hanya sekali.
(Kiriman dari sahabatku : Arya Noor Amarsyah)