KISAH SEORANG ALIM DAN SEORANG PELACUR ... sebuah petikan ibroh.."
Dikisahkan, seorang alim yang bertetangga dengan seorang pelacur. Setiap kali orang alim ini memandang rumah sang pelacur, dalam pikirannya yang terbayang/ terlintas adalah sang pelacur itu pasti selalu melakukan perbuatan mesum. Prasangka buruk itu selalu terlintas dibenaknya setiap kali dia teringat akan si pelacur tersebut. Prasangka itu sudah merasuk kedalam jiwanya, sehingga dia sangat membenci dan jijik dengan pelacur tersebut. Ingin rasanya dia mengusir dari samping rumahnya, namun dia sangat dikenal sebagai orang yang bijak dan adil dalam mengambil keputusan. Sehingga keputusan untuk mengusir dari samping rumahnya dibatalkan karena takut dinilai masyarakat dia tidak bijak dalam memutuskan.
Namun sebaliknya, Jika sang pelacur melihat rumah orang alim tadi, hatinya selalu bergejolak dan bergetar. Penyesalan dan tangisan yang mendalam selalu tersimpan dalam hatinya. Batinnya selalu berdo’a :
“ Betapa Mulianya Engkau ya Allah, memiliki hamba yang alim dan bijaksana seperti tetanggaku ini, sementara aku bergelimang dengan lumuran dosa. Dia menjadi orang yang disegani dan dihormati dengan masyarakat. Banyak orang dari berbagai pelosok berkunjung ke rumahnya, menimba ilmu serta memohon do’a restu darinya. “
“ Ya Allah, aku sangat ingin seperti dirinya, hidup terhormat, disegani dan jauh dari dosa serta perbuatan maksiat. Ya Allah, tunjukkan aku pada jalan-Mu yang benar, mudahkanlah keinginanku ini, dan janganlah Engkau biarkan aku dalam keadaaan tersesat seperti ini. “
Demikianlah pikiran dari sang pelacur tadi. Setiap hari jika sang pelacur ini melihat rumah tetangganya, dia selalu berdo’a dan selalu berpikiran baik untuk dirinya. Dia sangat kagum, takjub, senang dan bangga terhadap perilaku seorang yang alim tadi. Namun prasangka seorang yang alim tadi justru sebaliknya, dia semakin geram dan benci saja dengan tetangganya tersebut.
Pendek cerita, tibalah hari pembalasan.
Orang alim tersebut diseret oleh malaikat ke pintu neraka. Dia protes “ Kalian pasti salah, coba buka kembali catatan amal dan ibadahku selama ini “. Malaikatpun membuka dan membacakannya, “ Betul sekali engkau tercatat sebagai seorang yang saleh dan alim. Buku ini penuh dengan rekaman amal dan kebajikanmu. Tetapi satu hal yang membuat Allah murka dan tidak ridha denganmu, engkau selalu melihat orang lain dengan prasangka burukmu. Contoh nyatanya, seorang pelacur tetanggamu, selalu kau lihat dengan penuh kebencian dan tanpa belas kasihan sedikitpun. Lupakah engkau bahwa Allah menciptakan surga dan neraka untuk hambanya. Dia yang lebih berhak menentukan hambanya ditempatkan pada Surga atau Neraka “.
Sementara disisi lain, seorang pelacur tadi justru diantarkan malaikat menuju pintu Surga. Dia pun protes seperti halnya seorang yang alim tadi, “ Apakah kalian tidak salah dalam membaca catatan amal ibadahku ?, sepertinya aku tidak tepat di tempatkan di Surga. Bukankah saya lebih banyak berbuat dosa dan maksiat selama di dunia ? “. Lalu malaikat menjawab, “ Ada satu hal kecil yang nampaknya sepele tapi sering diabaikan manusia, justru itu yang membuat Allah ridha dengan perilaku hambanya. Engkau selalu menaruh harapan yang baik kepada Allah dan selalu Khusnudzon terhadap sesama manusia. Ketahuilah Allah menciptakan Surga dan neraka untuk hambanya yang terpilih. Dialah yang lebih berhak untuk menentukannya. “
Kisah sufi ini menginspirasikan kita sebagai hamba yang hina tentang perlunya selalu berpikir dan memiliki harapan yang baik kepada Allah. Sebagaimana pesan Al qur’an dan alhadits : “ Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, Ana inda dzanni abdibi (aku mengikuti prasangka hamba-Ku). “ Maksudnya, jika kita memiliki pengharapan yang baik kepada Allah, niscara Allah akan memberikan harapan yang baik pula kepada kita, namun jika kita berfikir sebaliknya, maka keburukanpun yang akan kita dapatkan. “
dari : sahabatku Arif
Namun sebaliknya, Jika sang pelacur melihat rumah orang alim tadi, hatinya selalu bergejolak dan bergetar. Penyesalan dan tangisan yang mendalam selalu tersimpan dalam hatinya. Batinnya selalu berdo’a :
“ Betapa Mulianya Engkau ya Allah, memiliki hamba yang alim dan bijaksana seperti tetanggaku ini, sementara aku bergelimang dengan lumuran dosa. Dia menjadi orang yang disegani dan dihormati dengan masyarakat. Banyak orang dari berbagai pelosok berkunjung ke rumahnya, menimba ilmu serta memohon do’a restu darinya. “
“ Ya Allah, aku sangat ingin seperti dirinya, hidup terhormat, disegani dan jauh dari dosa serta perbuatan maksiat. Ya Allah, tunjukkan aku pada jalan-Mu yang benar, mudahkanlah keinginanku ini, dan janganlah Engkau biarkan aku dalam keadaaan tersesat seperti ini. “
Demikianlah pikiran dari sang pelacur tadi. Setiap hari jika sang pelacur ini melihat rumah tetangganya, dia selalu berdo’a dan selalu berpikiran baik untuk dirinya. Dia sangat kagum, takjub, senang dan bangga terhadap perilaku seorang yang alim tadi. Namun prasangka seorang yang alim tadi justru sebaliknya, dia semakin geram dan benci saja dengan tetangganya tersebut.
Pendek cerita, tibalah hari pembalasan.
Orang alim tersebut diseret oleh malaikat ke pintu neraka. Dia protes “ Kalian pasti salah, coba buka kembali catatan amal dan ibadahku selama ini “. Malaikatpun membuka dan membacakannya, “ Betul sekali engkau tercatat sebagai seorang yang saleh dan alim. Buku ini penuh dengan rekaman amal dan kebajikanmu. Tetapi satu hal yang membuat Allah murka dan tidak ridha denganmu, engkau selalu melihat orang lain dengan prasangka burukmu. Contoh nyatanya, seorang pelacur tetanggamu, selalu kau lihat dengan penuh kebencian dan tanpa belas kasihan sedikitpun. Lupakah engkau bahwa Allah menciptakan surga dan neraka untuk hambanya. Dia yang lebih berhak menentukan hambanya ditempatkan pada Surga atau Neraka “.
Sementara disisi lain, seorang pelacur tadi justru diantarkan malaikat menuju pintu Surga. Dia pun protes seperti halnya seorang yang alim tadi, “ Apakah kalian tidak salah dalam membaca catatan amal ibadahku ?, sepertinya aku tidak tepat di tempatkan di Surga. Bukankah saya lebih banyak berbuat dosa dan maksiat selama di dunia ? “. Lalu malaikat menjawab, “ Ada satu hal kecil yang nampaknya sepele tapi sering diabaikan manusia, justru itu yang membuat Allah ridha dengan perilaku hambanya. Engkau selalu menaruh harapan yang baik kepada Allah dan selalu Khusnudzon terhadap sesama manusia. Ketahuilah Allah menciptakan Surga dan neraka untuk hambanya yang terpilih. Dialah yang lebih berhak untuk menentukannya. “
Kisah sufi ini menginspirasikan kita sebagai hamba yang hina tentang perlunya selalu berpikir dan memiliki harapan yang baik kepada Allah. Sebagaimana pesan Al qur’an dan alhadits : “ Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, Ana inda dzanni abdibi (aku mengikuti prasangka hamba-Ku). “ Maksudnya, jika kita memiliki pengharapan yang baik kepada Allah, niscara Allah akan memberikan harapan yang baik pula kepada kita, namun jika kita berfikir sebaliknya, maka keburukanpun yang akan kita dapatkan. “
dari : sahabatku Arif