Wahai Aqshaku
Wahai Aqshaku
by: Anbar Thea
Wahai Aqshaku ...
Kudengar namamu dalam paparan kisah
Kupelajari nasibmu dalam buku-buku sejarah
Kubaca bercak darah syuhadamu dalam dongeng menggugah
Namun, sungguh kini tak ada lagi dusta antara kita
Nasib pahitmu tak mampu menyayat jiwa
Getir hidupmu tak mampu mengoyak raga
Gelora juangmu tak mampu menggerakkan semangat
Keteguhanmu tak mampu menyatukan tekad
Kini entitasmu tlah hilang bak ditelan tsunami
Padahal kisah heroikmu menggemparkan seluruh bumi
Kini bekas-bekas keagunganmu tlah menjadi onggokan tahi Yahudi
Tak ada yang peduli, apalagi dicatat rekor MURI
Kau hanya dicatat indah dalam untaian bait puisi
Namun dihinakan oleh hampir seluruh pelosok negeri
Wahai Aqshaku ...
Kini kau hanya membisu dalam tuli
Bangsa Arab lebih mencintai Manchaster City
Daripada tanah suci wakaf para nabi
Adapun kami, muslim di negeri para TKI
Kami sibuk dengan urusan sendiri-sendiri
Wahai Aqshaku ...
Kau adalah matahari kebenaran
Dulu sinarmu begitu terang benderang
Namun kini pudar bahkan tlah padam
Kau adalah rembulan peradaban
Dulu sinarmu begitu indah menawan
Namun kini temaram dan hanya ada dalam slogan
setiap demo dan obrolan dusta perdamaian
terkubur dalam bualan politik dan semarak iklan
terpendam dalam deklarasi dan dagelan HAM
Wahai Aqshaku ...
Dulu kau adalah inspirasi perjuangan kemerdekaan
Kau menggelorakan semangat perlawanan
Namun kini, kau adalah komoditas dan jualan
Mahmud Abbas dan para diktator Arab yang kejam
Maka wajar, siapapun yang membelamu dipenjarakan
Dituduh teroris, Al-Qaida, atau ekstrimis mematikan
Padahal mereka adalah syuhada yang rela berkorban
dengan tetesan darah dan kucuran air mata kecemerlangan
Wahai Aqshaku ...
Maafkan kami yang tak lagi peduli
Bahkan kami tak tahu siapa dirimu yang sejati
Semua berkat kelicikan bangsa-bangsa Yahudi
Juga kebodohan kami di sepanjang 5 generasi
Kini kisahmu tak lagi menarik diceritakan
pada anak-anak kami atau di setiap pengajian
palagi anak-anak muda yang lebih tertarik roman picisan
karena orang tua yang tak lagi layak jadi panutan
Maafkan kami ...
Kau merana dalam duka ... tapi kami merana dalam kubangan dosa
Kau menangis dalam sedih ... tapi kami menangis dalam rintihan dusta
Kau terkapar dalam lapar ... tapi kami terkapar dalam klaim-klaim sakral
Kau menderita karena gugurnya syuhada ... tapi kami menderita karena gugurnya iman di dada
Wahai Aqshaku ...
Kami tahu, kau tengah merindu matahari kebenaran
yang menghangatkan kembali tungku-tungku harapan
yang membakar kembali bara api perlawanan
dengan senjata dan kesetiakawanan
dengan tank-tank dan kekuatan iman
dengan peluru-peluru dan keteguhan keyakinan
Wahai Aqshaku
Kami tahu, kau tengah menunggu kunci Al-Faruq dan Al-Qassam
yang akan membuka keran-keran air mata
yang akan menyingkirkan duka
yang akan memutus mata rantai derita
Kami tahu, kau tengah merintih dalam tangis
Saat kami memekik dalam canda yang lirih
Kami tahu, kau tengah dirudung nestapa
Saat kami dirudung semunya gembira
Wahai Aqshaku ... kami sadar
tanpamu hidup kami tak bermakna
tanpamu bencana terus membahana
tanpamu amal shalih kami sia-sia
tanpamu jiwa kami merana
Maafkan kami ... kami sadar ...
Tanpamu keadilan tiada
tanpamu madu kejujuran tak berasa
tanpamu roti ketenteraman hanya kata-kata
tanpamu teh tarik ketenangan hambar belaka
Wahai Aqshaku ...
Kuberjanji pada Ilahi
tuk menjadi pelayan suci
tuk semua tanah-tanah suci
tempat lahir dan berjuangnya para nabi
Kuberjanji takkan menerlantarkanmu
dalam setiap helaan nafasku
dalam setiap gerak langkahku
dalam setiap cita dan doaku
Kuyakini, seribu Al-Ayyubi akan kembali
Membebaskanmu dari tangan-tangan jahil Yahudi
Al-Ayyubi yang lahir dari rahim para istri kami
Allahumma Fasyhad ... Ya ALlah Engkau menjadi saksi
*Semoga kita selalu mendoakan saudara2 kita di Palestina, Gaza, Afganistan, karena penderitaan mereka lebih parah daripada yang kita derita/alami*
Medan, 21 Nov 2010
~Evi A.~
by: Anbar Thea
Wahai Aqshaku ...
Kudengar namamu dalam paparan kisah
Kupelajari nasibmu dalam buku-buku sejarah
Kubaca bercak darah syuhadamu dalam dongeng menggugah
Namun, sungguh kini tak ada lagi dusta antara kita
Nasib pahitmu tak mampu menyayat jiwa
Getir hidupmu tak mampu mengoyak raga
Gelora juangmu tak mampu menggerakkan semangat
Keteguhanmu tak mampu menyatukan tekad
Kini entitasmu tlah hilang bak ditelan tsunami
Padahal kisah heroikmu menggemparkan seluruh bumi
Kini bekas-bekas keagunganmu tlah menjadi onggokan tahi Yahudi
Tak ada yang peduli, apalagi dicatat rekor MURI
Kau hanya dicatat indah dalam untaian bait puisi
Namun dihinakan oleh hampir seluruh pelosok negeri
Wahai Aqshaku ...
Kini kau hanya membisu dalam tuli
Bangsa Arab lebih mencintai Manchaster City
Daripada tanah suci wakaf para nabi
Adapun kami, muslim di negeri para TKI
Kami sibuk dengan urusan sendiri-sendiri
Wahai Aqshaku ...
Kau adalah matahari kebenaran
Dulu sinarmu begitu terang benderang
Namun kini pudar bahkan tlah padam
Kau adalah rembulan peradaban
Dulu sinarmu begitu indah menawan
Namun kini temaram dan hanya ada dalam slogan
setiap demo dan obrolan dusta perdamaian
terkubur dalam bualan politik dan semarak iklan
terpendam dalam deklarasi dan dagelan HAM
Wahai Aqshaku ...
Dulu kau adalah inspirasi perjuangan kemerdekaan
Kau menggelorakan semangat perlawanan
Namun kini, kau adalah komoditas dan jualan
Mahmud Abbas dan para diktator Arab yang kejam
Maka wajar, siapapun yang membelamu dipenjarakan
Dituduh teroris, Al-Qaida, atau ekstrimis mematikan
Padahal mereka adalah syuhada yang rela berkorban
dengan tetesan darah dan kucuran air mata kecemerlangan
Wahai Aqshaku ...
Maafkan kami yang tak lagi peduli
Bahkan kami tak tahu siapa dirimu yang sejati
Semua berkat kelicikan bangsa-bangsa Yahudi
Juga kebodohan kami di sepanjang 5 generasi
Kini kisahmu tak lagi menarik diceritakan
pada anak-anak kami atau di setiap pengajian
palagi anak-anak muda yang lebih tertarik roman picisan
karena orang tua yang tak lagi layak jadi panutan
Maafkan kami ...
Kau merana dalam duka ... tapi kami merana dalam kubangan dosa
Kau menangis dalam sedih ... tapi kami menangis dalam rintihan dusta
Kau terkapar dalam lapar ... tapi kami terkapar dalam klaim-klaim sakral
Kau menderita karena gugurnya syuhada ... tapi kami menderita karena gugurnya iman di dada
Wahai Aqshaku ...
Kami tahu, kau tengah merindu matahari kebenaran
yang menghangatkan kembali tungku-tungku harapan
yang membakar kembali bara api perlawanan
dengan senjata dan kesetiakawanan
dengan tank-tank dan kekuatan iman
dengan peluru-peluru dan keteguhan keyakinan
Wahai Aqshaku
Kami tahu, kau tengah menunggu kunci Al-Faruq dan Al-Qassam
yang akan membuka keran-keran air mata
yang akan menyingkirkan duka
yang akan memutus mata rantai derita
Kami tahu, kau tengah merintih dalam tangis
Saat kami memekik dalam canda yang lirih
Kami tahu, kau tengah dirudung nestapa
Saat kami dirudung semunya gembira
Wahai Aqshaku ... kami sadar
tanpamu hidup kami tak bermakna
tanpamu bencana terus membahana
tanpamu amal shalih kami sia-sia
tanpamu jiwa kami merana
Maafkan kami ... kami sadar ...
Tanpamu keadilan tiada
tanpamu madu kejujuran tak berasa
tanpamu roti ketenteraman hanya kata-kata
tanpamu teh tarik ketenangan hambar belaka
Wahai Aqshaku ...
Kuberjanji pada Ilahi
tuk menjadi pelayan suci
tuk semua tanah-tanah suci
tempat lahir dan berjuangnya para nabi
Kuberjanji takkan menerlantarkanmu
dalam setiap helaan nafasku
dalam setiap gerak langkahku
dalam setiap cita dan doaku
Kuyakini, seribu Al-Ayyubi akan kembali
Membebaskanmu dari tangan-tangan jahil Yahudi
Al-Ayyubi yang lahir dari rahim para istri kami
Allahumma Fasyhad ... Ya ALlah Engkau menjadi saksi
*Semoga kita selalu mendoakan saudara2 kita di Palestina, Gaza, Afganistan, karena penderitaan mereka lebih parah daripada yang kita derita/alami*
Medan, 21 Nov 2010
~Evi A.~