Kisah Klasik Bersama Sahabat SMP-ku
Kisah Klasik Bersama Sahabat SMP-ku
Fitrah manusia adalah menyukai keindahan. Persahabatan yang terbingkai indah karena ketulusan iman dan cinta. Menebar kasih hingga benih-benih kerinduan selalu hadir menyapa kita.
Persahabatan adalah anugerah terindah bagi hidupku
Dibangun bukan karena materi
Dibangun bukan karena status sosial
Tapi, dibangun karena kecantikan akhlak
Dipupuk ukhuwah yang erat
Dibumbui kecintaan dan kasih sayang
Dibaluti rasa empati sesama insan
(Evi, Juli 2010)
Masih kuingat kisah kita bersama sembilan tahun yang lalu, kisah yang unik diracik dengan bumbu yang manis, asam, asin dan bahkan kepedasan pun ikut tercampur di dalamnya. Adanya rasa saling berbagi dalam suka dan duka.
***
Sebelum kita bertemu, bersatu menjadi sahabat sejati, kita tidak pernah saling mengenal. Kita berada pada kelas yang berbeda-beda. Hingga pada waktu yang indah, kita dipersatukan dalam sebuah kelas yang cukup membanggakan saat itu ‘Kelas Unggulan’ ─kelas yang memuat siswa-siswi berprestasi─. Eliza, Safitri, Lidya Syartika, Vivin, Dila dan Ruli adalah sahabat terbaikku semasa aku duduk di bangku SMP. Karena kesukaan kita pada dunia musik, lalu kita membentuk sebuah ‘Geng’ dengan nama East Live (merupakan kepanjangan dari nama-nama kami walaupun agak dipaksa-paksa dikit merangkainya). Aku pun di amanahkan sebagai koordinator tim nasyid waktu TPA. Mereka juga selalu membantuku dalam berbagai hal sehingga meringankan segala bebanku.
Hingga pada suatu hari, aku ditunjuk sebagai Ketua Keindahan Kelas, jabatan yang menurutku sangatlah berat karena kondisi kita semua yang beranjak menjadi remaja ─anak muda yang masih labil, dinamis, penuh emosi dan sangat meluap-luap─ Aku ingin menolak jabatan itu, tapi kalian selalu bilang, “Kami akan membantumu, Vie. Tenang saja dan terima amanah tersebut”. Semangat itu menjadi acuanku untuk bangkit dan melangkah ke depan.
Setiap ada perlombaan ‘Keindahan Kelas’ pada Peringatan Kemerdekaaan Indonesia tanggal 17 Agustus, kelas kita selalu mendapat juara 1. Sungguh sangat membanggakan bagiku, tentunya semua ini tidak akan tercapai tanpa ukhuwah yang erat antara semua teman-teman di kelas dan juga tak kalah penting karena ada kalian yang selalu menemaniku. Bagiku kalian memiliki sifat yang serba unik. Dila adalah siswa yang selalu rajin memasak; Tika adalah siswa yang pintar dalam berbicara dan berdandan; Eliza adalah anak yang tomboy, cekatan dan lincah; Safitri adalah siswa yang lembut, kreatif dan selalu tenang; Vivin adalah siswa yang manja dan cerdas; Ruli adalah siswa yang pendiam tapi pintar dalam pelajaran bahasa Inggris. Aku sendiri sering kalian anggap sebagai ibu atau kakak yang senantiasa memberikan nasehat-nasehat bahkan juga kritikan pedas untuk membangkitkan semangat belajar. *wah cerewet juga ya diriku :D*. Alhamdulillah kita semua selalu masuk dalam peringkat sepuluh besar. Kompetisi yang membanggakan di kelas, penuh dengan jiwa-jiwa yang cerdas, inovatif, kreatif dan berusaha menjadi yang terbaik tapi kadang-kadang masih mau berbuat ‘usil’.
***
Hari itu tanggal 5 Oktober, aku begitu sedih. Biasanya ada ucapan Selamat Ulang Tahun serta do’a-do’a dari kalian tepat jam 12 malam.
Sedih, sendiri, menyepi; Menghantui perasaan dan pikiranku; Kemana para sahabat-sahabatku; Apakah jalinan persahabatan yang erat kini telah pudar, ataukah sifat lupa manusia kembali terulang; Begitu mudahkah kemesraan yang kita bangun menjadi runtuh.
Di sepertiga malam kuberdo’a untukmu sahabat-sahabatku agar kita selalu diberi rahmat dan hidayah-Nya, diberi kesehatan dan keselamatan, diberi kemudahan dari setiap kesulitan, dibina jalinan persahabatan kita sesama insan kekal hingga ke akhirat diampuni segala dosa-dosa kita baik sengaja maupun tidak sengaja dan kegembiraan menyelimuti kehidupan kita.
Ketika matahari mulai menyinari bumi ini, aku pun berangkat ke sekolah. Masih kurasakan sepi itu walaupun kalian menyapaku dengan senyuman di wajah. Keakraban kurasakan sangat hambar. Hingga pelajaran sudah selesai dan waktunya pulang, tiba-tiba ....
“Plok ... plak ... plok ...” suara ceplokan telur yang kalian lempar padaku mulai dari tiap sudut kelas sampai tempat duduknya berdekatan denganku.
Bukan hanya telur yang kalian lemparkan, bahkan bubuk kopi, tepung juga ikut ambil bagian. Baju dan tubuhku menjadi kotor dan bau.
“Ha ... Ha ... Ha ...” pekikan suara kalian yang mentertawakanku hingga air mataku keluar. Mengapa kalian berbuat begini padaku. Salah aku apa pada kalian (bisikku dalam hati).
“Hiks ... Hiks ... Hiks ...” rintihan tangisanku mengalir. Kemudian satu persatu dari kalian menghampiriku dan mengucapkan, “Selamat Ulang Tahun Evi. Semoga panjang umur, sehat selalu, makin pintar, makin cantik, dimudahkan segala urusan dan dikabulkan cita-citanya.” Senyum pun terukir di wajahku. Sebagian yang lain menyanyikan lagu Happy Birthday. Benar banget lirik sebuah nasyid,
“Semua karena cinta.
Yang pahit manis di rasa
Menghibur nestapa, merawat luka, damai di jiwa
Padamkan api, benci permusuhan
Terjalinlah kasih sayang
Begitulah Cinta yang diidamkan”
(Mestica, Karena Cinta)
Setelah itu, aku ke toilet tuk membersihkan tubuhku yang bau dan kotor. Saat menuju toilet, aku ketemu Guru Agama. Disitu aku habis kena nasehat pedas atas tindakan buruk yang kalian buat karena seharusnya aku menjadi contoh teladan yang baik, ini malah kebalikannya. Akan tetapi semuanya menjadi kebahagiaan. Ketika kalian membersihkan ruangan kelas yang kotor menjadi bersih kembali. Aku terharu. Semua kalian lakukan karena cinta dan kasih sayang dalam balutan persahabatan yang erat.
Lalu kita bersama-sama menyanyikan lagu:
Kemesraan ini janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini ingin kukenang selalu
Hatiku damai, Jiwaku tentram disampingmu
Hatiku damai, Jiwaku tentram bersamamu
Selanjutnya, aku beserta kalian berlima pulang ke rumahku dan masih ada juga hadiah yang kalian siapkan untukku yaitu sekotak Ice Cream. Makanan yang kuinginkan saat itu dan berharap bisa mencicipinya. Subhanallah, indah banget peristiwa itu dan selalu menjadi memoar yang menghiburku dikala kurindu perjumpaan dengan kalian. Lalu kalian minta ditraktir olehku, salah satunya adalah menonton bioskop.
Kalian mengajariku bagaimana menjadi wanita yang gaul karena sebelumnya aku hanya mengajak kalian ke Perpustakaan Daerah saja. Mungkin kalian jenuh dengan tindakanku dan terlalu lugu atau tidak ikut trend anak muda masa kini. Akhirnya, aku penuhi keinginan kalian untuk menonton film di bioskop. Untuk pertama kalinya aku merasakan duduk di bangku bioskop bersama sahabat-sahabat karibku. Duh nikmat juga. Kadang-kadang kita makan Pizza Hut atau makan bersama di rumahku.
*******************************************************
Kisah cerita pendek (cerpen) ini aku tulis untuk meramaikan dunia tulis menulis bersama Grup Untuk Sahabat (UNSA).
Semoga Cerpen ini bisa memberi hikmah bagi kita semuanya dan menjadi kenangan yang tak akan kulupakan.
Bagi yang mau ikut, silahkan simak persayaratan di bawah ini ya:
- Peserta adalah Unsawan/Unsawati ( anggota group UNTUK SAHABAT )
- Tema Cerpen : kejutan di hari ulang tahun ( sahabat )
- Jenis Cerpen : Fiksi
- Nama tokoh dalam cerita adalah benar-benar nama sahabat dan nama penulis itu sendiri.
- Lampirkan foto sahabat yang menjadi tokoh dalam cerita tersebut (jika ada) atau foto ilustrasi yang bertema persahabatan.
- Panjang cerpen maksimal 4 halaman A4.
- Tulis cerpen di catatan di fb, posting, lalu tag fb Itok Kurniawan ( sbg juri ) link fb itok kurniawan : http://www.facebook.com/note.php?saved&¬e_id=492085647882#!/ito.kurniawan1,- copas link catatan cerita yang sudah diposting di wall group UNTUK SAHABAT. link UNSA : http://www.facebook.com/note.php?saved&¬e_id=492085647882#!/group.php?gid=274194420818
~Evi A.~
Medan, 25 januari 2010