My Sweet Home

Menjadi Pribadi Hero



Film "Surat Terakhir Untuk Tuhan" di RCTI benar-benar menguras air mataku.
Ceritanya hampir mirip dengan kisahku.

Rambut rontok, mimisan, gusi berdarah, purpura, lebam, pendarahan, ditinggal calon suami, ah semuanya itulah yang pernah kurasakan dulu.

Bahkan disaat kondisi lemah aku berjuang untuk mendapatkan nilai terbaik saat sidang.
Menembus hujan lebat dengan sebuah payung, baju basah, semua demi ujian sidang.
Belajar keras hingga dapat nilai A.
Subhanallah, ini berkah dari Allah, IPK Cum Load.

Bahkan sejak sakit itu mengerogoti tubuh ini, ia semakin menjauh, diam membisu.
Janji-janji yang pernah dilontarkan hanyalah semu belaka, omong kosong. Seharusnya ia datang beri dukungan saat ujian, tapi ia sendiri malah mengingkari.
Aku ditemani sahabat-sahabat terbaikku di Elektro UI, sahabat yang selalu belajar kelompok bersama, seperjuangan susah dan senang.
Siapa lagi kalau mereka adalah Ari, Kusnandar, Bambang, Salmon, Rudi, Roin, Ismansyah, Bowo, dan semua teman-teman UI yang tak kulupa selalu bantu aku. Terima kasih atas perhatian kalian semua padaku.

Sampai aku mendapat nilai cum load, ia tetap tidak mau hidup bersamaku, ntah apa alasannya.
Ia membatalkan niat untuk menikahiku dan ia menikah dengan wanita lain.
Mungkin ia takut kali hidup sengsara, menderita bersamaku, ntahlah.
Kondisiku masih dalam purpura; bintik-bintik merah di sekujur tubuh.

Hingga aku berazam pada diri, "Suatu hari nanti kau akan melihat aku sehat, menuai banyak prestasi, menjadi seorang penulis, penyair dan karyaku ada di mana-mana dan aku bisa mencapai tingkat pendidikan tinggi yaitu S2. Tidak hanya kau yang bisa, aku yang lemah pun bisa menggapai itu. Bahkan aku bisa lebih baik darimu."

Kekuatan inilah yang menjadikan aku maju untuk mengembangkan potensi yang terpendam di dalam diri.
Kini aku bahagia punya banyak teman dari Sabang hingga Merauke sampai ke luar negeri.
Menciptakan banyak karya.
Melakukan kegiatan positif.
Menyebarkan banyak kebaikan dan bermanfaat.
Menjadi orang yang cukup dikenal dengan kesederhanaan.
Menyiarkan dakwah di mana pun berada.
Terpenting sekarang aku sehat.
Dan bisa membantu orang lain menjadi sehat kembali layaknya seorang dokter.

Aku pun bisa mencapai pendidikan tinggi.
Tak kulupa juga terimakasih untuk teman-teman S2 (Pak Salahuddin, Pak Sayed, Pak Mulyadi, Pak Syahrul, Pak Yanta dan Kak Eli) yang sering membantu, mengajari dan membimbingku selama ini.
Semoga tahun ini kita bisa lulus semuanya, amin ya rabbal'alamin.

Ingin kukatakan kelak untuk suami dan anak-anak masa depanku bahwa:
"Jangan pernah mencaci kekurangan pada diri sendiri atau pun orang lain tapi sayangilah mereka"
"Jangan pernah mundur dalam berkarya tapi majulah menggapai impian"
"Jangan pernah malu dengan kekurangan tapi bersyukurlah karena itu bukti Allah mencintai kita"
"Jangan pernah merasa tidak bisa tapi bergerak dan kembangkan potensi dalam diri kita."
"Jangan putus untuk terus bersedekah di kala senang dan susah karena itu akan memperlancar rezeki&menyembuhkan sakit di diri."
"Jadilah pribadi tangguh, cerdas, taqwa dan penyayang maka kita akan disenangi banyak orang"
"Ciptakan ketulusan hati karena ini akan mengangkat derajat kita."
"Rajinlah selalu menebar kebaikan dan manfaat maka Allah, penduduk langit dan bumi akan mencintai kita."
"Kaitkan hakikat iman dengan ibadah dan ciptakan akhlak mulia agar hidup kian kokoh, harmonis, yakin dan tidak bercampur ragu."

"Sesungguhnya keberanian tidak akan mempercepat ajal karena ajal sudah ditentukan. Sesungguhnya sikap pengecut tidak akan memperlambat, karena ajal sudah ditentukan." (Sayyid Quthub)

Medan, 30 April 2012
~Evi A.~
Di bilik sudut kamar kugoreskan catatan sambil mengepak pakaian untuk ke Bandung hari ini.

********************************************************************************

author

a wife, a mom, a blogger, a survivor of ITP & Lupus, a writer, author, a counselor of ITP & Lupus autoimmune, a mompreuneur, a motivator, a lecturer.