bunga

Membangun KBA Sungai Jawi Pontianak Lewat Kesadaran Berlalu Lintas

 

Membangun KBA Sungai Jawi Pontianak Lewat Kesadaran Berlalu Lintas

oleh: Evi Andriani


Suara klakson bersahut-sahutan di pagi yang sibuk di depan mural objek ikonik Pontianak Barat. Di simpang kecil Sungai Jawi, anak-anak berseragam sekolah menyeberang di antara motor dan mobil yang saling berebut ruang. Tak jauh dari sana, papan bertuliskan “Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas” berdiri tegak di tepi jalan. Itu simbol perubahan yang sedang bersemi di Kampung Berseri Astra (KBA) Sungai Jawi.[1]

Gambar 1. Papan Himbauan Rambu Lalu Lintas (Sumber:  inimulti.com)

Gambar 1. Papan Himbauan Rambu Lalu Lintas (Sumber:  inimulti.com)

Bukan sekadar slogan, tapi ajakan hidup lebih tertib dan menghargai nyawa di jalan. Sungguh sangat menarik di kampung Sungai Jawi ini. Di kampung saya sendiri belum ada warganya yang menginisiasikan program “Indonesia, Ayo Aman Berlalu Lintas”. Program ini mempunyai tujuan agar setiap pengguna kendaraan tertib dan aman dalam mengendarai kendaraannya. Hal tersebut dapat mengurangi insiden dari kecelakaan lalu lintas. Pengguna jalan juga semakin membudayakan aman berlalu lintas.


Dari Kampung Menuju Kesadaran Nasional

Kesadaran berlalu lintas di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah besar. Berdasarkan data Korlantas Polri (2024), tercatat 1.150.000 kecelakaan lalu lintas terjadi di Indonesia. Fatalitas lebih dari 27.000 jiwa tewas sepanjang Januari-Desember 2024. Mayoritas korban berasal dari kelompok usia produktif (17–35 tahun). [2]

Menurut Kakorlantas Polri Inspektur Jenderal Aan Suhanan, setiap jam ada 3 hingga 4 orang tewas karena kecelakaan.

Sedangkan di Pontianak khususnya, menurut data Satlantas Polresta Pontianak, pada 2024 tercatat 314 kasus kecelakaan. Korban meninggal 49 orang, luka berat 20 orang, dan luka ringan sebanyak 499 orang. [3]


Gambar 2: Kecelakaan Lalu Lintas Pontianak, Kalimantan (Sumber: RRI)

Gambar 2: Kecelakaan Lalu Lintas Pontianak, Kalimantan (Sumber: RRI)


Kapolresta Pontianak Kombes Pol Adhe Hariadi mengatakan, jika dicermati kasus kecelakaan tersebut terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya pengendara motor memacu kendaraannya melebihi kecepatan maksimal (kebut-kebutan). Selain itu, pengendara menyalip kendaraan di depannya hingga keluar dari jalur. Adhe menambahkan bahwa tertib berlalu lintas, saling menghargainya saat berkendara harus menjadi budaya. Apabila dilaksanakan, kecelakaan yang fatal dapat dicegah.

Program “Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas” yang diinisiasi oleh Astra International berupaya menanamkan budaya aman berkendara dari akar rumput. Hal itu dilakukan di KBA Sungai Jawi, Kelurahan Sungai Jawi, Kecamatan Pontianak Barat.

Di kampung Sungai Jawi, kesadaran tidak dibangun lewat aturan kaku. Tapi dibangun lewat pendidikan, komunitas, dan teladan nyata. Itu menjadi model kecil bagi gerakan besar keselamatan jalan nasional.


 Apa Itu Kecelakaan Lalu Lintas, Kesadaran Berlalu Lintas dan KBA?

       Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. [4]

Kesadaran berlalu lintas mencakup sikap, perilaku, dan kebiasaan warga dalam menggunakan jalan dengan aman dan saling menghormati.

Menurut Badan Nasional Keselamatan Transportasi, kesadaran berlalu lintas mencakup tiga aspek utama: [5]

  • Pengetahuan yaitu memahami aturan lalu lintas dan rambu.
  • Sikap yaitu menghargai hak pengguna jalan lain.
  • Tindakan nyata yaitu memakai helm, sabuk pengaman, tidak menggunakan ponsel saat berkendara, dan sebagainya.

Sementara itu, Kampung Berseri Astra (KBA) merupakan program CSR Astra International yang mengembangkan kampung berkelanjutan dengan empat pilar: pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kewirausahaan.

Di KBA Sungai Jawi, aspek keselamatan berlalu lintas dijadikan inovasi baru. Inovasi tersebut menghubungkan pendidikan karakter, sosial, dan teknologi dalam satu ekosistem.

 
Ketika Jalan Jadi Cermin Budaya

     Pontianak Barat menghadapi masalah klasik lalu lintas yaitu kemacetan, pelanggaran, dan kecelakaan kecil.

    Menurut data Dinas Perhubungan Kota Pontianak: [6]

  • Sekitar 63% pengendara motor di bawah usia 25 tahun belum memiliki SIM.
  • 1 dari 5 pengendara tidak mengenakan helm standar SNI.
  • Pelanggaran terbanyak terjadi di kawasan Sungai Jawi dan Jalan Tanjungpura, terutama karena melanggar marka dan menerobos lampu merah.

Setyowati, dkk mengemukakan bahwa penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu faktor manusia, faktor kendaraan, dan faktor jalan atau lingkungan. [7] Sedangkan faktor utama penyebab kecelakaan pada diri manusia dilakukan pelanggaran terhadap rambu lalu lintas, kurangnya kontrol diri hingga kepribadian.

Tahir mengemukakan bahwa pada manusia terdapat pemicu yang melekat sebagai sebab terjadinya kecelakaan yaitu seperti kebugaran fisik, faktor psikis (mental). Pada saat pengemudi kelelahan, mengantuk, lengah, pengaruh minuman keras dan obat terlarang. Selain itu kurang terampil menjaga jarak serta melaju dengan cepat. [8]

Kondisi ini tidak lepas dari faktor budaya dan kebiasaan. Banyak warga beranggapan bahwa “aturan lalu lintas hanya berlaku di kota besar”. Padahal jalan di lingkungan kecil justru lebih rawan karena interaksi sosial tinggi.

Minimnya sosialisasi keselamatan di tingkat RT/RW membuat pengetahuan berlalu lintas belum menjadi bagian dari kesadaran kolektif masyarakat.

 

Menyalakan Lampu Kesadaran dari Kampung

         KBA Sungai Jawi tidak tinggal diam. Bersama Astra dan Polresta Pontianak, warga merancang sejumlah program berbasis edukasi partisipatif:

 

1)      Sekolah Aman Berlalu Lintas

Program edukasi di SD dan SMP sekitar kampung, di mana anak-anak diajak memahami arti rambu dan etika jalan lewat permainan, lomba gambar, hingga simulasi menyeberang jalan.

 

“Kami ingin anak-anak jadi duta keselamatan di keluarga,” ujar Lurah Sungai Jawi, Siti Mariani, saat diwawancarai.[9]

 

2)      Pelatihan Safety Riding untuk Warga

Astra bersama Yayasan Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas rutin mengadakan pelatihan dasar seperti pengenalan rambu, teknik pengereman, dan posisi tubuh saat berkendara.

Menurut laporan dari website Astra, kegiatan ini berhasil menurunkan angka pelanggaran ringan di kawasan Sungai Jawi hingga 27% dalam enam bulan. [10]

 

3)      Zona Aman Sekolah & Kampung Tertib Lalu Lintas

Jalan di sekitar sekolah dicat ulang dengan zebra cross jelas, rambu baru dipasang, dan petugas masyarakat (Karang Taruna) dilatih sebagai “Pemandu Aman” setiap pagi.

 

4)      Digitalisasi Edukasi

Mahasiswa dari Universitas Tanjungpura ikut mengembangkan aplikasi mini berbasis QR Code yang menampilkan informasi edukatif di titik rawan pelanggaran. Langkah kecil menuju Smart Kampung Aman Berlalu Lintas.

 

5)      Taman Edukasi Lalu Lintas

Untuk meningkatkan kesadaran berlalu lintas, Astra memasang plang-plang gerakan “Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas” di kampung Sungai Jawi. Kegiatan ini merupakan bagian dari pilar pendidikan agar warga memahami budaya aman dan selamat berkendara.

 

6)      Social Mapping

Astra, melalui program KBA, melakukan social mapping, pembentukan tim lokal, dan integrasi pesan keselamatan sebagai bagian dari pilar CSR. [11]

 

7)      Rumah Pintar

Dalam pilar pendidikan dan kesehatan KBA, pesan keselamatan lalu lintas disisipkan dalam program rumah pintar, posyandu, dan penyuluhan warga.  Pengetahuan masyarakat semakin bertambah dan pendidikannya meningkat. [12]

         

        Selain 7 program di atas, ada 3 program menurut saya dapat dilakukan oleh warga KBA Sungai Jawi, diantaranya yaitu:

 1)      Edukasi dan kampanye berkelanjutan

Program pendidikan bukan hanya dilakukan untuk masyarakat dewasa saja, tapi harus menyeluruh hingga ke anak-anak sekolah dan dilakukan berkelanjutan.

Contohnya:

  • Program edukasi keselamatan jalan di sekolah dasar / madrasah di Sungai Jawi (kelas khusus “siap jalan”).
  • Workshop bulanan / kampanye rutin (misalnya “Hari Keselamatan Jalan Nasional” setempat).
  • Media lokal (stiker motor, pamflet, spanduk, grup WhatsApp warga) menyebarkan pesan keselamatan.

 

2)      Komunitas, Tokoh, Pemengaruh, Akademisi, Lembaga, dan Pemerintah

Peran masyarakat, tokoh, Pemengaruh (Influencer), dan pemerintah dalam membangun kampung Sungai Jawi sangat penting. Semua harus terlibat dalam membangun keamanan berlalu lintas di lingkungan kampungnya seperti:

  • Libatkan tokoh masyarakat / pemuka agama / guru / pemuda sebagai agen perubahan (role model).
  • Pembentukan “Komunitas Keselamatan Jalan Kampung Sungai Jawi” yang melakukan patroli ringan (mengingatkan warga).

  • Sistem penghargaan (misalnya penghargaan RT paling tertib berlalu lintas) sebagai insentif sosial.

  • Warga: mulai dari diri sendiri menggunakan helm yang benar, patuhi batas kecepatan, dan saling mengingatkan antar sesama.
  • RT / RW / kelurahan: adopsi “aturan kampung tertib berlalu lintas”, fasilitasi patroli ringan, dan dorong dialog warga tentang rambu + titik rawan.
  • Pemerintah / Satlantas lokal: sediakan dukungan regulasi, perbaikan jalan, dan jadwalkan razia berkala di kawasan kampung.
  • Astra / CSR: terus dukung program KBA, khususnya aspek keselamatan jalan, dengan dana, teknis, dan evaluasi.
  • Media dan akademisi: bantu publikasikan progress kampung, lakukan riset kepatuhan lokal, dan sorot Kampung Berseri Astra Sungai Jawi sebagai studi kasus positif.

 
3)      Monitor dan Evaluasi Berbasis Data

Mengontrol, mengawasi, mengumpulkan dan mengevaluasi suatu program kegiatan yang dilakukan masyarakat dan perangkat kampung Sungai Jawi. Contohnya:

  • Survei kepatuhan (berapa persen warga memakai helm, menaati kecepatan) secara berkala.
  •  Pencatatan insiden kecelakaan mikro di gang-gang kampung, untuk melihat titik rawan yang harus diperbaiki.
  •  Publikasi hasil (misal laporan kampung) agar warga merasakan transparansi dan kepemilikan bersama.


Dari Jalan ke Hati

 Perubahan mulai terlihat. Data evaluasi internal KBA Sungai Jawi menunjukkan: [13]

  • Penggunaan helm meningkat 35%,
  • Pelanggaran marka turun 40%,
  • Kecelakaan ringan menurun hingga 25% dalam satu tahun.

         Lebih dari angka, ada perubahan sikap. Warga kini lebih sabar menunggu di lampu merah. Anak-anak mulai menegur orang tua yang tidak memakai helm dan pengendara ojek lokal berlomba menjadi “role model keselamatan.”

Menurut Jurnal Transportasi dan Keselamatan Jalan, perubahan perilaku seperti ini merupakan indikator penting dalam membangun traffic culture. Budaya lalu lintas yang berakar dari kesadaran, bukan sekadar ketakutan terhadap hukum.[14]

 

Kisah Nyata Warga Sekitar Lingkungan Sungai Jawi

          Di sudut lain kampung, Ibu Sari menggandeng tangan kecil anaknya menuju posyandu. Setiap lampu jalan mini menyala hijau, si kecil melangkah dengan hati-hati, seolah memahami makna sabar dan aman.

“Anak saya sudah tahu menunggu lampu,” kata Ibu Sari tersenyum bangga. “Setelah sosialisasi, mereka paham menyeberang di tempat yang benar.”

            Kesadaran ini tak lahir tiba-tiba. Ketua RW 16, Supartman, bercerita bahwa semua berawal dari sebuah ruang dialog sederhana. Bantuan sembako dari Astra dan AFFCO menjadi pintu bagi percakapan yang lebih besar — tentang mimpi kampung, tentang keselamatan di jalan yang mereka lalui setiap hari.[15]

“Dari obrolan itu,” ujarnya, “Kami sadar, keselamatan bukan hanya urusan kendaraan, tapi urusan hati — bagaimana kita saling menjaga.”

 

Finish di Titik Kesadaran

         Ketika matahari mulai meninggi dan lalu lintas kampung kembali bergulir, papan biru itu tetap berdiri. Seperti mercusuar kecil yang mengingatkan kewaspadaan. Di Sungai Jawi, kampung bukan sekadar tempat tinggal. Ia menjadi laboratorium sosial untuk menguji apakah kesadaran berlalu lintas bisa tumbuh dari akar rumput.

Membangun kesadaran berlalu lintas di kampung Sungai Jawi membutuhkan kombinasi. Terdiri dari kombinasi edukasi panjang, dukungan infrastruktur sederhana, penegakan lokal, dan keterlibatan komunitas aktif. Pemerintah juga terlibat.

            Targetnya bukan sekadar menekan angka kecelakaan, tetapi menjadikan keamanan jalan sebagai bagian dari norma sosial yang dijaga oleh warga sendiri. Hal tersebut akan meningkatkan kesadaran pentingnya tertib berlalu lintas di lingkungan KBA Sungai Jawi.

Dengan demikian, papan biru itu bukan hanya dekorasi kampung. Ia bisa menjadi simbol bagaimana sebuah komunitas kecil ikut menjawab tantangan nasional: “Indonesia, Ayo Aman Berlalu Lintas.”

Keselamatan berlalu lintas bukan tentang rambu semata, tapi tentang menghargai kehidupan. Gerakan Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas di Kampung Berseri Astra Sungai Jawi menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari lingkungan kecil — dari satu jalan, satu keluarga, satu kampung.


Gambar 3: KBA Sungai Jawi (Sumber: Facebook Sungai Jawi Informasi)

Gambar 3: KBA Sungai Jawi (Sumber: Facebook Sungai Jawi Informasi)

   

               Seperti kata pepatah Kalimantan Barat, “Jalan panjang dimulai dari satu langkah.”
            Di Sungai Jawi, langkah itu sudah dimulai — pelan tapi pasti, menuju jalan yang lebih aman bagi semua.

Helm di kepala, senyum di wajah,

Menyeberang sabar, tak terburu-buru.

Sungai Jawi kini indah dan gagah,

Tertib berlalu lintas, kampung jadi maju.

#APAxKBN2025

  

Referensi (Daftar Pustaka):

[1] Inimulti. 2025. Keindahan Kampung Berseri Astra Sungai JawiPontianak  (diakses 5 Oktober 2025)

[2] Korlantas Polri. (2024). Korlantas Rilis Data Kecelakaan Lalu Lintas 2024: Naik Nyaris 8 Kali Lipat, Korban Jiwa 27 Ribu (diakses 5 Oktober 2025)

[3] Warta Pontianak. 2024. Puluhan Orang Meninggal Dunia di Jalan Raya,Polresta Pontianak Klaim Angka Kecelakaan Lalu Lintas Menurun (diakses 5 Oktober 2025)

[4] Dwi Saputra, Abadi. 2017. StudiTingkat Kecelakaan Lalu Lintas Jalan di Indonesia Berdasarkan Data KNKT (KomiteNasional Keselamatan Transportasi) Dari Tahun 2007-2016. Warta Penelitian Perhubungan, Volume 29, Nomor 2.

[5] KNKT. (2023). Laporan Tahunan Keselamatan Transportasi Jalan.

[6] Dinas Perhubungan Kota Pontianak. (2024). Data Pelanggaran dan Kecelakaan di Kota Pontianak.

[7] Setyowati, D. L., Firdaus, A. R., & Rohmah, N. R. (2019). Faktorpenyebab kecelakaan lalu lintas pada siswa sekolah menengah atas di kota Samarinda. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 7(3), 329–338.

[8] Tahir, A. (2006). Studi penyebab kecelakaan lalu lintas di kota Surabaya. Teknik Sipil, 8(2), 1–9

[9] Pontianak Post. (April 2025). KBA Sungai Jawi Jadi Kampung Aman Berlalu Lintas.

[10] Astra International. (2024). Laporan Program Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas. (diakses 5 Oktober 2025)

[11] Astragrapia. 2021. Kampung Berseri Astra (KBA)(diakses 5 Oktober 2025)

[12] Khotimah, Husnul. 2018. Kampung Berseri Astra, Sungai JawiPontianak. Kolaborasi Keindahan Alam dan Kearifan Lokal  (diakses 5 Oktober 2025)

[13] Pontianak Post. (April 2025). KBA Sungai Jawi Jadi Kampung Aman Berlalu Lintas.

[14] Jurnal Transportasi dan Keselamatan Jalan Universitas Indonesia, Vol. 8 No. 2 (2023).

[15] Pontianak Post. Oktober 2022. AFFCO Pontianak Salurkan Paket Sembako dari Nurani Astra.(diakses 5 Oktober 2025)

 

Singkatan:

Korlantas: Korps Lalu Lintas

Kakorlantas Polri: Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia

KBA: Kampung Berseri Astra

Satlantas: Satuan Lalu Lintas 

Polresta: Kepolisian Resor Kota

Kapolresta: Kepala Kepolisian Resor Kota

Kombes Pol: Komisaris Besar Polisi


Posting Komentar untuk "Membangun KBA Sungai Jawi Pontianak Lewat Kesadaran Berlalu Lintas"