My Sweet Home

Kota Bekasi Menghasilkan Penulis Berwirausaha



Siapa yang tidak kenal Kota Bekasi? Yah, kalau kita sering lihat di televisi, Kota Bekasi ini adalah kota yang paling sering masuk berita akan kejadian banjirnya. Mungkin karena kota ini memiliki lahan perumahan dan pertokoan yang padat. Bisa jadi juga karena memiliki tempat pembuangan sampah (TPA) yang bermasalah di Bantar Gebang. Belum lagi adanya kesemrautan lalu lintas yang menyebabkan terjadi kemacetan. [1]

Berdasarkan tulisan dari Ditjen Cipta Karya Kementerian Perumahan Umum dan Perumahan Rakyat, www.ciptakarya.pu.go.id, penyebab dari banjir tersebut adalah karena adanya kondisi sistem drainase yang telah rusak dan kurang terpelihara. Genangan itu semakin diperparah dengan adanya hambatan saluran air dari arah selatan ke utara oleh jalan tol, kalimalang, jalan kereta api, maupun selokan/gorong-gorong yang sudah tidak memenuhi lagi.[1]

Namun, jangan salah sangka ya, Kota Bekasi juga memiliki pariwisata yang tidak kalah menariknya. Antara lain [2] :
1. Taman Buaya Indonesia jaya, terletak di Jalan Suka Ragam, Serang, Cikarang, Bekasi.
2. Pantai Muara Beting dan Muara Gembong. Pantai ini dikenal dengan banyak tumbuh hutan bakau di tepi pantainya. Tentunya semakin menambah menawannya pesona pantai tersebut.
3. Pantai Muara Bendera.
4. Danau Situ Gede
5. Rumah Tradisional Saung Ranggon, terletak di desa Cikedokanm Cikarang Barat. Di rumah ini terdapat benda pusaka.

Kalau asal usul Kota Bekasi, pasti sahabat pembaca blog Evi sudah tahukan? Dahulunya Kota Bekasi disebut sebagai Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri yaitu sebagai ibukota Kerajaan Tarumanegara (358-669). Di Kota Bekasi ini telah ditemukan keberadaan Tatar Sunda, diantaranya adalah empat prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Kebantenan.

Namun tahukah kita, kalau di Kota Bekasi tersebut banyak lahir penulis dan penyair? Salah satu di antara sekian banyak penulis dan penyair tersebut adalah sahabat saya. Dia adalah Amanda Ratih Pertiwi. Saya biasa memanggilnya dengan sebutan Manda atau Nda. Awal perkenalan kami adalah melalui media sosial bernama Facebook. Saat itu Manda merupakan teman dari sahabat saya Mba Trulee. Saling berbagi catatan di Facebook, membuat kami semakin akrab. Karena Manda anggota FLP (Forum Lingkar Pena), membuat saya tertarik untuk masuk menjadi anggota FLP.

Keinginan itu pun tersampaikan saat saya telah menyelesaikan kuliah S1 di UI Depok dan kembali ke Medan. Di Medan, saya bergabung dengan FLP cabang Medan. Saya bahagia sekali mengenal Manda yang giat menulis. Jadi saya pun ikutan giat menulis juga. Walaupun dulu, saya menulisnya di Facebook saja. Tapi ya cukup melatih jari saya untuk menulis. Kalau saya perhatikan, minimal Manda menulis rutin setiap satu tahun harus ada satu buku. Manda telah melahirkan 5 buku solo dan 17 antologi serta puluhan artikel di web Asian Brain Anne Ahira sebagai ghost writer. Karyanya bisa di lihat di sini. Pemerintah Kota Bekasi patut berbangga dengan hal ini. Semoga Pemerintah Bekasi bisa memberdayakan dan memanfaatkan penulis dan penyair yang ada di Kota Bekasi.


Karya Buku Amanda Ratih Pratiwi (Sumber : FB Amanda)


Baru sebulan lalu, Manda berhasil menerbitkan sebuah buku solo yang berjudul “Ting Yes! Aku Bisa Berbisnis”, Mengembangkan bakat dan kemampuan entrepreneur untuk anak dan remaja. Buku ini diterbitkan oleh Elexmedia Komputindo. Beli ya buku sahabat saya ini. Bisa untuk pegangan para emak, para bapak, para wanita, para laki-laki dan ntuk mengajarkan anak dan remajanya berbisnis. Terdapat di toko buku terdekat Anda.

Buku Terbaru Amanda, Ting Yes! (Sumber : www.amazon.com)
Sebagai referensi, berikut saya tuliskan sinopsis dari buku terbaru Amanda Ratih Pratiwi :
 
Sinopsi Buku Ting Yes! (Sumber : www.amazon.com)


“Bisa nggak, ya… anak usia belia seperti aku berbisnis? Rasanya mustahil, deh! Berbisnis kan harus punya modal banyak. Bagaimana jika aku gagal di tengah jalan? Siapa yang bisa menolong aku? Tapi kalau melihat kebutuhan, saat-saat usia sekolah ini aku memiliki kebutuhan paling banyak, untuk biaya sekolah, les, dan hari-hari ... duh, pusing! Belum lagi kalau ingin sesuatu, kan nggak mungkin minta orangtua terus?
Nah, dengan bisnis semuanya bisa teratasi dari segi finansial. Nggak selamanya bisnis butuh modal, ada kok bisnis yang nggak butuh modal.

Di buku ini semuanya dijelaskan secara detail, mudah-mudahan kamu bisa ya, ngikutin stepstepnya dengan baik. Yang penting, sabar dan punya niat kuat.
Ayo, segera ambil buku ini dan bawa ke kasir, lalu mulailah bisnismu”

Sudah baca kan tunggu apa lagi, segera beli ya. Buku ini memiliki kelebihan dengan bahasanya yang mudah dipahami semua kalangan, baik anak, remaja maupun orang dewasa. Sehingga bisa memotivasi siapa saja.
Btw, mau tahu ga sih sebenarnya bagaimana proses menulis buku yang satu ini. Menurut saya, di balik scene buku ini tercipta, ada cerita menarik. Yaitu pada saat proses pembuatan bukunya. Buku ini awalnya adalah buku tulisan proyek DAK (Dana Alokasi Khusus) miliknya pemerintah. Dahulu kala, Manda pernah menawarkannya. Namun ternyata di tolak oleh penerbitnya. Manda jadi sedih. Setelah mengendap berbulan-bulan, atas saran dari seorang temannya, Manda dikasih saran untuk mengubah isinya. Ada bagian yang ditambah dan ada bagian yang dibuang.

Beginilah teman-teman nasib seorang penulis. Buku ditolak dan diterima itu hal biasa. Kalau ditolak dan masih bisa diolah itu lebih baik lagi. Sebab penulis yang kreatif, ga akan pernah mati dengan ide-idenya. Ada saja yang bisa dikerjakan. Sampai akhirnya buku ini terbit di penerbit nasional. Itulah hikmahnya akan sebuah kesabaran dan ketekunan.

Saya salut dengan sahabat saya ini. Saya juga pernah bertemu langsung dengan Amanda saat ada perkumpulan anggota FLP Bekasi di Masjid Unisma Bekasi. Senang sekali bersama mereka, FLP Bekasi. Kehangatan yang mereka lakukan buat saya, membuat saya tidak bisa melupakannya. Pertama sekali masuk ke dalam kampus itu, saya menghubungi Mba Vira lewat telepon untuk minta petunjuk. Saat sudah mau sampai masjid, tiba-tiba datang seorang wanita menghampiri saya. Dia adalah Amanda Ratih Pratiwi. Mungkin saking kami sudah kenal cukup lama tapi tak pernah bertemu. Manda langsung memluk saya. Di sana saya bertemu juga dengan anaknya Naqib dan suaminya, Mas Lukman. Di situlah saya bisa bertemu langsung sosok Manda, sosok yang cukup tegas, pintar, dan mudah gaul. Berbicaranya juga enjoy sekali. Mudah-mudahan suatu saat bisa ketemu lagi ya Manda.

Manda selain seorang penulis dan blogger, dia juga seorang mompreneur. Saya juga terinspirasi berjualan karenanya. Walaupun sejak kuliah saya sudah aktif berwirausaha dengan berbagai macam jualan. Seperti saat Manda jualan minuman coklat, saya pun mencoba untuk menjadi reseller minuman coklat. Saat Manda menjual bros-bros dan perhiasan dari Maluku, saya juga mencoba membelinya dalam jumlah banyak agar bisa dijual kembali. Yah begitulah hidup. Kalau mencontoh yang baik, maka akan kecipratan yang baiknya juga. Makasih Nda.

Oh ya, Amanda juga suka travelling lho. Amanda ada gabung menjadi anggota Tripadvisor, dengan level 4 dan sudah meriview 25 lokasi wisata, kuliner dan hotel. Wuih keren juga sahabat saya, si Amanda ini. Sukses ya say.

Buat teman-teman saya yang mau berkenalan dengan Amanda bisa lihat di bawah ini ya :
Twitter : @sejuta_cinta
Intagram : @ndamandae
Facebook : Amanda ratih pratiwi
G+ : Amanda rath pratiwi
Youtube :Amandamujahidah

Referensi :
[1] Profil Kota Bekasi, http://www.ciptakarya.pu.go.id (diunduh 2 Agustus 2016)
[2] Zaenuddin H.M.. 2013. Asal usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe. Cetakan I: Oktober 2013. ISBN: 978-602-1139-30-1. hal. 77-83


author

a wife, a mom, a blogger, a survivor of ITP & Lupus, a writer, author, a counselor of ITP & Lupus autoimmune, a mompreuneur, a motivator, a lecturer.

2 comments

Makasih banyak ulasannya ,bagus bngt tulisan evi :)
Mudah2an nda bsa main ke Medan ya Vi

reply

Waah insipiratif sekali mbak Amanda 😁😇 Terima kasih mbak evi atas sharing ceritanya 😊

reply

Terima kasih sudah membaca tulisan saya ini. Mohon setelah membaca, beri komentar di bawahnya.
Silahkan follow IG saya : @eviandriani55 dan Twitter saya : @eviandri55.
Salam santun, Evi.